Karma - Chapter 11

201 23 16
                                    

Usapan lembut Chan dapatkan dari jemari wanita yang kini ada dipelukannya. Setelah menyelesaikan tugas perangnya. Sang dewa perang menghabiskan malamnya dengan sang kekasih di kamar istananya.

Tubuh keduanya masih tidak tertutupi apapun, apalagi milik Chan kini melekat kuat di dalam lubang si wanita yang penuh dengan cairan peju miliknya.

"Entah apa yang selanjutnya harus kita lakukan untuk membunuh pria itu" ucap wanita itu sembari mengusap otot atletis milik sang dewa perang.

"Aku tidak tahu dia sekuat itu, padahal aku sudah berusaha menyiksanya tapi dia seperti batu. Aku pun sudah memberikan racun, tapi diracuni saja dia masih hidup. Apalagi pria sialan itu hamil sekarang" katanya kesal. Wanita itu tertawa perlahan sembari melengguh ketika Chan mendorong miliknya menyusuk ke dalam.

"Apa rencana mu selanjutnya dewa ku?" Tanya Liona pada Chan. Chan yang baru saja datang dari peperangan pun tidak bisa berpikir. Pikirannya jujur sangat kalut.

"Entahlah aku juga tidak tahu" jawabnya. Jawaban yang sangat Liona benci. Dia kini memegang wajah tampan milik Bang Chan kemudian menciumnya dalam.

"Jangan pasrah seperti itu, kita harus memperjuangkan cinta kita. Kau yakin tidak menyukai pria itu?" Tanya Liona pada Chan.

"Sama sekali tidak, aku malah membenci dia. Pria seperti dia tidak pantas menjadi pendamping ku" katanya. Liona mengangguk berusaha menekan dirinya penuh agar Chan merasa puas.

"Jika aku membunuhnya kau tidak akan marah kan?" Tanya Liona lagi. Chan kini memeluk tubuh indah wanita itu sembari meremas beberapa bagian sensitifnya. Dari semua dewi atau dewa yang pernah dia tiduri tubuh ini paling indah dan menggairahkan.

"Sama sekali tidak, justru aku akan sangat senang" katanya. Liona kini terkekeh perlahan sembari menggeleng.

"Aku hanya bercanda Chan, tidak mungkin aku membunuh seorang dewa apalagi dia adalah istri dari mu" katanya bak orang suci. Namun, dalam hati Liona ada dendam yang sangat membara. Saat bertemu dengannya dia sudah sangat iri dengan Lino. Dewa rendahan sepertinya dengan ajaib bisa tinggal di istana semegah ini dan menikahi seorang pangeran penerus tahta.

Tak tanya itu, hal yang paling Liona benci adalah pria itu bisa mengandung anak dari seorang pangeran agung seperti Bang Chan. Hal yang paling dia impikan selama hidupnya. Sekeras apapun, sesering apapun keduanya bercinta namun sama sekali tak ada tanda dia mengandung anak sang pangeran. Apa ramalan tentang Bang Chan benar adanya? Benih nya tidak sembarangan tumbuh di tubuh dewa atau dewi.

Hanya seseorang yang lahir dari kesucian bisa mengandung untuknya. Dan orang yang mendapatkan itu adalah seorang dewa rendahan tanpa kekuatan. Siapa sebenarnya Lino?





_____




Malam ini entah kenapa Lino merasa tubuhnya agak dingin. Pria manis itu juga merasa cukup bosan diam seharian di kamarnya. Dirinya kini memutuskan untuk melihat bunga-bunga yang ditanamkan Hana untuk dirinya di taman belakang.

Dewi bulan bersinar dengan sangat indah malam ini membuat dunia atas tak segelap biasanya. Lino menyusuri jalanan setapak penuh bunga mawar nan indah. Suara air mancur pun membuat suasana agak ramai.

Lino berusaha menghirup udara malam yang begitu menyegarkan. Seketika rasa dingin yang menggelitik tubuhnya kian menghilang. Bibirnya tak lupa tersenyum melihat bunga-bunga yang mulai bermekaran.

"Kau berusaha kabur?" Suara itu membuat degupan jantung Lino menggila. Rasa senang, takut dan rindu menjadi satu. Dia sangat tahu siapa pemilik suara ini. Tapi rasa takut lebih dominan daripada semua rasa yang ada. Ketika akan melangkah pergi, salah satu lengan si manis ditarik hingga tubuh mereka saling berhadapan.

"Apa kau berusaha kabur dari ku?" Tanyanya. Lino melihat senyuman antagonis itu dari suaminya. Matanya langsung menunduk saking takutnya. Napasnya kian memburu tak bisa dikendalikan.

"Aku suami mu, kenapa harus takut?" Tanya Chan kini mengusap perut buncit si manis yang masih ditutupi gaun tidur. Usapan lembut membuat hati Minho agak tenang, namun dalam sepersekian detik berubah menjadi remasan kuat yang membuat Lino meringis.

"Bayi ini sangat sulit dibunuh" katanya. Lino berkaca-kaca berusaha menahan sakitnya. Dia tak ingin semua orang tahu masalah pernikahannya.

"Chan tolong lepaskan aku hiks, sakit" kata Lino menangis. Chan tersenyum puas melihatnya kesakitan, setelah berperang kini dia bisa kembali menyiksanya.

"Lalu apa yang kau mau?" Tanya Chan kini mengusap wajah si manis. Mata Chan melihat bekas luka yang masih ada di tubuh istrinya.

"Jangan ganggu aku, sudah cukup kan aku pergi dari istana mu. Aku pun tidak marah jika kau tidur dengan dewa atau dewi lainnya" kata Lino bergetar. Pria itu mencengkram dagu Lino dengan kasar membuat sang empu kesakitan.

"Kau mengatakannya seolah aku ini adalah rendahan. Tapi ya, aku sangat membenci mu. Tapi aku juga membutuhkan tubuh mu untuk mendapatkan jatah" katanya. Tubuh mungil Lino kini diseret dan di bawah ke sebuah paviliun yang ada di tengah taman.

 Tubuh mungil Lino kini diseret dan di bawah ke sebuah paviliun yang ada di tengah taman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tubuh Lino ditubrukan ke lantai di sana. Seluruh pakaiannya sudah habis dihancurkan oleh suaminya. Lino menangis ketakutan, tapi seperti tak ada yang mendengar dan melihat mereka.

Perut buncitnya kini diremas kuat hingga membuat Lino menjerit kesakitan. Tak hanya itu, kedua kakinya kini dibuka lebar membuat lubang miliknya nampak.

"Sudah sangat lama" kata Chan tersenyum. Dia menurunkan celananya kemudian mengeluarkan penisnya yang sudah tegang. Lino melihatnya dengan jelas, namun perlahan tangannya memegang tangan Chan yang meremas perutnya.

"Aku mau memuaskan nafsu mu, tapi tolong jangan kasar hiks" kata Lino berkaca-kaca menatap matanya. Chan entah kenapa tertegun, pria itu pun memperlemah cengkramannya. Lino merasa agak lega, namun sodokan itu langsung membuat dirinya penuh.

"Anghhh ahhh" desah Lino merasakan milik suaminya mengisi kekosongan dalam dirinya. Chan menatap sekilas wajah Lino, air mata yang mengalir di wajahnya membuat wajah pria manis itu kian bersinar. Lengguhan yang lembut dan erotis itu membuat Chan jadi agak bersemangat. Padahal awalnya tadi dia hanya ingin main-main dan menyiksanya.

Chan menelan ludah saat wajah istrinya itu dengan berani menatap dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chan menelan ludah saat wajah istrinya itu dengan berani menatap dirinya. Fokus Chan pada bibir merah merona milik Lino. Sembari menggerakan pinggulnya, dia dengan sendirinya meraup bibir tipis milik sang istri dan melumatnya dengan intens. Chan tidak tahu kenapa dia melakukannya secara spontan, entah karena suasana atau apa.









TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

KARMA [ Banginho ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang