Berbeda dengan Shishui dan [Name] yang cukup bersantai dalam perjalanan ke arah barat, suasana desa Konoha cukup kacau setelah kepergian Shishui dan [Name].
She benar-benar menjalankan perintahnya. Selama lebih dari empat jam sejak dimulainya hari, Danzo memperlihatkan beberapa gejala sederhana. Dari mulai gangguan pernafasan, demam, batuk, hingga sesak ia telah rasakan.
Hal yang sangat menguntungkan [Name] adalah ketika lelaki itu tidak memperiksakan diri ke fasilitas kesehatan. Jujur saja, racun abrin dalam rosary pea yang dimasukkan di minuman Danzo tidak memiliki penawar.
Berapapun dosisnya, tidak ada penawar, bahkan ketika [Name] berada di kehidupan sebelumnya. Racun abrin dalam rosary pea hanya bisa diantisipasi dengan mengobati gejala yang ditimbulkan sedikit demi sedikit.
Dalam kasus Danzo, [Name] menggunakan cukup banyak racun. Ia melakukannya secara sengaja. Sengaja ingin memperparah keadaannya dengan drastis. Apalagi cara kerja racun abrin adalah dengan menghambat sel tubuh membentuk protein yang berakhir dengan matinya sel-sel di tubuh.
Terkesan kejam, bukan? Yah, [Name] rasa ini bukanlah apa-apa daripada melihat orang yang disayang mati di depan mata. Lagipula, [Name] bukanlah orang baik sejak dari awal.
Akan menjadi masalah jika banyak orang menganggapnya baik hanya karena penglihatan sekilas mereka sementara apa yang benar-benar gadis itu lakukan terlihat abu-abu.
Tidak berselang lama, dalam kurun waktu delapan belas jam, delapan belas jam lebih awal dari perkiraan [Name], Danzo mati. Kematiannya sungguh menghebohkan masyarakat desa. Apalagi dengan tidak ada tanda-tanda keracunan makanan atau penyerangan tertutup!
Yah, itu tidak heran. Semua barang bukti lenyap karena Danzo meneguk habis minumannya. Ia juga menghancurkannya secara tidak sengaja. Lalu, secara kebetulan, ia membakar gelas itu dengan alasan malas untuk membersihkan pecahan gelasnya.
Bantuan tidak terduga yang mungkin akan sangat disenangi oleh [Name]. She segera terbang ke tempat [Name]. Ia berniat memberitahukan hasil kerja yang sangat dinantikan oleh [Name].
(✯✯)
Suasana kacau desa menyambut kepulangan Itachi dari desa Kumo. Itachi mengernyitkan dahinya. Lalu, menepuk pelan punggung laki-laki yang melewati dirinya.
"Ada apa ramai begini?"
"Ah, Danzo mati di kediamannya."
Lalu, Itachi bergerak dengan segera. Ia ingin melihat dengan mata kepalanya bagaimana kejadian aslinya. Langkahnya mendekat ke rumah Danzo.
Danzo tergeletak di kursi. Tidak ada bekas apapun. Dari fisiknya, tidak ada luka sama sekali. Jika racun adalah alasan, tidak ada bukti!
Kakashi, mantan ketuanya, menepuk pelan pundaknya. "Kau baru saja bermisi?"
Itachi mendelikkan matanya. Meskipun beberapa tahun telah berlalu, ia masih merasa kesal dengan Kakashi yang memiliki misi bersama [Name] di hari perayaan pengangkatan ketuanya.
Lalu, dengan datar Itachi menjawab, "ya."
Kakashi mendengus. Entah mengapa, ia merasakan aura permusuhan dari Itachi meskipun ia sendiri tidak tahu bagaimana dan apa penyebabnya.
Masa bodoh dengan Itachi, Kakashi mengeluarkan pendapatnya, "penyebabnya akan sulit ditemukan karena tidak ada bukti. Yah, kecuali jika dia mau diotopsi."
Lalu, lelaki dengan topeng rubah mendekat. Ia menyerahkan sepucuk surat perintah miliknya. "Danzo-sama tidak suka tubuhnya disentuh. Itu tertulis di perintah Danzo-sama."
KAMU SEDANG MEMBACA
[On Going] Red Butterflies Soar [Itachi X Readers]
FanficJam berdenting. Ia melipat bibir tipisnya. [Name] Uchiha, keturunan tunggal sekaligus pewaris sah keluarga kaya raya Uchiha, membulatkan tekad. Ia memang berhasil menyelesaikan permasalahan rumit klan, mencegah kudeta, dan menjaga anggota klan tetap...