Chan tak pernah merasa setakut dan semalu ini. Setelah Lino berlari masuk ke dalam Chan tak punya keberanian untuk menyusulnya. Suara tangisan bayi semakin lama semakin hilang dari pendengarannya. Perlahan senyuman Chan mengembang, kedatangan Lino sudah mematahkan kutukannya.
Jika saja dia tak melakukan itu mungkin bayi itu sudah tumbuh dengan baik. Penyesalan memang datang diakhir, Chan saat itu terlalu buta akan keadaan. Amarahnya seperti mengambil akal sehat dalam dirinya. Tapi tak bisa dipungkiri jika dia adalah berandalan para dewa.
Tapi di saat sudah terjadi Chan baru sadar apa resiko yang ditanggung. Dia sudah jatuh cinta pada Lino, sialnya baru dia sadari sekarang. Rasa bersalah kian menyelimuti hati Chan saat ini.
______
Beberapa hari setelahnya.....
Setelah mengumpulkan keberanian, Chan kini berjalan masuk ke dalam bangunan di mana Lino dan bayi mereka tinggal. Sejak saat itu Lino diam di sana. Ke istana pun dia tak pernah mau.
"Lino" panggil Chan masuk tanpa permisi. Tak ada orang di sana. Para malaikat pun sudah pergi. Chan menyusuri tempat itu sembari cemas.
Namun, pandangannya kini tertuju ke arah ranjang yang kini Lino berada. Pria manis itu nampak berbaring sembari memeluk kedua bayi mungil itu. Chan tak bisa berhenti tersenyum, mereka sungguh menggemaskan.
Perlahan kakinya mendekat ke sana, matanya kini fokus ke wajah Lino yang sangat lelah. Mengurus dua bayi sepertinya sungguh melelahkan. Dia pun masih memakai kain yang diberikan oleh Chan waktu itu.
Tangan Chan refleks berusaha untuk menyentuh rambut hitam legamnya. Tapi dalam sekejap mata Lino terbuka. Tangannya langsung menepis tangan Chan yang berusaha menyentuh kepalanya.
"Lebih baik kau pergi dari sini" kata Lino dingin. Dia sama sekali tak menatap suaminya yang brengsek itu. Pandangannya fokus pada kedua bayinya, takut sekali jika Chan menyakiti mereka.
"Tapi aku merindukan mu" katanya. Lino perlahan bangun kemudian duduk di ranjang. Tatapannya sangat tajam dan menusuk. Seketika membuat Chan merasa takut. Aura Lino hitam hitam dan gelap saat ini.
"Aku tidak akan membiarkan mu menyakiti anak ku" katanya. Chan menggeleng berusaha memberikan penjelasan atas kedatangannya.
"Lino aku tidak ingin menyakiti mereka, justru aku ingin membawa mu dan mereka ke istana ku" katanya berkaca-kaca. Lino yang sudah marah dan kecewa tak bisa percaya apapun lagi.
"Sudahlah. Aku terlalu membenci mu, lebih baik kau pergi!" katanya berusaha sabar. Chan menggeleng kian mendekat dan memegang tangan Lino. Padahal kemarin dia tak semarah ini.
"Aku benar-benar minta maaf, aku akan menembus semua kesalahan ku. Kita bangun kembali keluarga kecil kita ya" katanya. Lino bergetar hebat, mendengar itu membuat amarahnya kian meraja lela. Dengan mudahnya mulut Chan mengatakan itu setelah apa yang dia lakukan.
"Pergi!! Jika tidak aku akan membunuh mu!" Teriak Lino dengan penuh amarah. Chan terbelalak melihat mata Lino berubah menjadi ungu menyala. Tubuhnya pun juga mengeluarkan api berwarna ungu yang sangat menyeramkan.
"Lino. A..api neraka" kata Chan bergetar melihat penampakan istrinya. Lino menyerang Chan dengan api ungunya itu membabi buta. Karena keributan itu membuat bayi mereka bangun dan menangis. Bukannya berhenti tapi Lino semakin menjadi-jadi.
"Pergi!!! Bang Chan pergi! Sebelum aku membunuh mu" katanya. Chan mendengarnya langsung mengalah. Dia langsung pergi dari hadapan Lino.
______
Chan memegang dadanya, tubuhnya bergetar melihat yang terjadi pada Lino. Kilatan api ungu dan aura yang gelap seperti di neraka. Kini dirinya ada di luar menatap ke jendela bangunan. Kilatan cahaya ungu di dalam saja sudah mereda. Isakan tangisan terdengar memilukan darinya. Lino sepertinya tengah menangis.
Suara tangisan bayi terdengar juga di telinga Chan, dia sangat ingin masuk tapi takut jika Lino kehilangan kendali. Di saat kebingungannya, kilatan asap hitam hadir di tak jauh dari tempat Chan berdiri.
"Chan kau kenapa?" Suara sang kakak terdengar panik. Pria berpakaian serba hitam itu pun menatap ke sekeliling. Wajah Chan terlihat kebingungan dan linglung. Pertama kalinya Jaekhyung melihat adiknya seperti ini.
"Tadi aku melihat kilatan api neraka di sini, apa kau lihat juga asalnya dari mana?" Tanya Jaekhyung. Chan tiba-tiba menangis mendengarnya.
"Itu dari Lino" kata Chan memegang pundak kakaknya. Jaekhyung terdengar terkejut, pria itu kemudian langsung masuk ke dalam untuk melihat keadaan Lino.
_____
"Lino?" Tanya Jaekhyung melihat Lino kini meringkuk di lantai sembari memeluk tubuhnya. Pandangannya kosong dan setengah ruangan itu gosong seperti habis terbakar. Suara tangisan bayi juga terdengar dari dua bayi yang ada di atas ranjang seperti sangat ketakutan.
Jaekhyung menarik selimut dan memberikannya pada Lino untuk menutupi kain yang sudah robek karena terbakar di tubuhnya.
"Ada apa Lino? Apa yang terjadi?" Tanya Jaekhyung berusaha menenangkannya. Lino akhirnya menoleh dengan mata berair, tubuhnya bergetar hebat saking takutnya. Dia sampai menelantarkan kedua bayi kembarnya dalam keadaan menangis.
"Aku tidak tahu, aku tadi sangat marah sampai tidak bisa mengendalikan diri" katanya. Jaekhyung mengangguk mengusap rambut hitam legam milik adik iparnya itu. Setelah menikahi Hana dia langsung menganggap Lino seperti adiknya sendiri. Karena Hana mengatakan bahwa Lino sudah seperti saudara untuknya.
"Lino mungkin kau baru mengadarinya, tapi jangan takut tapi inilah diri mu. Kau adalah salah satu dari dewa neraka. Api ungu yang terpancar tadi adalah neraka purba yang sudah tak pernah terlihat selama jutaan tahun" jelas Jaekhyung membuat Lino semakin takut.
Karena Lino tak kunjung membaik, Jaekhyung akhirnya memanggil Hana ke sana untuk menenangkan sahabatnya itu.
Hana menatap wajah Lino yang sejak kehadirannya pria manis itu nampak diam saja dengan tatapan kosong. Saat Hana berusaha mengajaknya mengobrol Lino seperti kelam dalam pikirannya sendiri. Dia pun juga kadang tak memperdulikan kedua bayinya yang menangis ingin disusui.
"Lino kenapa?" Tanya Hana berusaha mendekatkan dirinya. Sejak kembali dari bumi dia terlihat begitu aneh. Apalagi Jaekhyung mengatakan bahwa telah terjadi sesuatu padanya tadi.
"Apa kau sakit? Ayo ceritakan pada ku" kata Hana. Lino menatap wajah sahabatnya sembari menggeleng. Dirinya pun melihat kedua bayinya yang sudah tidur terlelap digendongan Hana.
"Hana aku takut, aku takut menyakiti mereka" kata Lino menunduk. Tadi itu benar-benar membuat Lino terkejut, dia tak pernah merasa semarah itu sampai tak bisa mengendalikan diri.
"Lino aku mengerti, tapi jangan seperti ini. Semua akan baik-baik saja" kata Hana. Lino menghembuskan napas panjang lalu meraih kedua bayinya di gendongan Hana.
"Baik Hana, terima kasih" katanya dengan senyuman lemah.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
KARMA [ Banginho ]
FanfictionDewa perang. Orang menyebutnya dengan panggilan demikian. Seorang pria gagah yang terlahir dari dua dewa dan dewi Agung di kayangan. Dewa perkasa yang akan melanjutkan dinasti selanjutnya. Tak heran jika orang-orang selalu mendambakan dirinya. Tapi...