Dewa perang. Orang menyebutnya dengan panggilan demikian. Seorang pria gagah yang terlahir dari dua dewa dan dewi Agung di kayangan. Dewa perkasa yang akan melanjutkan dinasti selanjutnya. Tak heran jika orang-orang selalu mendambakan dirinya. Tapi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suara gemericik yang ditimbulkan oleh air mancur membuat suasana taman bunga menjadi ramai. Sosok wanita manis menatap semua bunga yang tumbuh dengan indah dengan wajah bahagia. Semakin lama dia menjadi sedih akan meninggalkan taman bunga ini.
"Hana!!" Suara panggilan lembut itu membuat lamunannya pecah. Ketika dirinya berbalik, sesosok pria manis nampak melambai dengan manisnya. Senyumannya sangat cantik dan ceria seperti biasanya. Walaupun dirinya bukan seorang dewa yang agung.
"Lino ayo ke sini!" Kata Hana dengan sumbringahnya. Jika dia menikah, mungkin pria ini akan sendirian dan kesepian. Saat sampai di depan sang dewi cantik, Lino terlihat meringis seperti menahan tangisannya. Apa dirinya sudah tahu rencana pernikahan yang akan membuat sang dewi pergi dari tempat ini.
"Lino kenapa menangis?" Tanya Hana melihat sahabatnya. Pria polos dan pemalu itu menggeleng kemudian memeluk Hana dengan erat. Hana berusaha tidak terisak, tapi jujur berat rasanya meninggalkan sahabatnya yang satu ini. Lino terlalu lugu dan polos untuk menghadapi realita dunia. Apalagi dia tak punya keahlian dan kekuatan seperti dewa dewi lain.
"Setelah menikah kau akan pergi bersama pangeran neraka kan? Apa kau akan melupakan aku?" Tanya Lino. Hana terkekeh sembari mencubit pipi kurus pria manis itu gemas. Bisa-bisanya Lino berpikir sejauh ini.
"Tidak. Kita kan sahabat, walaupun aku harus pergi ke neraka tapi aku bisa tetap datang ke sini" katanya. Lino pada akhirnya tersenyum sambil tertawa. Hana tertegun, walaupun termasuk dewa yang lemah tapi Lino sangat cantik. Kecantikan murni yang memang dimiliki oleh dewa dan dewi, manis dan tidak membosankan. Siapapun pasti akan jatuh hati padanya.
Keduanya menghabiskan waktu seperti biasa. Lino akan membantu Hana untuk memelihara tanamannya. Walaupun dia hanya bisa membantu melakukan pekerjaan kasar tanpa kekuatan para dewa dan dewi.
"Kau juga harus menikah nanti" ucap Hana pada Lino. Keduanya kini berbaring di taman sembari menatap ke arah langit kayangan. Lino hanya bisa tersenyum, tapi siapa yang akan mau dengan dewa tanpa kekuatan seperti dirinya.
"Aku tidak yakin" jawab pria manis itu. Hana kini duduk. Pandangannya menangkap sosok manis di sambingnya. Setahu Hana, Lino memiliki usia 100 tahun lebih muda darinya. Jika di dunia manusia mungkin sekitar 1 tahun lebih muda.
"Kau cantik dan manis jangan seperti itu. Kita lihat saja nanti" katanya. Lino kini ikut duduk sembari menghela napas perlahan. Dia sebenarnya tidak yakin.
"Coba katakan pada ku, kira-kira bagaimana kriteria pria yang sukai?" Tanya Hana. Lino perlahan merona, Hana mengedipkan beberapa kali matanya gemas. Dia sangat menggemaskan.
"Tidak ada yang spesifik yang penting dia menyukai aku dan bisa melindungi aku" kata Lino menunduk. Langsung saja Hana mendorong Lino hingga jatuh ke rerumputan.
"Hai! Rupanya kau sudah dewasa ya!!" Teriak Hana sembari menggelitiki tubuh sang dewa manis.