Karma - Chapter 34

140 18 4
                                    

Lino tersenyum melihat tempat baru yang Chan katakan malam itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lino tersenyum melihat tempat baru yang Chan katakan malam itu. Walaupun Lino tak mengatakannya dengan pasti mau atau tidak, tapi sepertinya sudah selesai bermain-mainnya. Sekarang sang dewa telah melakukan tugasnya di medan perang. Entah sampai kapan? Tapi Lino pasti akan sangat merindukan suaminya itu.

Kaki telanjangnya masuk ke tempat itu sembari menggendong dua bayi gembulnya yang terlihat begitu senang melihat hamparan bunga mawar yang menghiasi tiap bangunan rumah baru mereka.

Semuanya sangat sederhana namun terkesan indah. Sangat berbeda dengan istana milik Chan yang lebih bernuansa hitam dan putih.

Apalagi di sana agak jauh dari istana membuat tempatnya terkenal tenang dan sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Apalagi di sana agak jauh dari istana membuat tempatnya terkenal tenang dan sepi. Lino penuh senyuman masuk menyusuri tiap inci rumah baru keluarga mereka.




_____



Lino menatap kedua bayinya yang kini sudah tertidur. Lima puluh tahun berlalu namun tak ada tanda bahwa suaminya akan datang. Ini adalah perang yang terpanjang setahu Lino. Anak mereka pun sudah mulai tumbuh jika seorang manusia mungkin mereka sudah berusia 7 bulanan.

Tak ada yang bisa Lino lakukan selain mengurus kedua bayinya. Rasanya sangat bosan sekali. Tapi beberapa hari lagi penobatan gelar Lino sebagai salah satu dewa neraka akan dilaksanakan. Walaupun Jaekhyung mengatakan dia boleh bertugas kapan pun tapi dia juga segan dan malu.

Lino tak tega meninggalkan kedua anaknya pergi ke neraka untuk bekerja. Kedua bayi itu sangat suka menyusu dan berada di dekat Lino. Apalagi keduanya sangat gemuk dan lucu.

Siang berlalu dengan cepat, malam pun kembali menghampirinya. Lino duduk di ranjangnya sembari menatap ke arah jendela. Bagaimana nasib suaminya? Sangat ingat sekali saat Chan berpamitan Lino masih saja tak acuh padanya.

"Apa aku juga membuat dia sedih?" Gumam Lino menunduk. Hidupnya terasa sangat hampa dan tidak nyaman. Tak bisa dipungkiri jika Lino merindukan Chan.

Ketika kalut dalam lamunannya, pria manis itu mendengar suara pintu dibuka dari luar. Jantung Lino berdegup kencang, dirinya kini berlari keluar dari kamar. Tubuhnya bergetar melihat sosok pria yang sangat dia rindukan.

KARMA [ Banginho ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang