Karma - Chapter 30

222 23 4
                                    

Lino terpesona melihat kecantikan istana di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lino terpesona melihat kecantikan istana di depannya. Tempat ini seperti tak punya kegelapan di tiap sudutnya. Padahal baru pertama kali tapi Lino seperti benar-benar pulang ke rumah.

Tanpa alas kaki dirinya dituntun masuk ke dalam oleh sang ayah. Senyuman  di wajahnya tak pernah menghilang.

"Mulai sekarang ini adalah rumah mu nak, kau akan aman di sini bersama ku" katanya. Lino hanya senyum mengangguk sembari menyambut usapan lembut di kepalanya oleh sang ayah.

"Ibu mu sepertinya tengah beristirahat, nanti malam kita akan menemui dia" katanya. Lino agak terkejut, apa mereka tidur terpisah? Kenapa tidak satu tempat seperti keluarga lainnya?

"Aku tidak mengerti" ucap si manis. Sang dewa menuntun Lino untuk pergi ke sebuah singgasana emas di depan sana. Di samping singgasana itu ada sebuah singgasana yang lebih sederhana.

"Duduk di sini aku akan ceritakan semuanya pada mu" ucap pria paruh baya itu. Lino tersenyum mengangguk, entah kenapa tiba-tiba-tiba sifat manjanya muncul saat ini. Apa seperti ini memang jika seorang anak bertemu dengan orang tuanya?

Lino duduk sembari menatap ke sekeliling, tempat ini sangat menyenangkan. Walaupun tak banyak orang, tapi sangat aman menurut Lino.

"Jadi dahulu 2500 tahun yang lalu, saat gerhana matahari. Untuk kesekian kalinya aku dan ibu ku bertemu di satu tempat. Walaupun ditakdirkan menjadi pasangan abadi tapi kami benar-benar tak pernah bertemu satu sama lain. Dia punya istananya di sana dan aku di sini. Ibu mu Dewi bulan memiliki tugas di malam hari dan ayah bertugas di siang hari untuk menyinari dunia. Karena itu kami tak pernah bisa bersatu walaupun sudah diikat dengan takdir pernikahan. Tapi tak bisa dipungkiri, cinta kita sangat besar sampai sekarang.

Kembali saat gerhana dulu, saat pertemuan beberapa menit itu kami langsung berpelukan menuangkan rasa rindu satu sama lain. Saking senangnya saat itu kami sampai menangis dan air mata kami sepertinya bercampur dan menetes. Dari tetesan itu kau dilahirkan. Sama seperti kami, kau adalah seorang dewa yang suci. Kau tak pernah dikandung dan dilahirkan oleh siapapun. Kau lahir dari air mata kebahagiaan dan cinta kami Lino.

Tanda di punggung mu adalah gambaran kedua orang tua mu yang menjadi satu walaupun kami tak pernah melakukan hubungan suami istri secara langsung. Tapi cinta kami abadi dan selalu sama walaupun terpisah jauh" jelasnya. Mendengar itu Lino mengangguk pahan, pantas saja dia dulu tak pernah tahu kedua orang tuanya.

"Kenapa kau kau baru mencari ku?" Tanya Lino. Pria itu terlihat berkaca-kaca dan terkekeh sejenak kemudian memegang tangan mungil putranya.

"Ketika melihat mu lahir, kami berdua sangat panik. Tugas kami lebih sekedar dewa dewi lainnya di dunia ini. Seorang bayi tidak bisa tumbuh di tempat yang terlalu bercahaya atau di tempat yang terlalu gelap. Jadi karena tak punya pilihan kami membawa mu pada seorang malaikat yang kau sebut dengan nenek. Dia selalu berdoa pada yang kuasa untuk mendapatkan seorang anak, tak sengaja aku mendengarnya dan saat itulah aku memberikan dia pada mu. Maafkan ayah dan ibu" katanya. Lino pun mengangguk, tapi dia tak marah dan menyesal.

KARMA [ Banginho ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang