"Mau ikut bersama jii-san, Ichiro, Eiji?"
Suara berat Sasuke memecah keheningan di ruang tamu di mana Ichiro sedang membersihkan peralatan di ruang tamu dan Eiji membersihkan alat musik di seberang.
"Ke mana, jii-san?"
Ichiro menghentikan gerakannya. Ia menghadap ke arah pamannya dan menatapnya dengan lembut. Sasuke tersentak. Tatapan Ichiro benar-benar mirip dengan Itachi. Apalagi dengan bentuk mata yang sangat sama dengan Itachi.
Sasuke berdeham. "Ke lapangan. Aku akan berlatih."
"Berlatih bersama Kakashi-san?"
Sasuke menganggukkan kepalanya. "Mau ikut, Ichiro? Aku sudah mendapatkan ijin dari ayah dan ibumu."
Ichiro menganggukkan kepalanya. "Boleh. Setelah aku selesai membersihkan ini ya, jii-san."
Sasuke menganggukkan kepalanya. Ia mengusak rambut Ichiro. "Tidak masalah. Aku bisa menunggu."
Lalu, Sasuke menjatuhkan pandangannya ke arah Eiji yang begitu asik dengan pembersihan pianonya yang sebenarnya debu jarang menempel di sana. "Bagaimana denganmu, Eiji?"
Eiji menggelengkan kepalanya. "Aku tidak begitu berminat dengan ninja. Jika jii-san mengajakku ke opera, aku akan ikut."
Yah, seperti inilah si kembar. Jika Ichiro menunjukkan minat yang besar di dunia lukis dan ninja, maka Eiji akan menunjukkan minat besar di dunia musik.
Sasuke menghembuskan nafasnya kasar. Ia tidak begitu tahu dengan dunia musik, namun, "kapan-kapan, aku akan mengajakmu ke pertunjukan yang kau inginkan, Eiji."
Eiji menghentikan gerakannya. Ia menoleh ke arah Sasuke secara langsung. Manik matanya berbinar. Manik mata dengan bentuk mata yang lebih bulat daripada Ichiro. "Benarkah?"
"Ya, aku janji."
"Wah, harus secepatnya, jii-san! Secepatnya!"
Sasuke terkekeh pelan. "Baiklah, baiklah. Akan kuusahakan, Eiji."
"Ada apa?"
Sasuke segera meletakkan telunjuknya di bibir. Mengisyaratkan kedua keponakan yang tengah memandangnya untuk diam dan merahasiakan pembicaraan. Seolah mengerti dengan isyarat Sasuke, Eiji menggelengkan kepalanya sementara Ichiro berujar, "tidak apa-apa, tou-san."
Itachi menghembuskan nafasnya kasar. Ia mencium bau kebohongan, namun ia lebih memilih diam. Kebohongan ini masih bisa ia tolerir. "Kau belum berangkat, Sasuke?"
"Nanti, nii-san. Nii-san tidak bermisi?"
Itachi menggelengkan kepalanya. Ia meraih sapu ijuk dan mulai menyapu lantai ruang tamu setelah usai menyapu ruang makan. Ia berniat membantu pekerjaan rumah agar pekerjaan [Name] berkurang dan ia dapat beristirahat dengan cepat.
"Aku masih memiliki waktu sebelum misi selanjutnya."
Sasuke menganggukkan kepalanya. "Aa."
"Jii-san, aku sudah selesai."
Suara dari Ichiro menginterupsi. Sasuke menganggukkan kepalanya. Ichiro beralih. Menatap manik mata Itachi. Lalu, berpamitan kepada ayahnya. "Tou-san, aku ijin mengikuti jii-san."
Itachi menganggukkan kepalanya. Ia menjentikkan jari telunjuk dan jari tengahnya di dahi putra pertamanya. "Berhati-hatilah! Adikmu tidak ikut?"
Merasa dibicarakan oleh ayahnya, Eiji menyahut, "aku tidak begitu berminat dengan ninja. Sebut aku jika itu tentang musik."
KAMU SEDANG MEMBACA
[On Going] Red Butterflies Soar [Itachi X Readers]
FanfictionJam berdenting. Ia melipat bibir tipisnya. [Name] Uchiha, keturunan tunggal sekaligus pewaris sah keluarga kaya raya Uchiha, membulatkan tekad. Ia memang berhasil menyelesaikan permasalahan rumit klan, mencegah kudeta, dan menjaga anggota klan tetap...