Bagian 41

524 36 21
                                    

Perut Jema sudah semakin buncit. Kini usia kandungan Jema berjalan di bulan ke-6. Jema malah terlihat menggemaskan dengan tubuh pendek, perut buncit, dan pipi yang semakin cubby. Di bulan ke-6 ini Jema memasuki fase yang susah untuk bisa tidur nyenyak. Kakinya pun mulai membengkak. Namun beruntung, Helio merawat istrinya dengan baik. Seperti sekarang ini, Helio menemani Jema berjemur di taman rumahnya. Helio berada di belakang tubuh Jema dengan tangan melingkar di bawah perut istrinya. Jema menyandarkan punggungnya pada dada Helio. Dia merasa nyaman dengan posisi saat ini. Tangan kekar Helio menopang perut Jema yang besar itu. Dengan posisi itu Jema merasa sedikit beban tubuhnya terangkat.

"Kakak kerasa ga?"

"Baby nya nendang kamu ya"

Jema mengangguk.

"Hei baby nendangnya jangan kenceng-kenceng ya. Kasihan mama nanti kesakitan" Helio mengusap lembut perut kiri Jema yang tadi ada pergerakan.

"Gapapa lho papa, baby nya aktif aku seneng banget. Itu tandanya baby sehat di perut mama"

Helio mengecup pipi cubby Jema. "Gemes banget sih mama nya baby, istrinya aku"

"Kakak, kapan nepatin janjinya kakak"

Helio mengerutkan keningnya.

"Emang kakak janji apa sama Jema?"

Jema membalikan badannya, membuat Helio perlahan melepaskan tangannya yang menopang perut Jema.

"Kakak lupa?" Ucap Jema dengan pandangan tak percaya.

"Coba ngomong sama kakak. Maaf kakak bener-bener lupa, sayang" Helio mengusap lembut pipi cubby istrinya.

"Kakak bener-bener lupa? Ini lho perutku udah buncit gini, baby juga udah tambah gede"

"Sayang, kakak bener-bener lupa"

"Kakak janji ya mau ajak aku ke Swiss kalau aku udah hamil"

Helio terbelalak, rupanya istrinya mengingat janjinya itu.

"Kita bilang sama mama papa dulu ya. Kayaknya mereka mau ikut sekalian"

Jema mengangguk semangat. Dia memang sudah tidak sabar untuk menginjakkan kaki di Swiss. Lain halnya dengan Helio, dia sebenarnya sudah tidak ingin kembali ke sana lagi. Namun melihat istrinya yang begitu semangat mau tidak mau dia harus menuruti istrinya.

"Kakak jadi ngenalin aku ke uncle Alaam kan?"

"Harus ya sayang?"

Jema mengernyit kan dahinya mendengar pertanyaan Helio.

"Kok tanya gitu? Kakak ga mau ngenalin aku ke uncle Alaam?"

Helio menangkup pipi cubby Jema.

"Ga mau. Uncle terlalu berbahaya"

"Bahaya gimana sih kak? Dari dulu kakak bilang bahaya tapi ga pernah mau jelasin bahaya gimana"

"Emosinya uncle ga ke kontrol. Dia bisa dengan sengaja menyakiti orang lain. Kakak takut kalau kamu ketemu uncle, keselamatan kamu taruhannya sayang"

Jema menyentuh rahang suaminya.

"Aku yakin kakak bakal jaga aku kan. Jadi aku ga perlu takut. Kan di sana juga ada papa Agaam, mama Zia, ada bang Jarrod, sama kak Geona juga. Banyak yang bantu kakak jaga aku dan baby"

"Iya bener, kakak akan jaga Jema tapi kakak takut kalau kakak gagal jaga kamu"

Jema menggeleng. "Papa pasti bisa kok jaga mama dan baby"

Helio langsung memeluk tubuh istrinya itu. Dia mengecup puncak kepala Jema beberapa kali.

"Janji sama kakak, selama di Swiss jangan jauh-jauh dari kakak"

Renjana Jiwa  ||  Heejake (GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang