Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy Reading
"Maureen kenapa kau lama sekali?" tanya Doyoung sebab Maureen belum juga keluar kamar.
"Iya, ini sudah!" serunya. Wanita itu bersiap membawa tas berisi makanan juga menggunakan baju lengkap serta jaket tebal.
Doyoung mengerutkan kening. "Untuk apa kau bawa makanan?"
"Hehe, kan aku bisa lapar kapan saja." Maureen meringis.
Kepala Doyoung hanya bisa geleng-geleng. Wanita itu memang suka sekali makan. Tapi Doyoung jadi senang karena masakannya selalu di hargai dan dihabiskan tanpa sisa.
"Baiklah, ayo berangkat." Doyoung mengulurkan tangan, membuat Maureen mengerjapkan mata.
"Oh, ayo!" Maureen baru sadar, maksudnya ingin bergandengan tangan ya? Wanita itu tersenyum, lekas menerima uluran tangan Doyoung. Mereka memulai perjalanannya.
Sepanjang perjalanan Maureen hanya diam saja, hal itu membuat Doyoung heran. Biasanya wanita ini kan cerewet sekali.
"Tumben kau diam?" tegur Doyoung.
Maureen menghela napas pelan. "Aku takut, nanti ada makhluk aneh itu lagi menyerangku. Karena aku berisik."
Doyoung terkekeh. Ia tiba-tiba berjongkok di depan Maureen. Hal itu membuat Maureen bingung, ia mengerutkan kening.
"Kau kenapa?" tanya Maureen.
"Naik ke punggungku, dan katakan apapun sepuasmu. Makhluk itu tidak akan menyerang." Doyoung berkata dengan yakin.
Maureen meneguk ludah. "Kau yakin? Aku benar-benar takut Kim Doyoung!" kesal Maureen. Agaknya Doyoung ini bercanda, kalau mereka mati berdua bagaimana?
"Tenang, kita tidak akan mati. Percaya padaku."
Pada akhirnya Maureen naik ke punggung Doyoung. Rasanya tinggi, dan nyaman seketika perasaan takut perlahan hilang. Entah kenapa, tapi Maureen merasa nyaman.
"Apa kau masih takut?" tanya Doyoung.
Maureen terkekeh. "Sedikit, tapi ternyata naik ke punggungmu tidak buruk juga ya."
"Berarti, kau suka naik punggungku?" Shit, Doyoung menggoda Maureen. Wanita itu melebarkan mata, ia mendongakkan kepala menatap langit shubuh hari.
