Kedua mataku berbinar ketika Lucille menunjukkan berbagai koleksi saputangan yang dia miliki padaku. Saat aku mengatakan ingin belajar menyulam padanya, Lucille pun dengan antusias mengajakku ke ruangannya dan tanpa pikir panjang langsung setuju untuk mengajariku menyulam.
“Ibu! Bagaimana bisa Ibu seberbakat ini.” Aku meraba hasil sulaman saputangan Lucille yang kelihatan sangat cantik. Pola bunga yang dipadukan dengan pola klasik yang tersulam di sepanjang sudut saputangan memberikan kesan mewah dan elegan. Bahkan lebih mengagumkan lagi saat tahu kalau semua sulaman ini adalah murni buatan tangan.
Lucille terkekeh melihat reaksiku, jemarinya lalu mencubit gemas pipiku yang mulai agak chubby. “Terima kasih, Arthe. Kamu sangat manis.”
Aku hanya tertawa kecil.
“Jadi, Arthe ingin belajar menyulam dengan Ibu?”
Aku mengangguk kuat. “Benar, Ibu! Aku ingin belajar menyulam. Aku ingin menyulam saputangan untuk diberikan pada Kakak di hari perburuan nanti.”
Lucille membulatkan matanya, terlihat terkejut, lalu dia pun tersenyum lebar. “Bagaimana bisa putra Ibu semanis ini? Jika Adrian mendengarnya, dia akan sangat bahagia.”
“Iya, aku harap Kakak senang! Tapi aku ingin Ibu merahasiakan ini dari Kakak. Aku ingin memberikan kejutan pada Kakak di hari perburuannya nanti.”
Lucille mengangguk dan membuat gerakan untuk mengunci mulutnya. “Tenang saja, Arthe. Rahasiamu aman bersama Ibu! Ibu juga akan mengajarimu menyulam sampai kamu lancar, sehingga kamu bisa memberikan kejutan yang sempurna untuk kakakmu. Kalau begitu, apa Arthe ingin mulai sekarang?”
Aku mengangguk. Lebih cepat lebih baik. Sebab, aku juga nol dalam bakat ini, jadi mempelajarinya saat ini juga adalah pilihan yang tepat. Walaupun batas waktu dua puluh hari kedengaran lama, tapi jika aku harus menyulam tiga saputangan sebagai syarat event dan satu saputangan tambahan untuk Evander, maka batas waktu dua puluh hari kedengaran seperti waktu yang terlalu singkat. Aku ini pemula dan amatir, jadi mempelajarinya dari dasar tanpa bakat sama sekali akan sangat memakan waktu.
“Baiklah. Kalau begitu, ayo siapkan perlengkapannya terlebih dahulu.”
Lucille lalu menyiapkan sepotong kain, benda berbentuk bundar yang terbuat dari kayu—itu dinamakan ram, gunanya untuk mengunci dan menjepit kain sesuai kegunaan selama menyulam. Kemudian, jarum dan benang wol. Karena aku masih kecil, Lucille-lah yang memasang ram pada kain dan memasukkan benang wol ke dalam jarum. Dia membuat dua pasang kain yang dipasang oleh ram, lalu menyerahkan satu pasang padaku.
“Arthe, karena masih harus belajar dasarnya, Ibu sudah membuat pola garis di atas kain ini. Apa yang harus Arthe lakukan adalah membuat garis lurus saja dengan jarum dan benang ini. Ibu akan contohkan, jadi perhatikan Ibu baik-baik, ya.”
Lucille juga sudah membuat pola garis di atas kainnya dengan warna garis kuning cerah, lalu dia mulai menyulam sambil menjelaskan bagaimana cara menggerakkan jarum di atas kain padaku dengan suara sehalus mungkin. Namun, memang ya gerakan profesional itu bisa diketahui walau oleh pemula sepertiku. Lucille memang menyulam dengan lambat, tetapi hasilnya sangat sempurna. Jarak satu sulaman ke sulaman lainnya sama, rapi, dan terukur dengan baik meskipun itu hanya sebatas garis lurus.
“Nah, bagaimana Arthe? Apa kamu sudah mengerti bagaimana caranya?” tanya Lucille.
Aku menggigit bibir saat mendengar pertanyaan Lucille. Sejujurnya, aku masih memroses setiap gerakan yang harus dilakukan untuk menyulam satu garis lurus, itu kelihatan sedikit rumit di mataku yang amatir ini. Namun, jika aku ragu tanpa mengambil langkah lain, maka aku tak akan pernah bisa maju dan berhasil membuat sulaman saputangan. Jadi aku pun mengangguk mantap dan mataku berkobar dengan tekad. “Aku mengerti, Ibu. Aku akan mulai.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Buangan Duke
Historical Fiction[Brothership story!] "Padahal hanya anak buangan, tapi kamu seolah memiliki kuasa seperti seorang raja!" Kalimat itu ditujukan pada Arthevian Montrose menjelang ajalnya. Tak ada yang lebih buruk daripada dipenggal mati karena sikap tidak tahu diriny...