Bagian 19

442 34 6
                                    

Saat ini Helio dan Jema baru saja sampai di rumah Helio. Siang tadi tante Zia menghubungi Helio agar membawa Jema untuk ke rumahnya. Jema bingung namun tetap menuruti permintaan itu. Kini keduanya masuk setelah di buka kan pintu oleh bi Ina.

"Akhirnya calon mantu cantik ku datang juga" Tante Zia mendekat dengan senyum cantiknya.

Jema ikut tersenyum dan mencium tangan tante Zia.

"Malam tante" Sapa Jema.

"Tante udah lama ga liat kamu, Jem. Kangen tante" Ucap tante Zia sambil memeluk Jema.

"Mama selalu gitu, anaknya di sini lho. Kok yang disamperin malah cewek Io dulu"

Jema tertawa melihat Helio yang merajuk.

"Kan udah mama bilang kalau mama lebih suka punya anak kayak Jema yang cantik begini. Bukan anak bandel kayak kamu"

"Emang kak Io sebandel apa tan?"

"Ayo sini sambil duduk. Tante ceritain kelakuan anak bandel itu" Tante Zia menuntun Jema untuk duduk di sofa ruang keluarga.

"Ma, jangan jelek-jelek in Io dong"

"Kamu itu ikut-ikutan aja ya Io. Udah sana, biasanya nyampe rumah langsung masuk kamar terus nge game. Ini kok mau ikutan rumpi kamu. Mama sama Jema mau girls talk tau"

"Jangan bahas Io, ma"

"Bawel kamu, sana lho"

"Mama gitu. Papa di mana ma? Io mau nyamperin papa aja"

"Ya sana ke papa mu. Dia di ruang kerja"

Helio akhirnya pergi menuju ruang kerja papanya. Zia beralih menatap Jema lalu mengelus rambut Jema dengan halus.

"Jema apa kabar? Beberapa kali tante pesan risol ke ibumu tapi yang anter selalu ojol"

"Kabar Jema baik tan. Beberapa hari ini Jema ga bisa bantu ibu anter pesanan soalnya tugas kampus mulai banyak tan"

"Kamu kalau ke kampus sama Io kan?"

"Iya tan, Jema repotin kak Io terus"

"Gapapa, kamu repotin terus aja biar anaknya berhenti keluyuran ga jelas kayak dulu"

Jema terkekeh mendengar ucapan itu.

"Kalian lagi deket kan?"

Jema terlihat canggung, dia menatap ragu tante Zia.

"Io udah cerita ke tante. Kalau dia suka sama kamu. Tante waktu Io cerita gitu seneng banget rasanya" Tante Zia tatapannya menerawang.

"Dulu tante sama ibumu pernah kepikiran buat jodohin kalian. Tapi setelah dipikir-pikir lagi ga mungkin kita lakukan. Takutnya kalian terpaksa dan malah ga bahagia. Makanya waktu denger Io naksir kamu tante seneng banget. Jadi bisa besanan sama Ila"

Jema membalas senyuman Zia yang ditujukan kepadanya.

"Jema senang kalau tante Zia enggak keberatan sama hubungan kami"

"Gimana ada perubahan sikap dari Io ga?" Tanya tante Zia dengan senyum menggoda.

Jema mengangguk mendengar pertanyaan tante Zia.

"Jema pikir kak Io orangnya cuek-cuek dingin tan. Soalnya awal kenal kak Io dia itu ga banyak ngomong, bahkan jarang senyum juga. Tipikal orang kaku gitu lho tan. Tapi semakin lama kami dekat kak Io mulai banyak ngomong, perhatian juga. Dan akhir-akhir ini kak Io gemesin baget tan. Tiba-tiba manja sama cemburuan" Jema tertawa mengingat hal itu.

"Ya itu sifat asli Io. Apa lagi kalau sakit bisa mirip bayi dia. Tante itu khawatir Io tinggal di apartemen sendiri. Ga ada yang awasin, kegiatannya juga ga ke kontrol. Suka keluar malem, main ga jelas. Tapi anaknya badung susah dibilangin. Kadang kalau debat sama dia bikin kepala tante pusing"

Renjana Jiwa  ||  Heejake (GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang