Itu sudah satu minggu berlalu sejak hari di mana Taeui memutuskan untuk menjadi lebih dekat dengan Ilay, namun rasanya Taeui masih belum bisa menatap wajah lelaki itu lebih dari tiga puluh detik. Berbicara dengannya, bahkan menjadi sangat canggung sementara, Ilay sendiri bersikap biasa saja seolah di antara mereka tidak pernah terjadi apa-apa.
Rasanya benar-benar aneh, setiap kali bersama pria itu, terlebih sekarang Taeui tinggal di apartemennya.
Ya, Taeui sudah pindah dari tempatnya yang lama. Ilay menahannya untuk tetap di apartemen saat mengetahui jika Taeui berencana menemukan rumah sewa. Apa pun itu, Taeui berharap semuanya bisa menjadi lebih baik ke depannya.
"Kenapa baru pulang sekarang?"
Malam itu, Ilay pulang sangat larut karena kepentingan sebuah proyek. Hampir pukul sebelas, ketika Ilay berjalan masuk ke dalam kamar mereka.
Kamar mereka, katakan saja demikian. Mengingat, bagaimana Taeui tidak hanya tinggal di apartemen Ilay melainkan juga berbagi kamar tidur yang sama dengan lelaki ini. Ilay sejak Taeui di sisinya, bahkan tidak membiarkan Taeui pergi ke kantor untuk bekerja. Manusia otoriter itu dengan terang-terangan mengatakan jika Jeong Taeui resmi dipecat.
"Lebih baik jika mulai sekarang, Taeui makan gaji buta saja."
Hanya itu yang Ilay katakan setiap kali Taeui bertanya padanya tentang alasan kenapa pria sinting itu memecatnya. Apa Ilay sungguh menginginkan Taeui menjadi pengangguran, tinggal di apartemen mewah, menerima uang bahkan tanpa harus melakukan apa-apa, cukup bernapas dan hidup saja?
Tentu demikian. Bahkan selama satu minggu terakhir, setidaknya Ilay selalu mengirimkan uang ke nomor rekening pribadinya paling sedikit, sebanyak sepuluh juta euro. Jumlah yang bahkan sudah melampaui kosakata fantastis.
"Taeui..."
Nada bicara lelaki itu selalu saja terkesan tidak hangat dengan raut wajah sedingin salju. Siapa pun juga, akan setuju mengatakan jika Ilay sama sekali tidak pernah menunjukan kesan menyenangkan sejak awal bertemu.
"...beri aku pelukan."
Ilay membawa Taeui duduk di atas pangkuan, menjatuhkan kening di bahu kecil itu, mencari-cari kenyamanan dari aroma gurih favoritnya. Sekali pun samar-samar, tapi Taeui juga bisa dengan sangat baik merasakan bagaimana jantung lelaki ini terus berdetak kencang.
"Aku lelah, tapi sekarang sudah tidak masalah..."
Ilay bicara dengan suara yang berat. Jika tidak salah mengingat, kapan terakhir kali lelaki ini demam tinggi?
"Ilay..."
Taeui menyentuh kedua sisi wajah Ilay. Terasa panas, seperti mendidih. Kedua bola mata pria ini juga berair. Kondisi yang sama seperti saat Taeui merawatnya beberapa waktu lalu di kantor, semalaman suntuk.
"...benar, kau demam, Ilay."
"Tidak, sama sekali tidak apa-apa, aku baik-baik saja."
Ilay membelai wajah Taeui. Mencium bibirnya yang merekah sedikit melumatnya lembut.
Smooch!
"I-Ilay..." Taeui menahan bahu Ilay. Melepas ciuman yang baru saja mereka nikmati. Menatapnya dengan tatapan sendu. Menyingkirkan setiap helai rambut menutupi kening pria itu.
"...bagaimana kalau kita pergi ke dokter?"
Ilay sedang tidak sehat. Bahkan sebenarnya Ilay perlu pergi ke dokter untuk sekedar diperiksa. Hanya saja, laki-laki sialan ini tidak pernah mau melakukannya.
"Lupakan itu, hanya buang-buang waktu."
"Kenapa buang-buang waktu? Kau bahkan sedang sakit sekarang, tidak bisakah kita pergi bersama-sama? Aku akan mengantarmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Across The Sky Beside You // Ilay x Taeui
FanficSatu-satunya berkah bagi Taeui adalah dilahirkan ke dunia ini sebagai Beta. Akibat kejadian di masa lalu, Taeui juga memiliki kebencian yang sangat ekstrim terhadap Alpha. Terlebih, Alpha dominan. Taeui menjalani kehidupan yang biasa, sampai pada su...