Karma - Chapter 24

180 21 6
                                    

Chan menatap Minho yang kini ceria seperti biasanya. Senyuman Chan kian mengembang, namun jujur dia ingin kembali bertemu dengan jiwa yang sudah berikatan dengannya. Lino.

"Minho malam ini purnama kan? Aku ingin menginap di sini ya" kata Chan pada pria manis itu. Minho seperti biasa tak menolak apa yang diinginkan sang kekasih.

Ini sudah satu bulan setelah pertemuannya kembali dengan jiwa Lino. Malam ini Chan berencana untuk membujuk pria manis itu kembali. Dia akan berusaha menjelaskan semua dan meminta maaf pada Lino.

"Baik terima kasih" ucap Chan sembari memberikan senyumannya pada di manis. Setelah jalan-jalan seharian, Minho merasa sangat lelah. Saat sampai di apartemen rencananya dia akan langsung tidur.

Tapi rencana adalah rencana, saat keduanya sampai adegan panas berlangsung cukup lama hingga larut malam. Saat bersama Chan dia benar-benar tak bisa tidak tergoda dengan pesona pria tampan berumur 30 tahunan ini.

"Sudah. Sudah cantik" ucap Chan setelah memakaikan Minho sebuah baju tidur minim yang membuat penampilan sang empu semakin menggemaskan. Minho menunduk malu, semakin lama Chan semakin perhatian padanya.

Minho memeluk Chan sembari memberikan sebuah ciuman di bibir tebalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Minho memeluk Chan sembari memberikan sebuah ciuman di bibir tebalnya. Chan pun tak menolaknya sembari mengusap perut rata milik Minho.

"Ayo tidur, aku akan memeluk mu" kata Chan membawa Minho berbaring. Pria manis itu kini ada di depan Chan meringkuk. Kedua tangan Chan melingkar di pinggang rampingnya. Perlahan kantuk mulai melanda Minho dan dalam sekejap dirinya terlelap.

Chan mencium pucuk kepala si manis sembari mengusap rambut merahnya dengan lembut. Dia sengaja tidak tidur untuk menunggu sosok dewa yang ingin sekali dirinya temui.

Tangan Chan masih awet memeluk tubuh mungil di depannya. Hampir dua jam dalam posisi yang sama. Ketika Chan mulai mengantuk, dirinya merasakan tangannya dilepaskan perlahan dari tubuh si manis.

Chan langsung terjaga, dadanya merasakan degupan jantung Minho kian cepat dan tubuhnya menghangat. Chan menatap pergerakan pria manis di depannya yang berusaha melepaskan diri dari kungkungan tubuh Chan.

"Aiss kenapa ada dia di sini" gumam pria itu agak jengkel. Chan terkekeh perlahan kemudian berusaha untuk memeluknya lebih erat.

"Kau mau ke mana?" Tanya Chan sembari memberikan ciuman di leher si manis. Mendengar suara Chan pria itu kian semakin berontak ingin dilepaskan.

"Lepaskan aku! Aku tidak mau melihat wajah mu lagi" katanya kesal. Chan merasakan beberapa pukulan di tubuhnya. Jujur dia menikmati kemarahan istrinya ini.

"Kenapa sayang? Apa kau tidak merindukan suami mu?" Pertanyaan Chan sontak membuat wajah si manis merona. Chan terkekeh melihatnya tapi dia memang lah Lino istrinya.

"Istri? Suami macam apa yang ingin membunuh istrinya demi wanita lain?" Tanya Lino kesal. Rupanya Minho dan Lino tak berbeda mereka punya sifat yang sama. Walaupun mungkin dia menahan kemarahannya pada Chan sejak dulu.

"Maaf kan aku. Tolong jangan seperti ini, aku merindukan mu" kata Chan sembari mencium leher Minho sekilas. Minho semakin keras memberontak. Melihatnya Chan tak punya pilihan lain untuk melemahkannya.

Tangannya yang nakal menurunkan celana dalam yang terpakai di tubuh Lino. Perlahan tapi pasti dia mengeluarkan miliknya dan memasukannya ke dalam. Lino sontak kaget melihat hal yang sangat tiba-tiba ini.

Seperti yang Chan pikirkan, dia langsung diam gak berontak. Lino terengah-engah merasakan lubangnya kian diisi oleh penis Chan yang hangat dan semakin lama semakin mengeras. Sudah sangat lama dia tak merasakan ini.

"Nghhh ahh kau memang kurang ajar Chan" katanya kesal. Chan tak peduli, dia hanya ingin istrinya saat ini. Pelukan erat itu Lino rasakan serta gerakan pinggul Chan yang maju mundur membuat sensasi aneh bergejolak di dalam tubuhnya.

"Nghhh ahhh lepaskan ahh kau jahat" desah Lino berusaha melepaskan dirinya. Namun, Chan semakin menjadi-jadi. Dirinya kini menaikan kaki Lino ke atas.

Pria itu tersenyum menatap wajah kebingungan istrinya yang masih menganga. Chan kian mendekatkan bibirnya ke wajah si manis meraup bibir tipis merona miliknya.

Lino memejamkan matanya, di bawah sana gerakan Chan semakin lama semakin menggila. Lino merasa aneh, tubuhnya seperti menerima semua yang diberikan oleh Chan.

"Nghh anghhh ughhhh ahh" desahnya menggila. Chan tersenyum melihat istrinya yang kian tak berdaya. Sampai saat Chan berhasil melakukan pelepasan di dalam tubuh Lino. Si manis kini terengah-engah, lubangnya kian kosong ketika Chan menarik penisnya dari sana.

"Aku tahu kau merindukan aku juga" kata Chan. Lino menatap mata Chan dengan tatapan tajam, pria itu kini duduk sambil mendorong bahu Chan menjauh darinya. Galak, Chan suka sekali Lino mode galak.

"Sudah kan? Ayo pergi! Aku yakin kau hanya merindukan tubuh ku. Kau sama saja seperti dulu" katanya kesal. Dirinya berusaha merapikan pakaiannya yang berantakan.

"Ayo pulang Lino, apa kau tak merindukan anak kita?" Tanya Chan. Lino terdiam, ketika mengingat bayinya yang malang dia langsung jadi sensitif.

"Itu anak Imsol bukan anak mu" katanya. Chan menggeleng kini bangun sembari memeluk bahu Lino.

"Aku benar-benar minta maaf pernah mengatakan itu, tapi mereka memang anak kita" katanya. Minho berkaca-kaca mendengarnya namun dalam sekejap dirinya menampar pipi Chan kesal.

"Cukup Chan! Cukup aku tidak mau mendengar apapun lagi. Mana ada seorang ayah yang mengutuk kedua anaknya dan mana ada suami yang tega membuang dan menelantarkan istrinya? Aku sudah tidak punya maaf untuk mu. Tapi aku sudah memaafkan mu atas apa yang kau lakukan pada ku dulu. Menyiksa ku, menyiram ku dengan air panas serta memenjarakan ku. Aku turut berterima kasih karena aku tahu bahwa ada seorang dewa yang begitu brengsek seperti mu. Namun, saat kau mengutuk anak ku saat itu lah tak ada kata maaf lagi untuk mu!!" katanya dengan nada tinggi. Lino berusaha mengeluarkan semua isi hatinya.

Chan menangis mendengar, kenapa baru sekarang rasa itu muncul. Kenapa tidak dari dulu, dia seperti ingin mengutuk dirinya sekarang.

"Sudah cukup. Aku hanya ingin menjalani hukuman ku dengan baik. Kau kembalilah, aku tak ingin kembali sebelum hukuman ini berakhir. Kau adalah seorang dewa agung yang sangat terhormat. Bercinta dengan manusia sangatlah tidak bermoral bagi dewa seperti mu. Jadilah seorang yang terhormat seperti gelar yang kau punya. Jika tidak dijaga mungkin kau akan kelepasan dan bersenggama dengan mahkluk yang lebih rendah dari manusia" katanya tanpa menatap Chan. Chan melihat aura Minho yang hitam pekat dan membara memperlihatkan sebuah dendam yang tak bisa dibendung.






TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

KARMA [ Banginho ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang