Ihza ku-44

4 1 0
                                    

HAPPY READING



Kini lelaki bertubuh tinggi dan ideal itu sudah berada di samping ranjang yang ditiduri oleh gadis itu
terlihat wajahnya yang sangat pucat
menutup matanya lemah
sangat terlihat kehancuran dari wajahnya

"cell" ucap lelaki itu

ke4 temannya pun sudah keluar untuk membiarkan mereka berbicara

"lo kepo ga? lo gamau nguping gitu?" ucap ratu kepada teman temannya

"apasih tu, lo gaboleh nguping gitu, btw lo kepo juga?" ucap nadine sembari menyengir ke arahnya

"apalah kalian ini" ucap sabila melihat tingkah temannya

"ayolah, emang nya lo pada ga pengen tau apa? ntar kalo marcellia di apa apain gimana?" ucap ratu berusaha meyakinkan temannya untuk segera menguping pembicaraan mereka

"ada ada aja lo" sahut sabila

"tapi ada benernya, gimana kalo kita intip mereka dari jendela" ucap cintia

"ide bagus" sahut nadine antusias

kini mereka sedang melihat ke arah ihza dan marcellia didalam uks

"cell, lo masih pingsan?" ucap ihza

"buta anj, ga liat apa mata marcellia merem gitu" ucap sabila dari balik jendela

"emang marcellia pingsan lagi?" tanya nadine

"ga anjir dia cuman merem" sahut ratu

"cell, maaf" lelaki itu menunduk melihat ke arah tangan yang terlihat ada bekas luka disana
ia perlahan menyisihkan baju di lengan gadis itu namun tak sempat melakukannya karena marcellia segera memindahkan tangannya ke atas perutnya

"cell lo udah bangun" ucap lelaki itu

"ngapain lo kesini" ucap marcellia dengan singkat, walaupun ia menangisi lelaki itu, ia tidak mau terlihat lemah didepannya

"gue khawatir sama lo cell" ucap ihza

"cih, khawatir katanya" ucap sabila dengan memiringkan bibirnya

"sssttt, diam bil ntar kita ketauan" ucap ratu

"gue gaperlu dikhawatirin sama lo" sahut marcellia

teman temannya yang mendengar itu merasa sangat puas

"keren juga temen gue" ucap nadine

"cell lo belum makan kan, ayo makan dulu" ucap ihza

"gue galaper" sahutnya dengan singkat

"gue tau lo belum makan dari kemaren cell, please jangan nyakitin diri lo sendiri" ucap ihza

"hati gue jauh lebih sakit" sahut gadis itu, ia menatap ke arah lain
marcellia benar benar tidak ingin melihat muka lelaki itu

lelaki itu meraih tangan marcellia dan menggenggam nya
"maaf cell" ucapnya sembari menunduk, lelaki itu kembali meneteskan airmata nya disana

marcellia mencoba menarik tangannya, namun ia benar benar tak cukup energi melawan lelaki itu
ihza terus memegangi tangannya
"maafin gue cell, gue ga maksud bikin lo begini" ucap lelaki itu sembari melihat gadis yang sudah menangis didepannya

"maaf lo bilang? SETELAH LO NINGGALIN GUE TANPA ALASAN, LO NINGGALIN GUE DISAAT GUE BUTUH LO, DENGAN SEENAKNYA LO BILANG MAAF?! gadis itu berteriak ke arahnya sembari membangun kan posisi nya untuk duduk
emosinya pecah, tangisan nya kembali terdengar
gadis itu terlihat benar benar hancur didepan Ihza

Ihza hanya berdiam diri setelah dibentak oleh gadis itu mungkin dibenaknya juga merasa sangat bersalah, mungkin

kini marcellia benar benar tidak berdaya, ia kembali merebahkan tubuhnya disana
pandangannya mulai kabur, matanya yang terus saja mengeluarkan air mata tanpa henti
kini ia mencoba terus mengatur nafas nya yang tersengal sengal

melihat gadis didepannya itu, ihza kembali memegang tangannya
ia mencoba untuk membuat gadis itu tenang
lelaki itu juga tidak tau lagi harus mengatakan apa
saat gadis itu tenang ia kembali memejamkan matanya, mungkin is tertidur
tidak tau seberapa banyak energi yang dikeluarkan nya ketika membentak lelaki itu

ihza kembali membuka kain yang berada dilengan gadis itu

"cell" ucapnya sembari menutup mulutnya tak menyangka, ia melihat banyaknya luka goresan ditangan wanita itu, ia tidak berfikir bahwa keputusan nya sangat membuat nya hancur seperti ini
setelah dirasa cukup tenang ihza memutuskan kembali ke kelasnya

ihza berhenti didepan ruangan uks

"aduh din bener bener itu beresinnya" ucap ratu mengalihkan pembicaraan agar ihza tidak curiga pada mereka

"aduh iya ini sabar" menyingkirkan kursi dan seolah olah membersihkannya

sabila hanya menggelengkan kepala melihat tingkah temannya itu

"gue balik dulu, kalo ada apa apa kasih tau gue" ucap ihza

"ya" sahut cintia

"kili idi ipi ipi kisih tiwi giwi" ucap sabila meledek lelaki itu

mereka benar benar masih merasa kesal padanya

THANKS FOR READING
JANGAN LUPA VOTENYA

Ihza kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang