Saat aku menggeramkan namanya dengan emosi, Ezekiel mulai melangkahkan kaki menuju ke arahku. Walau sebagian ekspresi wajahnya dingin, tapi kemarahan dan ketidakpuasan dalam rautnya tak bisa dia sembunyikan dengan baik. Atau bahkan, dia memang sengaja untuk tak menyembunyikannya.
Melihatnya membuat emosiku makin tersulut. Apa maksudnya menunjukkan ekspresi seperti itu kepadaku? Apa dia tidak senang melihatku ada di sini atau dia tidak senang melihat anjing monsternya mati dengan mudah?
Saat jarak kami hanya tersisa beberapa inci, aku menatapnya dengan berang, tetapi Ezekiel langsung mencengkeram daguku dan balas menatapku dengan tak kalah tajam, ada pancaran berupa kebencian yang membara terhadapku saat ini.
“T-Tuan Muda! Lepaskan Tuan Muda!”
“Apa yang kau lakukan?! Lepaskan anak ini!”
Kieran dan Coretta bekerja sama untuk mendorong tubuh Ezekiel yang lebih tinggi dan kuat daripada keduanya, membuat cengkeraman Ezekiel di daguku terlepas, dan Ezekiel melangkah mundur dengan tak puas.
Lagian, mengapa orang ini bisa ada di kediaman Crissalo sebenarnya? Tidak mungkin dia sengaja mengunjungi kediaman Crissalo hanya untuk menyiksaku, ‘kan?
“Kau sudah mulai berani karena mendapatkan antek di belakangmu, ya?!” bentak Ezekiel. Sepasang pupil merahnya melebar karena amarah.
“Aku tidak—“
“Arthe! Aku mendengar suara keras!”
Aku ingin membalas kalimat Ezekiel, tetapi seseorang telah lebih dulu memanggil namaku sehingga kalimatku terpotong. Aku menolehkan kepala dan melihat ada Adrian sedang berlari ke arahku dengan tergesa.
Langkah kaki Adrian melambat ketika dia sudah berada di dekatku. Tatapannya tertuju pada anjing monster yang tubuhnya telah ditembus oleh berbagai sihir tajam es kemudian tertuju padaku dan Ezekiel. Kedua matanya menyapu sekeliling seolah dia tengah menilai situasi.
Saat Adrian menatap Ezekiel, tatapannya berkilat tajam. Adrian segera meraihku dan menyembunyikanku di belakang punggungnya.
“Apa yang kau lakukan di sini, Ezekiel?” tanya Adrian dengan dingin. “Dan Cain. Aku sudah tahu kau ada di sana. Keluarlah.”
Tak lama kemudian, seorang remaja laki-laki keluar dari tempat persembunyiannya dari balik pepohonan taman. Aku membelalak saat tahu jika orang itu adalah Cain Montrose. Mau tak mau, kini aku berpikir bahwa insiden aku yang diserang oleh anjing monster ini merupakan hal yang sudah direncanakan.
Aku meremas pakaian yang dikenakan Adrian dengan agak kuat, pupilku gemetar kala mengetahui jika anak-anak dari Montrose bahkan masih berani untuk melukaiku setelah aku pindah dan menjauh dari orang-orang jahat itu. Bahkan aku kira, dari sekian banyaknya cara penganiayaan Ezekiel dan Cain kepadaku, kali ini adalah yang terparah. Anjing monster itu terlalu liar hingga jika aku salah pergerakan sekali saja, aku bisa langsung mati.
Entah karena rasa amarah atau rasa kecewa, tubuhku bergetar samar. Jika saja Adrian tidak mengelus kepalaku, mungkin aku bisa saja menangis karena emosi yang campur aduk.
“Cain! Tindakan tak terpuji apa yang kau lakukan di kediamanku ini?” Adrian menyipitkan kedua matanya dan menatap Cain dengan tatapan marah. “Apa kau berencana untuk membunuh keluargaku?! Walau Arthe sekarang sudah bisa membela diri, tetapi apa yang terjadi jika dia gagal membela diri? Ini adalah percobaan pembunuhan!”
Cain mendengus dingin. Dia pun menatap Adrian dengan menyipit tajam. “Aku hanya datang untuk mengalihkan kepemilikan anjing monster untuk kau jinakkan seperti yang sudah kita janjikan. Tidak ada yang tahu jika anjing monster bisa kabur dari kami.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Buangan Duke
Historical Fiction[Brothership story!] "Padahal hanya anak buangan, tapi kamu seolah memiliki kuasa seperti seorang raja!" Kalimat itu ditujukan pada Arthevian Montrose menjelang ajalnya. Tak ada yang lebih buruk daripada dipenggal mati karena sikap tidak tahu diriny...