Hai Readers👋
Happy Reading🥰
Semoga suka, Aamiin🤲
Jangan lupa vote dan komen yaa✨8. Warning!!
Baiknya dia untuk semua orang
Tapi mengapa aku tetap terbawa perasaan
-Zalfa Rania Alexander-Rembulan bersinar cerah, malam ini keluarga Alexander sedang berkumpul seperti malam-malam biasa, menonton televisi sambil menikmati cemilan yang ada.
"Fa, kamu sudah belajar?" Tanya Bunda menoleh ke anak perempuan yang sibuk mengunyah.
Zalfa menelan makanannya, "Udah Bun. Tadi siang aku sudah belajar," Zalfa santai, ia kembali makan camilan.
Ayah meraih remote yang berada dihadapannya, ia menekan tombol merah, dan otomatis tv itu mati.
"Ayah..," rengek Zalfa menatap Ayahnya sebal.
Ayah melihat Zalfa dengan tegas, "Berhenti nonton televisi, sekarang ke kamar belajar lagi. Besok kamu ulangan ingat, Jangan mengecewakan ayah!" Ucap Ayah, ia pergi meninggalkan ruang keluarga itu.
Zalfa merasa takut, "Baik yah," Zalfa pasrah ia berjalan lesu menuju ke kamarnya, tidak lupa membawa cemilan untuk menemaninya belajar.
**
Pembelajaran semester 1 telah berakhir ditandai dengan pelaksanaan Penilaian Akhir Semester hari ini hingga seminggu ke kedepan. Dalam satu hari ada 3 mata pelajaran yang diujikan.
Ulangan kali ini tempat duduknya diacak, dalam satu ruang terdapat campuran beberapa kelas. Zalfa ujian di ruang 6, ia sekelas dengan 10 IPS 1, 11 IPA 3, 11 IPS 3, 12 1PS 2. Zalfa duduk sebangku dengan Reksa, Dari kelas 10 IPA 1 ada Zalfa, Citra, Brian, Leo.
Pagi ini Zalfa berangkat lebih awal, agar ia bisa belajar dikelas sambil menunggu jam masuk. Tak berselang lama, siswa-siswi yang lain mulai berdatangan.
Diparkiran sekolah Anzel dkk sudah datang, namun mereka memilih untuk menongkrong di parkiran dulu.
"Lo semua udah belajar?" Tanya Laskar melihat sudah banyaknya murid yang datang, mungkin untuk melanjutkan belajar dikelas ataupun baru akan belajar.
"Kalau gue sih, pastinya belum," Ucap Candra dengan percaya dirinya.
Tidak perlu dijawab Laskar tahu jawaban dari tiga temannya itu. "Udah," Ucap Anzel, Reksa, Victor serentak, benarkan Laskar sudah menduganya.
"Kalau lo las?" Tanya Candra.
"Kalau gue tentunya belum. Tapi gue percaya sama Reksa," jawab Laskar yakin.
Reksa menatap penuh selidik pada balasan Laskar. "Hah maksudnya?" Ucap Candra tak paham.
"Gue percaya Reksa bisa, bisa nyontekin gue maksudnya, hehehe," ucap Laskar santai.
Reksa memutar bola matanya malas mendengar jawaban si penyonteknya itu.
"Bentar lagi bel bunyi, Ayo masuk!" Ajak Victor.
"Ayo, daripada nanti kena amuk sama Bu Lutfi," Ucap Anzel mengiyakan.
Mereka kemudian berpencar ke ruang ujian masing-masing, termasuk Reksa dan Laskar yang sekelas. Reksa menaruh tasnya kemudian ia duduk disampingnya Zalfa.
Canggung BANGET duduk sebangku sama temannya kak Anzel,
Kenapa kelas gue gak sekelas sama kak Anzel, batin Zalfa mengsedih.
Kring
Bel sekolah berbunyi, pengawas ruangan memasuki ruang ujian. Yang menjadi pengawas di ruang 6 ialah Pak Andi, yang terkenal killer dikalangan anak-anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Kak Anzel! [SELESAI]✔️
Fiksi Remaja"Kalau ada yang gak bisa, cari aku aja ya...." "Santai aja kalau sama aku!" Ucap seorang laki-laki yang terkenal akan sikap friendlynya dan sekaligus menjadi ketua ekstrakurikuler jurnalistik, ia adalah Anzel Naafi Bimantara. Bagi semua orang mungki...