Karma - Chapter 27

162 20 7
                                    

Suara tangisan bayi itu membuat kepala Lino jadi pusing. Dirinya kini berusaha untuk memberikan susu untuk mereka. Karena mereka ada dua membuat Lino agak kewalahan. Pria manis itu terlihat sangat panik sampai suara napasnya tersengal-sengal.

"Ayo minum, kalian kenapa menangis?" katanya dengan penuh keringat. Ketika tengah berjuang menenangkan mereka, pintu di luar sana diketuk beberapa kali. Suara panggilan dari orang yang sangat familiar itu membuat Lino entah kenapa langsung naik darah.

Seperti beberapa hari yang lalu, amarahnya tiba-tiba menggebu-gebu. Kedua bayi digendongnya pun dia letakan kembali ke kasur lalu berjalan cepat pergi ke pintu depan.

"Lino maafkan aku, tapi aku mendengar suara mereka terus menangis. Apa ada masalah?" Tanya sosok itu. Lino menatapnya dengan tatapan tajam. Seketika rasa amarah dan panas itu menyelimuti dirinya.

"Masalahnya ada pada mu. Pergi kau dari sini!!" Usir Lino sembari berusaha  menahan diri. Kedua tangannya mengepal kuat serta tubuhnya bergetar hebat karena melihat pria ini. Suaminya.

"Lino maaf, aku benar-benar minta maaf. Aku, aku menyesal atas semuanya" kata Chan memohon-mohon sembari bersujud di depan Lino. Lino sebenarnya merasa iba, tapi amarah yang berapi-api dalam dirinya tak bisa dikendalikan.

"Pergi!!! Aku tidak butuh permohonan maaf sialan dari mu!!" Teriaknya dengan matanya yang menyala ungu. Chan menelan ludah melihat kobaran api itu terlihat di mata istrinya. Dengan segera Chan mundur dan pergi tak ingin membuat Lino kehilangan kedalinya lagi.

Lino menutup pintu kasar, napasnya tersengal-sengal. Ini seperti bukan dirinya, kedua tangannya refleks meremas rambut hitam legamnya dengan isakan. Kekalutannya buyar ketika mendengar suara tangisan bayi di dalam sana.

Dirinya berlari ke dalam dan melihat kedua bayi itu menangis keras. Lino naik ke ranjang berusaha menenangkan mereka dengan menyusui keduanya. Tapi bukannya diam mereka malah menangis semakin kencang menolak kedua puting ibunya.

"Diam!! Apa kalian tidak bisa diam?!!" Teriak Lino refleks. Kobaran api itu kini menyelimuti tidurnya. Tanpa sadar dia membakar seluruh isi kamar itu.

"Tolong diam!! Kalian kenapa tidak mau diam!" Katanya sembari menangis, suara tangisan mereka beradu dengan suara kobaran api ungu yang dengan ganasnya melahap seisi bangunan.

"Ahh apa yang aku lakukan" katanya tiba-tiba tersadar. Seketika kobaran api yang menyelimuti tubuhnya sirnah. Namun tidak dengan kobaran api di dalam ruangan ini. Dengan cepat dia meraih kedua bayinya yang masih menangis di atas ranjang kemudian berlari keluar untuk menyelamatkan mereka.

"Hiks hiks aku kenapa hiks" suara tangisan lirih Lino terdengar. Kedua bayinya untung tidak terluka sama sekali. Tapi dia menjadi semakin takut.

"Maafkan aku hiks, aku bukan ibu yang baik" ucap Lino sembari berusaha memeluk kedua bayinya dengan sayang.






_____






Karena tempatnya terbakar habis, Lino terpaksa dipindahkan ke dalam istana kerajaan. Rumor miring terdengar dipenjuru negeri tentang jadi diri Lino yang mungkin adalah setengah iblis.

Hal itu membuat dirinya menjadi semakin terpuruk dan kembali mengurung diri. Dirinya juga sampai tak berani menyentuh kedua bayinya. Takut kejadian malam itu terulang kembali.

Chan merasa semakin bersalah, melihat keadaan Lino yang terlihat tak terurus. Pria manis itu juga tak mau ditemui oleh siapapun. Pakaiannya benar-benar sangat dekil.

Chan hanya bisa melihat Lino dari jendela kamarnya, pria manis itu terus duduk meringkuk di ranjang menatap ke luar sana. Air matanya tak bisa berhenti menetes, tubuhnya juga sangat kurus kering.

Karena tidak tahan atas semuanya, Chan memberanikan dirinya untuk masuk ke sana. Tak peduli jika mungkin Lino membakar dirinya hidup-hidup. Tapi dialah yang paling bertanggung jawab atas semua yang terjadi pada istrinya ini.

"Lino bagaimana kabar mu?" Kalimat itu yang pertama kali Chan lontarkan padanya. Pria manis itu menatap ke arah Chan dengan wajah pucat pasi.

"Apa mau mu? Kenapa kau tidak pernah puas menyiksa ku?" Tanyanya sambil menangis. Chan berkaca-kaca sembari melangkahkan kakinya. Dia ingin Lino kembali seperti dulu, pria manis yang sangat penurut dan baik hati.

"Aku merindukan mu, mereka juga" katanya kini duduk di samping Lino. Pria manis itu menunduk tak mau melihat wajah suaminya. Perlahan dirinya merasakan tangan Chan yang kini menyentuh bahunya.

"Aku tersiksa melihat mu seperti ini, tolong lah Lino kau harus kuat" kata Chan. Lino meremas kedua tangannya, dirinya kini menatap Chan dengan kedua alis yang tertaut.

"Kuat? Apa kau maksud aku ini lemah?" Tanyanya dengan mata terbelakak dan berapi-api. Chan tahu selanjutnya apa yang akan terjadi. Tapi dia sudah pasrah, tak peduli jika Lino menyakiti dirinya.

Tangan Lino meremas kerah baju Chan dengan kuat membuat sang empu menelan ludah. Tapi dia berusaha sabar menghadapi istrinya ini.

"Kau kira aku lemah, aku bisa membunuh mu saat ini juga" katanya. Chan merasakan panas tubuh Lino menyengat di tubuhnya. Kobaran api berwarna ungu itu menyelimuti tubuh sang istri.

"Bunuh lah aku Lino, aku tidak masalah jika kau membunuh ku, memukuli aku atau menyiksa ku sampai kau puas dan setelah itu tolong memaafkan ku" kata Chan menangis. Melihat kelemahan Chan, pria manis itu tersenyum miring.

Dia langsung membuang tubuh Chan ke lantai. Chan tak melawan sama sekali,  dia saat ini hanya pasrah, biarkan saja Lino menyiksa dirinya untuk membuat dia puas.

Chan melihat kobaran api itu ada di kedua kelapak tangan Lino bersiap untuk menyerang tubuh Chan. Chan mengangguk mengisyaratkan Lino untuk melakukan apapun yang dia inginkan.

"Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku mencintaimu mu Lino. Aku hiks tidak masalah jika dibunuh oleh mu" katanya memejamkan mata bersiap menerima serangan dari sang istri.

Bruk

Suara itu membuat Chan membuka matanya, tubuh Lino kembali seperti biasa dengan terjatuh di lantai. Tatapan mata pria manis itu sangat lemah dan kosong.

"Chan tolong tinggalkan aku, aku ingin sendirian" katanya melembut. Chan menangis melihat keterpurukan Lino. Memang dirinya tak pernah gagal melakukan tiap tugasnya di medan perang. Tapi hari ini Chan sadar, dia telah gagal menjadi seorang suami yang baik untuk istrinya Lino.






______





Hari-hari berlalu, setelah kejadian itu Chan berusaha memberikan Lino waktu untuk dirinya. Perang besar mungkin akan dilaksanakan dalam  waktu dekat. Hal itu yang membuat Chan secara tidak langsung harus mempersiapkan semuanya.

Setelah kembali dari tempat latihan, sang dewa agung menyempatkan dirinya untuk menemui bayi kembar mereka dan mengintip Lino dari jendela. Tak tanya itu, paginya sebelum pergi dia juga menjenguk keduanya dan mereka terlihat masih sama.

Chan menghela napas, tapi dia tak boleh menyerah begitu saja. Dia harus mempertahankan pernikahannya sampai kapan pun. Chan pun menyiapkan tempat baru untuk Lino dan keluarga kecilnya jikalau pria manis itu sudah kembali.

Dia sengaja membangunnya sederhana dan agak jauh dari istana besar. Tempat yang mungkin membuat Lino merasa tenang dan nyaman. Dia juga menanam banyak bunga di halaman calon tempat tinggal keduanya di sama depan. Dia tahu Lino sangat suka dengan bunga.






TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

KARMA [ Banginho ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang