Bagian 3

725 61 3
                                    

Saat ini jam sudah menunjukan pukul 8.30 malam, jalanan terlihat sepi. Di halte bus terlihat Jema sedang gelisah. Menatap ponselnya yang habis baterai.

"Aduh, jam segini udah nggak ada bus yang bakalan lewat sini. Gue pulangnya gimana coba? Mau pesan ojol tapi hp nya lowbat" monolog Jema yang semakin resah.

Jema menengokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri melihat apakah ada kendaraan yang lewat. Namun nihil jalanan itu terlihat sepi sekali. Seketika bulu kuduk Jema meremang. Jema pun memutuskan duduk di bangku halte. Tangannya merogoh ponsel di tasnya. Kepalanya menunduk mencoba menyalakan ponselnya namun ponsel itu tidak menampilkan apa-apa, hanya layar hitam yang ditampilkan ponsel itu. Sungguh Jema ingin menangis saat ini.

Namun tiba-tiba terdengar suara motor yang kemudian berhenti di halte. Jema menatap was-was pada pengendara motor itu. Pengendara motor itu mematikan dan menyetandarkan motornya. Lalu mendekat kearah Jema dan melepaskan helmnya.

"Je, ngapai disini"

"Kak Helio, gue kira siapa. Lo buat gue takut kak" Jema beranjak dari duduknya dan mendekat ke Helio.

"Ngapain disini, Je? Udah nggak ada bus juga jam segini"

"Tadi habis nganter pesanan ke Heaven Residence. Ini mau balik tapi baru inget kalo waktu berangkat naik bus terakhir. Dan mau pesen ojol tapi hp gue habis baterai, kak"

"Heaven Residence blok berapa?"

"Blok D, kak. Kak Helio abis dari mana emang kok sampai sini?"

"Rumah gue di Heaven Residence juga"

"Berarti tetangga lo kak langganan risol sama jajanan pasar buatan ibu gue. Namanya tante Achazia. Lo kenal nggak kak?"

"Blok D no 11 bukan?"

"Iya bener" jawab Jema sambil mengangguk. "Baik banget tante Zia, kalau pesen snack ke ibu pasti banyak. Ehm, paling abis ini gue mau balik lagi kesana deh, kak. Mau numpang carge hp biar bisa pesen ojol"

"Nggak perlu, ayo gue anter aja. Dan tante Zia yang lo maksud itu Mama gue"

Jema terbelalak kaget mendengar ucapan Helio.

"Jadi kak Helio itu Io, anaknya tante Zia. Aku sering lho kak anterin pesenan ke rumah tante Zia. Tapi kok nggak pernah ketemu kakak ya?"

"Gue balik ke rumah kalo weekend sama kalo nggak ada jadwal ngampus aja. Hari-hari di apart lebih deket kalau mau ke kampus"

Jema manggut-manggut mendengar ucapan Helio.

"Yaudah ayo gue anter. Sekalian mau balik ke apart"

"Rumahku di Muarabata, kak. Apart kakak dimana? Searah atau nggak?"

"Apart gue di Senopati Grande, lewatin Muarabata juga. Ayolah gue anter aja. Udah jam segini, bahaya buat lo"

Jema terlihat menimbang tawaran Helio.

"Ayo, udah nggak usah kebanyakan mikir" kata Helio sambil menggenggam lembut tangan Jema dan sedikit menarik Jema mendekat kearah motornya.

"Nih pake helm gue" kata Helio sambil menyerahkan helm berwarna putih yang tadi dia pakai.

"Terus kakak pake helm apa?" Kata Jema sambil menerima helm itu.

"Ini ada helmnya Nicho yang masih kebawa sama gue" kata Helio sambil memakai helm hitam itu.

Helio terkekeh yang melihat Jema kesulitan mengaitkan tali helm nya.

"Sini gue bantu"

Helio mendekat kearah Jema untuk membantu mengaitkan tali itu. Dari jarak sedekat itu Jema bisa merasakan harum tubuh Helio yang terasa sangat maskulin. Dan juga ketampanan Helio dengan alis tebal, bulu mata lentik, hidung mancung, bibir tipis membuat Jema masuk ke dalam pesona Helio. Matanya tidak berkedip menikmati pahatan surgawi di wajah Helio. Jantungnya berdesir ketika Helio menatap tepat di manik Jema setelah berhasil mengaitkan tali helm itu.

Renjana Jiwa  ||  Heejake (GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang