Bagian 39

866 58 23
                                    

(Lima tahun kemudian)

Tak terasa 5 tahun sudah Jema membina rumah tangga dengan Helio. Namun hingga saat ini mereka belum dikaruniai seorang anak. Segala macam cara sudah mereka lakukan. Mulai dari cara tradisional hingga melakukan program hamil ke beberapa dokter, baik di dalam maupun di luar negeri. Namun usaha mereka belum juga membuahkan hasil. Beberapa kali mereka check up dan konsultasi ke berbagai dokter kandungan namun keduanya dinyatakan sehat tidak ada masalah apapun.

Jema juga sudah melakukan program bayi tabung namun tetap gagal. Hingga setahun terakhir ini Helio menyerah untuk melakukan program hamil lagi. Hal itu dikarenakan perusahaan Helio sedang mengalami beberapa masalah yang membuat usaha yang didirikan dari 0 mulai goyang. Jadi Helio memutuskan untuk lebih fokus mengurus perusahaannya terlebih dahulu. Dia sempat berkata pada Jema jika memang Tuhan tidak menghendaki mereka memiliki anak maka Jema harus belajar ikhlas. Namun di lubuk hati Jema yang paling dalam menolak itu Jema masih ingin mengusahakan perihal keturunan.

Saat ini Jema sedang berada di rumah mertuanya. Sejak 2 tahun lalu Jema memutuskan untuk berhenti bekerja agar dia bisa fokus untuk program hamilnya. Jadi sekarang sudah tidak banyak kegiatan yang dilakukan Jema.

"Jem, sudah coba dokter kandungan yang mama kirim profilnya? Itu rekomendasi dari pelanggan di butik mama"

Jema yang sedang merangkai bunga, melirik mertuanya sekilas.

"Jema belum diskusi sama kak Io, ma"

Tante Zia menatap menantunya itu dengan tatapan sendu.

"Io masih suka lembur?"

Jema tersenyum tipis, lalu mengangguk.

"Io itu copy-annya papanya Jem. Kalau udah fokus kerja selalu gitu sampai lupa kalau punya istri. Kamu harus lebih tegas sama Io. Ini juga demi kebaikan kalian"

"Iya ma, Jema paham. Maaf ya ma, Jema belum bisa jadi istri dan menantu yang baik"

"Bukan gitu sayang. Kamu sudah jadi yang terbaik buat kami. Mama seperti ini bukan mau menekan Jema. Cuma Jema tau kan Io anak tunggal, siapa lagi yang akan mewarisi semua ini jika bukan anak kalian. Atau Jema mau adopsi saja?"

Jema menatap tante Zia dengan heran.

"Jema ga tau ma. Coba Jema bicara sama kak Io dulu"

"Jamu nya masih di minum kan sayang?"

"Masih ma, cuma kak Io udah ga mau minum" Lirih Jema.

"Coba nanti di bujuk lagi suaminya. Ga ada salahnya terus berusaha Jem"

"Iya ma, Jema juga tetap berusaha"

"Makasih ya sayang"

"Iya ma. Habis ini Jema pamit ya ma. Mau ke rumah Sonia"

Tante Zia mengangguk. Lalu memberi Jema sebuah goodie bag.

"Ini jamu, jangan lupa di minum ya sayang"

"Iya, makasih ya ma. Jema pamit sekarang ya ma"

"Hati-hati nak"

Jema mengangguk lalu keluar dari rumah itu. Jema lalu mengendarai mobilnya menembus jalanan ibu kota untuk menuju rumah Sonia. Tak membutuhkan waktu lama bagi Jema untuk sampai ke rumah sahabatnya itu. Jema mengetuk pintu lalu di bukakan oleh art Sonia. Saat tau Jema yang datang, art itu mempersilahkan nya untuk masuk.

"Jem, dateng juga lo. Gue pikir ga jadi" Sonia mendekat ke arah Jema.

"Jadi lah, tadi mampir ke rumah mama Zia dulu"

Renjana Jiwa  ||  Heejake (GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang