Part 18

1.4K 164 29
                                    

"PAPA STOP PA.." manda menarik tubuh narendra menjauh dari kedua anak laki lakinya. Sedangkan narendra terdiam menatap telapak tangan yang memerah.

"Ga kaya gini marahim anak anak pa, papa ga pernah sampai kaya gini kalau marah. Papa kenapasih" manda memeluk kedua anak laki lakinya yang terdiam mendapat tamparan dari narendra

"Apa alasan papa tampar lio sama ayden pa?" Tanya lio memcahkan lamunan narendra

"Lio.. ayden.. maafin papa.. papa lepas kendali.. maafin papa nak" sesal narendra mendekati kedua anak laki lakinya itu

"Kenapa sampai kaya gini pah, apa yang dilakuin mereka sampai papa semarah ini"

"Saat papa datang kesekolah mereka tadi, papa liat lia datarik sama laki laki yang papa juga gatau siapa ma. Dan papa tidak melihat lio maupun ayden disana, padahal sudah berkali kali papa katakan jaga lia, jangan pernah tinggal kan lia sendirian. Papa takut kalau lia diambil orang... papa terlalu khawatirin itu. Maafin papa ma, lio, ayden maafin papa" sesak narendra kepada istri dan kedua anak laki lakinya

Lio melepaskan dekapan manda yang tak melepaskannya sedari tadi, lio melangkahkan kakinya menghampiri narendra, tangan lio terangkat meraih tangan narendra lalu menaruh ke pipinya sendiri "pah.. tampar lio lagi pah.. lio pantas dapat tamparan dari papa karna sudah lalai menjaga lia.. lio juga tidak akan pernah memaafkan diri lio sendiri kalau sampai terjadi sesuatu pada lia.. tampar lioo pah... tampaaar"

"Bang lio udah... ini bukan salah bang lio.. ini salah ayden pah... kalau aja ayden bisa tahan sedikit lagi lapar ayden, terus bang lio ga bawa ayden ke kantin, kak lia ga akan disana sendirian. Ini salah ayden pa.. papa tampar ayden ajaa" ayden mengalihkan telapak tangan narendra yang tadinya di pipi lio kini menaruh di pipinya sendiri.

Narendra benar benar merasa bersalah kini. Ia baru sadar... bukan anaknya lah yang salah, tapi dirinya, jika saja narendra bisa menghentikan rapat lebih awal ia tak akan terlambat menjemput anak anaknya.

Kini giliran narendra yang meraih satu satu tangan lio dan ayden lalu menempelkan kedua sisi pipinya "seharusnya kalian yang tampar papa... papa yang salah disini... papa yang harusnya mendapat tamparan itu.. andai saja papa tidak egois dan lebih mementingkan rapat di kantor kejadian ini ga akan terjadi.. papa yang salah nak papa yang salah" air mata narendra jatuh mengenak telapak tangan lio dan ayden.

Lio dan ayden langsung memeluk tubuh narendra erat. "Papa janga minta maaf, lio dan ayden yang bertanggung jawab penuh saat itu sampai papa tiba.. tidak apa kalau papa mau tampar lagi pa" lio ikut menangis sambil memeluk narendra

"Maafin ayden paa sudah berteriak bicara sama papa tadi"

"Papa yang harusnya minta maaf nak.. maafin papa" narendra menatap kedua anak laki lakinya yang sudah remaja ini. Rasa bangga yang narendra rasakan melihat sikap dewasa kedua anaknya ini. Narendra kembali memeluk erat lio dan ayden, juga menarik manda yang berdiri tak jauh dari sana untuk bergabung dalam pelukan hangat itu.

Mereka menyalurkan rasa bersalah, dan rasa sayang sekaligus, hingga....

"Lia juga mau dipeluk kaya gitu" ucap suara lembut seorang anak perempuan yang menjadi anak kesayangan dirumah itu.

Dekapan 4 anak beranak itu terlepas saat mendengar suara lia yang entah sejak kapan sudah berdiri di anak tangga.

"Liaaaaaa" teriak lio dan ayden langsunh berlari menghampiri lia, tubuh lia hampir terhuyung kebelakang saat kedua tubuh yang cukup besar dari lia itu menubruk tubuh lia. Lio dan ayden memeluk lia erat

"Aaaa ayden liooo lia gabisa nafas" rengek lia karena kedua saudaranya itu terlalu memeluk erat lia.

"Maaf lio, liaa udah ninggalin lia tadi"

"Ayden juga mintak maaf kak lia, maafim gara gara ayden kak lia di jahatin orang"

"Papaaa tolongin lia, lia susah nafas nya papa" bukannya mengiyakan lio dan ayden , lia semakin merengek meminta tolong pada narendra

Narendra tersenyum bahagia melihat rasa sayang kedua anak laki lakinya kepada lia, sama besarnya dengan dirinya. Narendra menggandeng manda menghampiri ketiga anaknya "udah nak, lio ayden kasian lia nya ga bisa nafas itu" narendra mencoba melepaskan lio dan ayden dari tubuh lia.

"Maaf liaa" ucap lio dan ayden bersamaan

"Gapapa lio, ayden. Lia kan ga kenapa kenapa, tapi tadi lia beneran ga bisa nafas" ucap lia

"Lio ayden terimakasi ya nak sudah sayang sama lia, sama sepeti mama papa yang juga sayang sama lia" ucap narendra yang disetujui oleh manda dengan anggukan

Lagi lagi narendra memeluk ketiga anaknya dan manda juga pastinya. "Jangan ada yang ninggalin mama dan papa ya sayang, termasuk lia"

"Hoo jadi gitu, sekarang abang ga di ajak pelukan lagi mentang mentang abang jarang dirumah sibuk kuliah. Abang sedih loh ini liatnya" tiba tiba adrian berdiri dibawah tangga, ia baru saja kembali dari kampusnya, saat masuk kedalam langsung disuguhkan dengan pemandangan yang indah. Adrian tidak benar benar dengan sindirannya.

"Abaaaaannggg" teriak lia, lio dan ayden dan langsung berlari turun menghampiri adrian dibawah. Kini diliran adrian yang mendapatkan pelukan hangat dari adik adiknya

"Adek adek abanh kenapa tiba tiba jadi sweet gini yaa, pah kayanya ada yang minta dibeliin jajan deh pah sampe meluk meluk abang kaya gini"

"Jajanin bang, kasian abis jalanin hukuman dari papa seminggu kemarin" ucap narendra yang kini ikut menghampiri anak anaknya bersama istrinya

"Waaahh beneran papa? Beneran abang?" Tanya lia dengan girang nya

"Ayo bang, lio mau beliii kopi"

"Ayden mau beli ayam satu ekor itu bang, ayo bang ayo" ketiga adik adik nya itu langsung menarik adrian keluar rumah

"Papah mama kita belanja dulu yaa,, love you mama papa" teriak lio lia dan ayden sambil berjalan keliar rumah

Betapa bahagia nya narendra dan manda melihat pemandangan itu. "Mama ga akan bisa kalau nanti ga akan lihat kebahagiaan itu lagi pah" ucap manda yang tiba tiba sendu, teringat dengan kemunculan tio suami dari ningsih

"Papa janji sama mama dan anak anak, ga akan ada yang bisa ambil kebahagian kita dirumah ini, siapapun itu orang nya termasuk tio"

"Papa janji ya pa"

"Papa janji sayang"

***

"Lia kenapa? Kok muka nya ditekuk gitu?" Tanya lio yang baru saja masuk kedalam kamar lia, jika biasanya lia akan menyanbutnya tapi hari ini lio melihat wajah murung lia sambil menatap sebuah kotak

"Lio..." rengek lia lalu menunjukan isi kotak yang berisi beberapa uang pecahan 50ribu "uang lia ga cukup buat beli kado ulang tahun mama papa"

Lio ikut melihat isi di dalam kotak itu. "Tapi ini udah cukup banyak kok lia uang nya. Lia mau beliin kado mama papa apa hmm?"

"Mau beliin mama papa jam couple" ucap lia dengan nada pelan

"Lia kan bisa beli yang lain dulu, nanti kalau lia udah besar dan bisa cari uang lebih baru lia beliin mamam papa jam couple yang lia mau. Okeee cantik"

"Tapii papa selalu kasi lia kado yang mahal lio, lia mau belikan mama papa kado yang mahal juga"

"Mama papa pasti terima apapun yang lia kasih, mama papa juga ga liat dari harga nya cantik. Ayo, kita ajak abang dan ayden beli kado buat mama papa" lio mengulurkan tangannya kepada lia. Dengan senang hati lia menyambut tangan lio walaupun masih dengan wajah murung

"Jangan cemberut terus cantik"

"Iya lio iya, lia udah senyum" lia melihatkan senyum manisnya walau terpaksa

"cantik banget si, nanti besarnya nikah sama lio yah"

Lia & Lio (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang