Part 32

1.1K 119 26
                                    

Karena merasakan tenggorokannya kering membuat tio tak bisa tidur. Tio pergi ke dapur untuk mengambil segelas air putih. Lampu rumah yang biasanya memang tio matikan saat malam hari, mendadak terang pada bagian dapurnya. Pertanda ada seseorang disana. Mungkin ayana. Pikir tio.

Langkah tio memelan saat melihat seseorang yang tengah berdiri di dapur. Orang itu membelakangi tio. Dan dapat tio pastikan jika orang itu bukanlah anaknya ayana. "Lia?" Tanya lio pada dirinya sendiri.

"Lia?" Panggil tio pelan.

Lia yang tadinya hendak meminum air putih mendadak tersedak saat mendengar suara berat yang memanggilnya. Mengejutkan lia.

"Eh eh.. maaf lia... ayah ngagetin lia ya?" Tio mendekat sambil membantu melap bekas air yang tumpah disekitar wajah dan baju lia.

"Gapapa... lia gapapa yah" ucap lia. Dan untuk pertama kalinya tio mendengar lia memanggilnya dengan sebutan 'yah'

Lia tidk ngeh dengan kehadiran tio disana. Lia juga tak sadar sudah memanggil tio dengan sebutan 'yah' saat mata mereka bertemu barulah lia sadar, kenapa bisa ada tio disini? Bukannya tio....?

"O-o.. ee ayah? Kenapa bisa ada disini?" Tanya lia gelapan. Hampir saja ia kembali memanggill tio dengan om. Tapi cepat cepat lia ubah menjadi ayah.

Tio tertawa kecil. Lucu sekali anaknya yang satu ini. Ini kan rumahnya, tentu dia berada disini. "Seharusnya ayah yang tanya, lia kenapa malam malam di dapur? Kenapa tidak tidur?" Tio malah melemparkan pertanyaan balik untuk lia.

"Lia udah tidur tadi... tapi lia haus mangkanya ke dapur" ucap lia. Ada rasa canggung sebenarnya. Tak sama seperti lia tengah bicara dengan narendra, mungkin karna ini baru pertama kalinya lia berbicara sedekat ini dengan tio.

"Bukannya ayah dinas keluar? Ayana bilang kaya gitu ke lia tadi"

"Jadi karna itu lia menginap disini? Mau menemani ayana?" Lagi lagi tio menjawab dengan pertanyaan.

Lia menganggukan kepalanya. Tio menelisik lia dari ujung rambut ke ujung kaki. Semuanya yang ada pada lia sangat mirip dengan ningsih, mendiang istrinya. Tak ada satupun yang lia ambil dari tio. Tio jadi merindukan mendiang istrinya itu.

"Ayah kenapa liatin lia kaya gitu?" Tanya lia. Sedikit aneh pada tio yang menatap lia dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Lia sangat mirip dengan ibuk, ga ada satupun yang lia ambil dari ayah, semuanya dari ibuk ya. Cantik nya, paras nya kelembutannya semua nya dari ibuk" ucap tio masih memandangi wajah lia.

Dibilang seperti itu tentu lia sangat senang. Ibuknya memang cantik. Lia juga mengingat manda tiba tiba, manda juga cantik. Lia cantik pasti karena kedua ibuk dan mama nya memiliki wajah yang cantik juga.

"Lia mau teh hangat?" Tanya tio? Entah kenapa lia malah menganggukan kepalanya. Padahak tadinya lia ingin langsung kembali masuk kedalam kamar.

Sembari menunggu tio menyeduhkan teh hangat untuk mereka berdua. Lia memilih menunggu tio di kursi yang ada di meja bar.

"Ini satu gelas teh hangat untuk lia, dan satunya teh hangat untuk ayah" ucap tio memberikan satu gelas teh kepada lia. Tio mengambil posisi duduk besebrangan dengan lia.

"Lia sudah tau kalau ayana itu..."

"Lia sudah tau ayah, ayana sudah cerita semuanya pada lia" potong lia, setelag menyeduh teh hangat nya sedikit. "Lia senang ternyata lia punya saudara perempuan, walaupun beda ibuk. Tapi ayana tetap saudara lia kan ayah" ucap lia.

"Lia tidak mau tinggak disini sama ayah dan ayana?" Tanya tio to the poin. Seolah melupakan janji nya dengan narendra.

Lia terdiam. Raut wajah nya berubah. Ini yang ia takutnya, takut jika tio memintanya untuk tinggal bersama nya disini, dan lia harus meninggalkan keluarga narendra. Dan itu hal yang paling lia tidak mau.

Lia & Lio (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang