Vote dulu baru baca ᕙ(☉ਊ☉)ᕗ
Jangan lupa spam komen ᕦ( ⊡ 益 ⊡ )ᕤ
Lapak gue makin kesini makin silent.Dark readers ᕦ༼✩ل͜✩༽ᕤ tega sekali :"
Happy Reading
Jennifer disibukkan dengan kertas latihan tes masuk perkuliahan. Pernah suatu hari ia bilang ke papanya bahwa ia ingin menjadi seorang model seperti almarhum mama. Johnny sangat mendukung keinginan putrinya. Menjadi seorang model sebenarnya tidak harus belajar keras matematika, kimia, fisika seperti ini. Tapi karena ia masih kelas dua belas, mau tidak mau harus mengikuti serangkaian perintah dari guru.
Di sela lelah - lelahnya, seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Jennifer menoleh dengan bingung, bisa ia lihat dua orang siswa dan siswi SMA sedang berciuman, mereka adalah Rica dan Steven.
Dengan wajah ingin muntah, Jennifer membalikkan tubuhnya lagi. Ia lebih baik menyelesaikan tugas hari ini dengan cepat agar bisa keluar kelas lebih cepat. Jennifer tersenyum simpul, setidaknya ketika Rica mengajaknya rivalan dalam hubungan percintaan sekolah. Gadis itu tidak akan bisa mengalahkan ranking Jennifer. Otak Rica seperti ayam, bodoh. Terus-teruskan saja berpacaran kalau perlu sampai hamil. Jennifer takkan peduli.
Tak lama setelah Jennifer terpaku dengan kertas tesnya, guru kelas mereka masuk. Terduduk sambil membenarkan kacamata.
"Silahkan yang sudah selesai bisa di kumpulkan, setelah itu boleh pulang."
Jennifer kegirangan dalam hati, ia segera mengumpulkan kertas tesnya setelah itu berkemas dan menyalami ibu guru.
Satu notifikasi di ponselnya membuat Jennifer tersenyum.
Om Nakamoto🍒
Kamu udah selesai belum kelasnya?
Om nunggu didepan sekolah ya.Me
Udah Om ☺️
Aku jalan kesanaa
Ngueeeng....Yuta hanya bisa geleng-geleng kepala melihat balasan Jennifer. Entahlah mengapa ia mudah sekali menuruti permintaan gadis kecil itu. Lagipula Johnny terlalu sibuk mengurus banyak cabang perusahaan, Yuta lebih santai karena ia memang tidak terlalu memforsir diri. Berangkat pagi, pulang siang di jam pulang sekolah anak-anak. Jadi pas sekali jika ia sekalian menjemput Jennifer juga menuruti keinginan gadis manis itu.
Sibuk melamun tak menyadari jika sosok berambut pirang panjang sudah mengetuk kaca mobilnya. Setelah Yuta menyadari, Jennifer melemparkan senyuman. Ia segera membuka pintu mobil seberang dan duduk di sebelah Yuta.
"Siang Jennifer, gimana tadi sekolahnya?" tanya Yuta.
Jennifer tersenyum. "Biasa aja sih Om, otakku panas gegara ngerjain tugas matematika, kimia dan fisika. Aduh panas banget ini kepala."