Kediaman ini berada di tengah-tengah hutan, sehingga masuk akal saja jika halaman dan taman yang dibentuk di dalamnya begitu luas. Bahkan furniturnya lengkap, dimulai dari gazebo mewah di beberapa sudut halaman, kursi taman, taman bunga, labirin yang terbuat dari semak hijau, air mancur, dan lain-lain. Sangat lengkap sekali seolah memang dibangun supaya orang yang tinggal di sini bisa bersenang-senang.
Saat ini, Montrose mengadakan piknik di taman. Begitu aku tahu, sudah ada kain piknik di atas rerumputan, tapi aku tak melihat siapa yang menyiapkannya. Bahkan tak ada pelayan satu pun di kediaman ini. Aku yakin, Aldrich sendiri yang menyiapkan itu semua ketika anak-anaknya bermain petak umpet.
Benar, petak umpet. Kekanakan.
Tapi jujur sedikit menyenangkan. Hanya sedikit! Karena mau bagaimanapun, aku masih menaruh rasa curiga kepada mereka semua! Dugaan bahwa aku adalah tumbal proyek pun masih melekat kuat di dalam kepalaku.
Saat ini, giliran Ezekiel yang berjaga. Dia, walaupun terus-menerus menggerutu dan kesal selama bermain karena ada aku di dalamnya, tetap berpartisipasi dalam permainan dengan baik. Saat Ezekiel bertukar giliran dengan Cain untuk bersembunyi, dialah yang paling semangat mencari tempat sembunyi bersamaku. Karena tentu saja, aku tidak bisa bersembunyi sendirian, harus ada Cain atau Ezekiel di sisiku. Itu adalah perintah mutlak Aldrich.
Jadi, saat Ezekiel menjadi kucingnya, aku bersembunyi bersama Cain di balik dinding gazebo yang dibangun dengan mewah ini. Tak jauh di dekat kami, terdapat hutan belantara yang kelihatan agak lebat, tetapi jika dilihat baik-baik, ada semacam jalan setapak di sana.
Cain sedikit mengintip dari balik dinding gazebo untuk mencari tahu keberadaan Ezekiel. Ezekiel sendiri kelihatannya sedang geram mencari kami, karena suaranya yang agak keras saat memanggil namaku dan Cain terdengar keki dan jengah. Karena Cain fokus melihat ke arah Ezekiel, atensinya pun teralih dariku.
Melihat Cain yang kurang waspada, aku agak sedikit tersenyum jahat. Rencana dalam pikiranku ini rencana yang bagus. Berkat Cain yang tidak menaruh perhatian padaku, aku pun langsung berdiri tegak—karena kami sebelumnya berlutut untuk bersembunyi dengan lebih baik, aku pun berjalan perlahan sambil meminimalisir suara dan pergerakan tak perlu, lalu bergerak menjauhi Cain.
Setelah aku merasa cukup jauh dari Cain dan dia masih belum sadar, aku langsung berlari memasuki hutan. Aku akan kabur! Jika ada jalan setapak di dekat sini, maka ada jalan keluar dari hutan ini. Aku ingat perkataan Aldrich bahwa tidak ada binatang buas di sini, sehingga aku tidak pikir panjang lagi untuk kabur. Suruh siapa memberikan spoiler padaku! Maka, aku pun berlari untuk kabur.
Aku berlari dengan agak kencang tanpa melihat ke belakang lagi. Semakin dalam aku berlari, hutannya tak kelihatan lebat lagi. Malah ... sangat kosong. Pepohonan tertanam beberapa meter sekali, walau ukurannya besar, tapi tidak terlalu mengintimidasi sampai aku merasa ngeri. Suara burung berkicau disertai bunyi serangga yang seakan menulikan telinga, tetapi seperti yang dikatakan Aldrich, memang tidak ada binatang buas sama sekali.
Walaupun napasku sudah terengah dan aku merasa lelah setelah lama berlari, aku tidak berhenti. Rasanya, seolah aku hampir dekat dengan pintu keluarnya. Bahkan dari kejauhan, aku bisa melihat pintu gerbang ganda berwarna hitam yang terbuka lebar. Saat akhirnya aku melintasi pintu gerbang, aku merasa jika aku akhirnya terbebas!
Aku berhenti berlari dan menetralkan napasku yang terengah, visiku menangkap panorama sekitar, dan aku tercengang seketika.
Ini Kediaman Montrose! Sial, jadi selama ini aku berada di area Montrose?! Aku bahkan bisa melihat paviliun jelek yang pernah aku tinggali dari kejauhan sini. Rupanya, aku berada di wilayah Montrose dan bukan dibawa ke dunia antah-berantah. Kalau begini jadinya, aku tahu jalan pulang sendiri! Bahkan jikapun tidak, aku akan meminta pertolongan yang lain selain orang-orang Montrose sehingga aku bisa kembali ke Kediaman Crissalo dengan lancar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Buangan Duke
Historical Fiction[Brothership story!] "Padahal hanya anak buangan, tapi kamu seolah memiliki kuasa seperti seorang raja!" Kalimat itu ditujukan pada Arthevian Montrose menjelang ajalnya. Tak ada yang lebih buruk daripada dipenggal mati karena sikap tidak tahu diriny...