Bagian 30

489 43 6
                                    

"Pa,, ma,, sebenarnya ada apa?" Bianca terlihat memohon.

"Mama mandul Bi, mama ga bisa punya anak. Mama takut karena kekurangan mama itu akan buat papa pergi ninggalin mama. Makanya mama minta Ila buat pinjamkan rahim dia supaya papamu bisa punya anak dan ga ninggalin mama. Mama janji untuk memenuhi kebutuhan Ila dengan syarat anak itu punya mama dan Ila ga ada hak dan ga boleh deket sama anak itu. Sampai akhirnya kamu lahir dari rahim Ila"

Tante Bella mendekat pada Bianca dan menggenggam tangan putrinya itu.

"Mama ambil kamu, dan kamu tetap anak mama sayang bukan anak perempuan itu. Tapi papamu mengkhianati mama. Setelah kamu lahir papa masih berhubungan dengan Ila. Sampai dia hamil lagi. Mama marah, mama tambah benci dengan Ila. Dan papamu malah menyuruh Arga menikahi Ila"

"Jadi aku anak tante Ila?"

"Enggak kamu anak mama"

"Jema anak papa juga? Berarti dia adek aku?"

"Bu?" Jema meminta jawaban dari Ibunya.

Tante Ila hanya menangis, dia tidak mampu berkata kata lagi.

"Papa tolong jelasin ini semua? Bianca ga paham papa"

"Maaf nak, papa menyimpan ini semua. Ini kesalahan papa dulu. Papa yang ga pernah bisa cinta sama mama mu Bianca. Ibu biologis mu benar Ila. Perjanjiannya kami berhubungan sampai kamu lahir, tapi papa yang ga bisa menahan perasaan. Papa ga mau menjauh dari Ila meski dia selalu menyuruh papa menjauh. Sampai papa melakukan kesalahan hingga merusak masa depan Ila. Papa menghamilinya lagi. Karena takut anak itu lahir tanpa ayah makanya papa menyuruh om Arga untuk menikahi Ila. Dan lahirlah Jema. Makanya kenapa papa selalu membela Jema karena dia juga anak papa juga seperti kamu. Mungkin papa berhasil menjadi figur ayah buat kamu. Tapi papa gagal jadi ayah yang baik buat Jema. Kalian berdua itu saudara kandung, jadi papa mohon agar kalian akur"

Air mata sudah membasahi Bianca dan Jema. Fakta ini membuat perasaan mereka campur aduk. Bianca terus memperhatikan tante Ila yang menunduk dengan berderai air mata. Seketika memori masa kecil Bianca mulai berputar di kepalanya. Pantas saja dulu tante Ila terasa lebih perhatian daripada mamanya sendiri. Kasih sayang yang diberikan tante Ila membuat Bianca terkadang rindu.

Bianca bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah Ila. Dia duduk kan dirinya di samping Ila. Lalu memeluk wanita yang ternyata ibu biologisnya itu.

"Kenapa? Kenapa ga pernah bilang? Apa ibu cuma sayang sama Jema?" Tanya Bianca dalam peluknya.

Tangis tante Ila semakin deras. Ia membalas pelukan Bianca yang juga menangis.

"Maaf, maafkan ibu. Ibu juga menyayangi Bianca. Tidak ada perbedaan antara kamu dan Jema. Ibu mohon jangan benci adik mu ya"

Bianca melepas pelukan itu dan beralih menatap Jema.

"Aku iri sama Jema bu. Iri karena papa lebih sayang Jema daripada mama. Iri karena laki-laki idamanku malah suka sama dia. Dan iri karena Jema dapat kasih sayang besar dari ibu"

Jema hanya bisa menunduk entah kenapa di merasa bersalah walau dia sebenarnya tidak bersalah.

"Nak, Bianca ga boleh iri dengan saudara sendiri. Lihat Bianca juga punya apa yang tidak Jema punya. Bianca dapat kasih sayang dari mama dan papa. Sedangkan Jema dia cuma punya ibu. Bianca bisa beli apapun yang kamu mau. Tapi Jema harus nabung dulu untuk membeli apa yang dia mau. Semua itu ada bagiannya masing-masing. Yang akur ya sama adiknya. Jema juga jangan benci kakaknya"

Perasaan bersalah mulai menggerogoti hati Bianca. Dia sadar selama ini begitu jahat dengan Jema. Rasa iri nya kepada Jema membuatnya menjadi jahat.

"Tapi maaf bu. Rasanya lebih mudah menerima ibu di hidupku daripada menerima Jema. Aku masih belum bisa nerima kenyataan kalau dia adik kandungku"

Renjana Jiwa  ||  Heejake (GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang