Bagian 23

397 36 4
                                    

Dua hari sudah Helio menenangkan dirinya. Tidak berbicara pada siapa pun. Hanya berdiam diri di kamar markasnya. Bahkan ponselnya dia matikan. Dia keluar hanya saat sahabat-sahabatnya mengajaknya makan saja. Seperti saat ini.

"Makan Hel, mati lo kalau ga makan" Ucap Jason sambil menyerahkan bungkusan plastik kepada Helio.

"Thanks, bro"

"Jema ga bisa ke sini soalnya ada kerkom dia" Ucap Samudra saat Helio mulai memakan makanannya.

"Dianter siapa?"

"Tadi sama Sonia, tempat kerkomnya kebetulan sama jadi mereka barengan"

Helio hanya mengangguk dan kembali menikmati makanannya. Tak membutuhkan waktu lama untuk Helio menghabiskan makanan itu. Helio hendak beranjak sebelum suara Nicho menginterupsinya.

"Bang Helio" Panggil Nicho.

Helio yang sudah beranjak jadi berbalik menatap Nicho.

"Tante Zia nanyain lo ke gue. Dia titip pesan kalau lo disuruh balik ke rumah. Om Agaam udah landing semalem"

Helio hanya diam dan mengangguk.

"Diomongin Hel jangan lari lagi. Semoga masalah lo cepet kelar" Samudra menepuk bahu Helio.

Helio mengangguk kemudian berbalik menuju kamarnya. Di dalam kamar dia merenung. Dan dia memutuskan untuk menghadapinya. Helio mengambil jaket dan kunci motornya. Dia keluar dari kamar dan mendekat ke sahabat-sahabatnya.

"Gue balik dulu"

Ketiga sahabatnya kompak menoleh ke arah Helio.

"Kalau butuh tempat buat kabur ke sini aja. Lo ga sendirian Hel. Kalau lo kabur banyak orang yang khawatir" Jason berdiri dan menepuk bahu Helio.

"Iya bang, lo punya kita sebagai sahabat lo. Dan lo ada Jema yang bakal selalu support lo"

Helio tersenyum tipis, dia bersyukur memiliki sahabat seperti mereka.

"Thanks. Gue paling balik ke sini lagi"

"Ati-ati, bro. Pakai kepala dingin jangan emosi dulu" Ucap Samudra.

"Iya, cabut ya gue"

Ketiga sahabatnya mengangguk. Helio segera keluar menghampiri motornya. Lalu menjalankan motor menjauh dari markas. Jantung Helio berpacu lebih cepat, segala bentuk bayangan berputar di kepalanya. Jujur dia takut dengan fakta yang akan dia dapat dari papa nya.

Kini motornya sudah sampai di halaman rumahnya. Helio melepas helm dan turun dari motornya. Dia tarik nafas dalam, mencoba mengumpulkan keberanian untuk bertemu kedua orang tuanya. Kaki panjangnya dia langkahkan mendekat ke pintu rumahnya. Helio kembali menarik nafas dalam sebelum tangannya mengetuk pintu. Tak lama pintu dibuka oleh bi Ina.

"Mas Helio. Masuk ayo, mas. Ibu dari kemarin nangis terus. Bapak juga baru pulang" Bi Ina mempersilahkan Helio masuk.

"Papa sama mama di mana bi?"

"Dari tadi di kamar mas Helio, belum keluar-keluar"

Helio mengangguk. "Helio ke sana dulu ya bi"

"Iya mas"

Helio melangkah menuju lantai 2 di mana kamarnya berada. Langkahnya semakin mendekat ke kamarnya. Tangannya terulur menyentuh handle pintu untuk membukanya. Pintu terbuka menampakan mama dan papa nya sedang duduk di atas ranjangnya.

"Io, sayang" Panggil mamanya.

Helio masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya. Dia berjalan mendekat ke arah orang tuanya. Helio melihat mama nya bangkit dari duduk, mata nya terlihat merah dan sembab akibat terlalu banyak menangis. Tante Zia mendekat ke arah putra tunggalnya.

Renjana Jiwa  ||  Heejake (GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang