69: The Deals

79 8 0
                                    

Setelah mengantarkan kedua putranya bersenang-senang dengan ayahnya, tangan [Name] terulur. Mengambil beberapa makanan dan minuman buatannya.

Langkahnya bergerak ke arah luar. Tak lupa, ia mengunci kediamannya. Memastikan tidak ada celah masuk sebelum ia benar-benar pergi.

Kali ini, rencananya ke arah kediaman yang cukup jauh dengan kediamannya. Seperti biasa, wanita itu melebarkan senyum dan nada polos nan riang kala ada orang yang menyapanya. Sungguh seperti orang munafik, namun [Name] tidak peduli. Meruntuhkan kewaspadaan orang lain adalah hal yang lebih baik daripada membuat orang lain terjaga dengan perbuatannya.

"Mau ke rumahku?"

[Name] menghembuskan nafasnya panjang. Ia kenal dengan suara ini! Wanita itu menganggukkan kepalanya. Sambil menodongkan tas bawaannya, ia memamerkan ke arah sosok itu. "Aku ingin memberikan pesanan istrimu, Shishui-san."

Shishui menghembuskan nafasnya kasar. Sejujurnya, ia tidak suka seperti ini! Istrinya terlalu merepotkan [Name] meskipun ia tahu bahwa mereka sangat dekat.

Belum sempat ia membalas, sebuah suara bariton terdengar memenuhi indra keduanya.

"Shishui, menjauh! Aku perlu berbicara dengan menantuku."

Seketika, alarm tanda bahaya terdengar di pendengaran Shishui dan kilatan merah terlintas di pikirannya. Ia tidak bisa meninggalkan keduanya di sini!

"Tidak bisa, jii-san! Aku-"

"Turuti perintah ketua klan, Shishui! Menjauh!"

[Name] menghembuskan nafasnya kasar. Ia memutar kepalanya ke arah Shishui dan menganggukkan kepalanya. "Tidak apa, Shishui-san. Pergilah!"

Shishui menghembuskan nafasnya kasar. [Name] menyerahkan tas yang ia bawa kepada Shishui. Sembari tersenyum, ia berujar, "titip ini. Berikan pada istrimu, Shishui-san!"

"Ya."

(⁠✯✯⁠)

"Jadi, apa yang sensei ingin tanyakan?"

Hening. Tidak ada jawaban.

[Name] menghela nafas panjang. "Itachi-kun akan pulang, sensei. Kalau sensei ingin menyelesaikan masalah denganku, lekaslah bergegas!"

Fugaku berdecak. Ia menatap tajam menantu sekaligus murid satu-satunya. "Apa yang kau lakukan, [Name]?"

[Name] mengernyitkan dahinya. Ia tidak mengerti menangkap maksud dari gurunya. "Aku tidak mengerti, sensei."

"Yashiro. Apa yang kau lakukan dengannya?"

Sudah sekian lama ia melakukannya, baru kali ini ia mendengar pertanyaan itu dari orang yang cukup jauh darinya. Apakah ayah mertuanya benar-benar mencurigainya seperti perkataan suaminya?

[Name] mencoba mengatur ekspresinya. Ia bersikap seolah tidak mengetahui apapun. Yah, hal paling baik yang ia lakukan adalah ini walaupun sekarang ia cukup khawatir dengan itu.

[Name] menaikkan bahunya. Seolah tanpa emosi yang tertekan, ia berujar, "aku tidak melakukan apapun, tou-san. Tou-san terlalu berburuk sangka denganku."

"Tidak melakukan apa-apa? Kau pikir aku percaya dengan itu?"

"Terserah, tou-san. Hal yang terpenting adalah aku berbicara-"

[Name] tersenyum ketika tangan besar Fugaku ada di lehernya. Mencengkeram erat lehernya. Membuat [Name] kesulitan untuk bernafas.

Di sela usahanya, [Name] berhasil mengeluarkan kekehan. Ia berujar dengan sangat pelan namun cukup jelas. "Tou-san, leherku akan berbekas nanti. Aku akan kesulitan jika Itachi-kun bertanya tentang ini."

[On Going] Red Butterflies Soar [Itachi X Readers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang