34. Error

3.5K 617 91
                                    

[Afeksi: 101%]

Seratus satu. Itulah yang tertera dari layar afeksi sistem di atas kepala Cain. Aku tak bisa berpikir jernih, aku kira seratus adalah batas afeksi para karakter terhadapku. Namun, apa jadinya jika afeksi itu melebihi batas normal? Dan aku tak bisa memikirkan hal yang baik mengenai kejadian aneh ini.

“Sistem, ini error, bukan? Katakan padaku jika ini error!”

[Tuan! Sistem justru tidak tahu-menahu mengenai kondisi ini! Jika terdapat afeksi yang diakumulasikan, seharusnya terdapat notifikasi pada bagian sistem, tetapi sistem tak mendapatkan notifikasi apa pun mengenai karakter Cain yang memberikan afeksi terhadap Tuan.]

Aku meneguk ludah. Jadi, ini tak ada sangkut-pautnya dengan kerjaan usil sistem?

[Sayang sekali, Tuan. Saya juga tak mengerti soal ini (⁠ ⁠;⁠∀⁠;⁠) Tentu saja, sistem memang diberi tahu apabila batas afeksi para karakter adalah seratus persen. Cain yang mendapat 101% sebagai afeksi adalah pengalaman baru pula bagi sistem! ʕ⁠´⁠•⁠ ⁠ᴥ⁠•̥⁠'⁠ʔ]

Jadi, apa yang harus aku lakukan? Saat ini, aku tak tahu jika afeksi kelebihan satu yang dimiliki Cain itu pertanda baik atau buruk. Normalnya, Cain tak akan memberikan afeksi padaku karena dia memiliki dendam kesumat terhadapku.

[Satu pemikiran terlintas di benak saya, Tuan! Jika saya tak keliru, maka karakter Cain Montrose rupanya telah ikut terputus dari jaring pengontrol pemilik gim, seperti halnya karakter Coretta Arlene. Akan tetapi, saya masih belum bisa menyimpulkan apabila hal ini pertanda baik atau buruk terhadap kehidupan Tuan.]

Tuh, ‘kan. Sangat tidak membantu, tidak terima kasih, sistem.

“Arthevian?”

Tubuhku terlonjak ketika Cain memanggil namaku. Entah mengapa, gaung suaranya yang berfokus padaku malah membuatku merasa gelisah.

Aku pun menggigit bagian dalam pipiku sembari membentuk senyuman paksa, tetapi tak ada yang bisa aku tutupi jika tanganku yang memegang saputangan malah gemetaran.

“Kak Cain,” panggilku dengan nada agak takut.

Saat membuat kontak mata, Cain menajamkan tatapannya. Itu membuatku berjengit. Orang ini menyeramkan sekali!

“Apa yang kau butuhkan?” tanya Cain dengan sinis.

Mendengar nada suara Cain hanya membuatku makin merasa takut dan panik, terlebih jika harus mendongak seperti ini, stat afeksi di atas kepalanya terus terlihat olehku. Tidak hanya merasa takut bahwa hal ini merupakan pertanda buruk, aku juga merasa gugup.

“I-Ini ....” Aku semakin mengulurkan saputangan itu dengan jemari gemetaran. “A-Aku me-menyulam saputangan untuk Kak Cain.” Lalu, disambung dengan senyuman yang jatuhnya malah kecut.

Cain memperhatikan saputangan di tanganku dengan tatapan dingin.

Ayolah, ayolah, terima! Lalu, misi event akan dinyatakan selesai!

“Cain, cepat terima niat baik Arthe.” Bahkan Carlisle juga ikut bicara ketika Cain tak kunjung bergerak untuk menerima saputangan dariku.

Aku tak berani membuat kontak mata lagi, karena orang ini sangat mengerikan, lalu menunduk dalam. Aura Cain begitu mengintimidasi dan membangkitkan trauma tubuh yang entah sejak kapan kumiliki terhadap Cain. Itu pasti karena aku pernah dicekik oleh Cain saat di taman Kediaman Crissalo dalam perselisihan tempo hari, hal ini hanya membuatku menahan napas saking gugupnya aku.

Tak lama, aku merasakan saputangan di tanganku dialihkan ke tangan lain. Aku mendongak dan sedikit membulatkan mata saat Cain menerimanya. Aku hampir menyunggingkan senyuman saat itu. Namun, harapanku pupus begitu saja ketika saputangan itu dilemparkan ke tanah dan diinjak tanpa nurani.

Anak Buangan DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang