Part 24

1.3K 142 28
                                    

"Anak perempenuan yang tadi itu temen adek?" Adrian membuka suara. Mereka sedang perjalanan menuju salah satu mall square yang tak jauh dari rumah mereka.

"Abang, kayanya gausah dibahas dulu deh, nanti lia sedih lagi" ayden yang menjawab

"Sorry sorry.. gausah di jawab dek"

"Ayana temen sekelas lia bang, lio juga kenal. Cuma ayana temen lia disekolah, tapi sekarang..." kalimat lia terpotong, ia kembali teringat pertemuan tadi pagi

"Udah udah gausa di bahas lagi ya... maaf pertanyaan abang malah bikin lia kepikiran lagi"

*
Adrian berhasil membuat adik perempuannya tertawa lagi, dan itu juga berkat kedua adik laki laki nya lio dan ayden yang ikut menghibur lia.

"Huuh.. lia capek.. tapi happy.. terimakasi ya abang, lio, dan ayden lia happy sekali" seperti biasa setelah dari luar bersama, tempat pertama tujuan mereka adalah kamar lia.

Lia sudah merebahkan badan nya di atas kasur. adrian memilih duduk di salah satu beanbag lai. Ayden duduk bersandar di kepala kasur lia. Sedangkan lio menjadi bantalan kepala lia.

"Apapun akan lio usahakan asalkan lia selalu happy den senyum, iyakan bang, den"

"Iya betul. Setelah mama.. kebahagiaan lia ada prioritas semua laki laki yang ada di rumah ini" tambah adrian

"Lia sayang sekali sama abang, lio dan ayden"

"Sayang sama lionya harus lebih ya" bisik lio tepat di telinga lia. Lia tersenyum lalu mengangguk semangat sambil menaruh telunjuk di depan bibirnya. Sssttt.

"Ayden kenapa? Kok dari tadi diam aja?" Adrian menyadari diamnya ayden semenjak mereka sudah sampai dirumah.

Lia dan lio ikut melihat ayden yang terdiam dan pandangannya tertunduk.

"Ayden are you oke?" Kini lio yang bertanya. Lia mendudukan dirinya sedikit bergeser agar lebih dekat dengan ayden, begitu juga lio.

"Hei.. ayden nangis?" Lia melihat satu tetes air mata jatuh yang berasal dari mata ayden. Lia mengangkat kepal ayden yang tertunduk

"Loh ayden, kenapa nangis?" Lio yang bertanya. Padahal tadi ayden yang paling bersemangat membawa lia bermain kesana kemari.

Bukannya menjawab. Ayden malah memeluk lio, bukan lia, padahal lia lebih demat jaraknya dengan ayden. Sedikit menyubit hati lia, karena tak pernah ayden bersikap seperti ini padanya.

"Adek lio kenapa hmm? Kok nangis? Tadi kan kita happy happy"

"Ayden... ayden gamau kalau lia tinggalin kita... ayden gamau kalau om tio bawa lia dari ayden"

Adrian ikut berdiri menghampiri ketiga adiknya. Lia tak menyangka jika dirinya yang membuat ayden seperti ini. Adrian duduk di samping ayden dan meraih tubuh adik bungsunya itu.

"Gapapa nangis dulu. Tapi janji sama abang, gaboleh nangis di hadapan orang lain, karena orang akan lihat adik abang ini lemah. Adik abang ga ada yang lemah, jadi gapapa kalau ayden mau nangis disini. Jangan di tahan tahan. Berhenti nangis nya kalau ayden mau lindungi lia dan jagain lia"

Ayden langsung menghentikan tangisan nya dan menghapus air matanya.

"Sudah nangis nya?" Tanya adrian. Ayden mengangguk. "Liat lia sekarang" ayden menuruti, ia menatap lia yang kini menatap ayden dengan senyum manisnya.

Lia & Lio (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang