15. PRESSURE✔️

8 4 0
                                    


Hai Readers 👋
Happy Reading🥰
Semoga suka, Aamiin🤲
Jangan lupa vote dan komen yaa✨

15. Pressure

Sore menuju malam diruang keluarga Alexander, semua sedang berkumpul seperti biasanya.

"Ayah dengar minggu depan kamu ulangan?" Tanya Ayah.

Zalfa yang sedang menonton televisi hanya menjawab dengan anggukan.

"Kalau gitu sekarang belajar, ngapain masih nonton televisi?" Ucap Ayah.

"Bentar Yah, ini lagi seru," ucap Zalfa tak ingin ketinggalan episode baru dari drama aksi yang sedang ia lihatnya.

Ayah geram ia langsung mematikan televisinya, "Cukup Jurnalistik yang bikin konsentrasi kamu terpecah, jangan sampai televisi juga ikut jadi penyebabnya."

"Gak ada hubungannya Yah," ucap Zalfa.

"Kamu kira ayah gak tahu, kalau nilai latihan-latihan kamu menurun akhir-akhir ini, sejak kamu sibuk ikut jurnalistik jurnalistik itu," ujar Ayah.

"Tugas kamu sekolah itu belajar, jadi belajar yang rajin. Apapun yang bikin konsentrasi pecah lebih baik kamu gak usah ikut. Ayah gak izinkan," Lanjut Ayah tegas.

"Tapi Yah? Aku tetap belajar kok Yah. Jangan khawatir nilai ulanganku gak akan turun Yah. Aku janji," mohon Zalfa sedih.

"Gak ada tapi-tapian Zalfa Rania Alexander," Ucap Ayah lalu memilih pergi dari ruang keluarga.

"Bun tolong bujukin Ayah," Mohon Zalfa pada Bundanya.

"Iya, Bunda akan usahakan bujukin Ayah kamu. Sekarang, kamu ke kamar, belajar yang rajin tunjukkan ke Ayah kamu kalau persepsi ayah kamu salah," Nasihat Bunda.

Bulir-bulir bening turun menghiasi wajahnya yang cantik. Ia sedih, bagi Zalfa jurnalistik adalah rumah barunya, tempat yang mengajarkan hal baru padanya dan tempat yang membuat nyaman untuknya, bukan karena ada Anzel didalamnya, namun jurnalistik yang mengajarkan bahwa sekolah, bukan hanya tempat untuk belajar namun tempat untuk mencari pengalaman organisasi dan ia menemukan itu di jurnalistik.

**

Setelah perdebatan dengan Ayah dan zalfa malam itu, hubungan keduanya belum membaik seperti sedia kala.

"Ayah perbolehkan kamu ikut jurnalistik," ucap Ayah tiba-tiba ketika sedang sarapan.

"Makasih Ayah," ucap Zalfa kegirangan. Usaha Bundanya memang tak pernah gagal jika membujuk Ayahnya.

"Namun, sebagai gantinya kamu harus tetap mendapatkan peringkat 1 ulangan ini," Ucap Ayah menwarkan perjanjian.

Zalfa tanpa pikir panjang mengiyakan permintaan tersebut, "Zalfa janji Yah."

Setelah perjanjian tersebut, Zalfa lebih giat lagi belajar setiap ada kesempatan ia akan sempatkan belajar bahkan hingga larut malam, apalagi ini menjelang penilaian akhir tahun.

Namun disisi lain ada penyesalan atas janji yang telah ia buat, ia merasakan kelelahan atas ekspektasi yang berlebih.

Aku capek Yah

Beri aku waktu santai sebentar Yah

Jangan taruh harapan yang besar pada anakmu ini yang ringkih.

Coretan Zalfa memenuhi setiap lembar bukunya, tak terasa bulir bening itu kembali menetes membasahi lembaran itu. Ia menepuk-nepuk dadanya berharap rasa sesak disana hilang.

Ia merasakan jenuh belajar, Ia sebenarnya ingin melepaskan, namun ia tidak tahu bagaimana caranya. Zalfa tahu Ayahnya hanya ingin terbaik untuk anaknya, Zalfa membenarkan namun disatu sisi ada rasa lelah ketika dituntut menjadi sempurna. Zalfa lelah Yah.

Hai, Kak Anzel! [SELESAI]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang