Karma - Chapter 33

164 17 2
                                    

Semua prajurit terlihat melaksanakan tugas mereka masing-masing. Kini mereka sangat sibuk menyiapkan kebutuhan perang. Beberapa hari kedepan adalah momen yang mereka tunggu-tunggu. Semua tenaga sudah disiapkan melalui latihan yang keras dan intens.

"Semuanya sudah masuk?" Tanya sang pemimpin pada mereka. Sang dewa tampan dengan wajah tegas dan sangarnya. Jika dimedan perang dirinya tak pernah terkalahkan oleh siapapun. Aura dominasinya sangat kuat hingga membuat siapapun ketakutan menatapnya.

"Sudah Yang Mulia" kata mereka menunduk hormat pada sang pangeran. Chan mengangguk perlahan melihat hasil kerja para anak buahnya.

"Ini sepertinya kurang" ucap Chan. Tapi entah kenapa tak ada respon cepat dari mereka. Chan menaikan salah satu alisnya menatap mereka semua. Semua malaikat dan dewa yang menjadi prajurit terlihat terpaku ke suatu arah.

Chan seketika langsung menoleh dan menatap ke sana. Matanya terbelakak melihat sosok yang lewat di depan tempat latihan prajurit. Sosok pria manis dengan pakaian minim menampakan tubuh indahnya. Dia terlihat tersenyum sembari menggandeng tangan seorang dewi yang tak kalah cantiknya.

"Saya belum pernah melihat seseorang secantik itu" kata seorang prajurit refleks dari mulutnya. Chan menelan ludah, tapi setelah kembali dari rumahnya Lino sangat berbeda. Lebih ceria, dan juga sangat manis. Walaupun agak sedikit galak pada Chan. Tapi dia mengasuh bayi mereka dengan baik.

Tatapan mereka kini bertemu, namun dalam persekian detik Lino menatap ke arah lain seperti tak memperdulikan Chan yang padahal tersenyum untuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tatapan mereka kini bertemu, namun dalam persekian detik Lino menatap ke arah lain seperti tak memperdulikan Chan yang padahal tersenyum untuknya. Pria itu menghela napas dan melihat semua anak buahnya yang masih terpaku.

"Kalian jangan macam-macam ya, dia itu calon ratu ku. Jadi jika masih ingin hidup jaga sikap" katanya dingin. Seorang orang di sana langsung menatap ke arah dan kemudian melanjutkan pekerjaannya.


_____


Suasana sore ini sangat indah, sosok pria tampan ada di taman sembari membawa sebuah bunga di tangannya. Dia sengaja menyelesaikan tugasnya lebih cepat untuk bisa datang ke sini.

Tak lama setelah itu, seorang pria manis datang dengan wajah dinginnya. Pakaiannya masih sama seperti tadi pagi. Akhir-akhir ini Lino seperti ingin membuat Chan tersiksa karena pasonanya.

"Ada apa?" Tanyanya ketus. Chan tersenyum lalu melangkahkan kakinya mendekat ke arah sang istri. Bunga yang di bawa Chan dipasangkan ke telinga Lino. Sontak membuat sang empu terkejut.

"Rambut mu sudah panjang, apa tidak mau di potong?" Tanya Chan. Lino menatap suaminya dengan tatapan mematikan.

" Tidak usah peduli, apa mau mu?" Tanya Lino padanya. Chan tersenyum kemudian memeluk tubuh mungil istrinya dengan sayang. Tak bisa dipungkiri jika Chan sangat merindukan Lino. Walaupun akhir-akhir ini dia galak tapi tak membuat Chan takut padanya.

"Jangan peluk aku, nanti kau mesum" gumamnya berusaha melepaskan diri. Chan semakin memeluknya, dia pun mencium leher Chan dengan gemas.

"Jangan galak seperti itu, aku jadi takut" katanya. Lino mendorong tubuh sang suami sembari menampakan wajah masamnya. Chan terkekeh melihat sikap Lino yang akhirnya mulai nampak.

"Boleh aku bertemu dengan mereka?" Tanya Chan. Lino masih sama terlihat kesal tapi dia mengangguk perlahan.


Setelah diusir oleh Lino dari kamarnya karena berbuat mesum dan berusaha menggodanya. Chan kini kembali menyusun rencana untuk meluluhkan hati istrinya itu. Seperti biasa dia akan meminta bantuan pada adik sibuk nya si pangeran samudra.

"Cukup kak. Aku tahu dia tidak akan menerima ku lagi" katanya kesal. Imsol sama seperti Lino, wajahnya masam sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

"Maafkan aku, tapi tolong bantu aku. Kau juga ingin aku rujuk dengannya kan?" Tanya Chan berusaha merayu sang adik. Imsol menghela napas pelan, tapi dari cerita kakak sulungnnya Bang Chan sudah mulai berubah.

"Iss baiklah. Aku harus apa?" Tanya Imsol. Chan tahu adiknya punya kekuatan khusus untuk membuat bayangan yang hanya bisa dilihat oleh orang-orang tertentu sesuai dengan keinginannya. Rencananya Chan ingin Imsol membuat beberapa bayangan untuk mengganggu si kembar agar membuat Lino panik. Dan saat itu Chan akan datang ke sana berusaha menenangkan mereka.

"Rencana mu murahan sekali kak, tapi kita harus coba" ucap Imsol. Dia dengan ahlinya mengeluarkan kekuatan sihirnya. Seperti prediksi Chan, kedua bayinya menangis kejar karena ketakutan oleh bayangan yang dibuat oleh Imsol.

"Imsol lakukan sampai aku di dalam, aku menyayangi mu adik ku" ucap Chan berlari masuk ke dalam. Imsol menghela napas pelan, tak kira dia akan ikutan masuk ke rencana receh kakaknya.

Di sisi lain, Lino benar-benar panik melihat kedua bayinya yang terus menangis. Mereka sampai tidak mau menyusu dan terlihat gelisah. Dengan berkeringat dingin sang dewa menenangkan kedua bayinya itu.

"Kalian kenapa hmm? Kenapa tidak kau menyusu" ucap Lino. Mereka menangis lumayan lama, Lino semakin lama semakin panik. Apa mereka kesakitan? Mata mereka terus menatap ke suatu arah. Tapi saat Lino menatap ke sana tak ada apapun.

Ketika dirinya merasa kalut, Lino mendengar suara pintu dibuka dari luar. Chan datang dengan wajah cemasnya melihat Lino yang berkaca-kaca berusaha menenangkan mereka.

"Mereka kenapa Lino?" Tanya Chan sok panik. Padahal dia tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Tidak tahu Chan, tiba-tiba mereka menangis. Aku bingung, mereka juga tidak mau menyusu" katanya. Chan mendekat dan duduk di samping istrinya. Dia kini menggendong salah satu dari mereka sembari berusaha menenangkannya. Tak lama setelah itu kedua bayi mereka diam dan mulai tenang.

"Seperti mereka merindukan aku juga" kata Chan sembari melontarkan tatapannya pada Lino. Pria manis itu nampak berusaha mengusap wajahnya yang basah karena keringat dan air mata. Sepertinya benar apa yang Chan katakan, mereka pun juga butuh sang ayah.

"Ayo coba kau susui sekarang" kata Chan membantu Lino memangku kedua anak mereka. Keduanya terlihat menyusu dengan baik di sana, senyuman Lino terlihat saat ini menatap dua buah hatinya. Chan terharu melihatnya, ketiga orang yang sangat berharga di hidupnya saat ini.

Walaupun caranya agak licik, tapi Chan menikmati. Akhirnya mereka bisa berkumpul kayaknya keluarga kecil.

"Mereka sangat rakus ya" ucap Chan memandang keduanya. Lino terkekeh refleks lalu mengangguk. Jantung keduanya kian berdetak sangat kencang.

"Apa tidak sakit?" Tanya Chan pada Lino. Si manis menggeleng, rasanya teramat canggung seperti ini. Dirinya kian menjauh dari Chan.

"Lino aku tahu perasaan mu. Memang aku tak termaafkan. Besok aku akan pergi berperang, jadi hari ini aku ingin berpanitan pada mu" ucap Chan memberanikan diri. Lino perlahan menatap Chan yang ada di sampingnya.

"Hmmm ya" jawabnya singkat. Chan memeluk tubuh mungil Lino yang masih memangku kedua bayi kembar mereka.

"Aku membuat tempat baru, selama aku pergi apa kau mau tinggal di sana bersama mereka?" Tanya Chan pada si manis.









TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

KARMA [ Banginho ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang