Sebelum menikah, Itachi mampu mengajak [Name] membeli sebuah rumah di sebuah biro rumah yang terkenal di desa.
Itachi menunjuk sebuah gambar. "Bagaimana dengan ini?"
[Name] hanya menganggukkan kepalanya. "Boleh, Itachi-san!"
Seperti teriris, hatinya begitu ngilu. Merasakan bagaimana sakitnya ketika [Name] menyebutnya dengan panggilan yang cukup jauh. Namun, tidak mengapa. Ini adalah awal. Bukankah dahulu pun [Name] menyebutnya begitu?
Itachi pasti bisa mengatasinya!
Lalu, beberapa hari pun berlalu. Keduanya kini mengunjungi rumah yang akan digunakan untuk keduanya tinggal setelah pernikahan terjadi.
Biro rumah menunjukkan bagaimana penampilan dalam rumah. Penampilan yang sungguh bukan tipe [Name] sama sekali. Gadisnya tidak menyukai kediaman dengan tipe seperti ini!
Lagi, tubuhnya dikendalikan. Ucapan yang tidak direncanakan keluar begitu saja dari bibirnya. "Ini bagus. Bagaimana [Name]?"
[Name] menganggukkan kepalanya. Ia menjawab, "ya."
Itachi melihat bagaimana wajah [Name]. Wajah yang tidak bisa terbaca sama sekali. Manik mata hitam yang memperlihatkan banyak emosi di sana. Emosi yang herannya sulit Itachi baca sekarang.
Ingin sekali Itachi menolak, namun bibirnya menyetujui pembelian rumah itu. Rasanya, Itachi benar-benar ingin mengutuk dirinya sendiri.
彡
Pernikahan Itachi tinggal menghitung hari. Namun, apa yang kini tubuhnya perbuat? Ia kembali bertemu dengan Izumi.
Rasa panas begitu membara di hati Itachi. Itachi ingin membakar dan mengacaukan semuanya. Semua yang membatasi tindakannya. Seluruh pihak yang menggerakkan tubuhnya.
"Bagaimana dengan persiapan pernikahanmu, Itachi-kun?"
Tubuh Itachi menunjukkan senyum di bibirnya. Senyum yang tidak tahu mengapa bisa muncul di sana. "Semua sudah siap, Izumi."
"Jadi, aku tidak bisa berdua bersama denganmu lagi kalau begitu?"
Ingin rasanya Itachi menganggukkan kepalanya. Memang tidak wajar bagi lelaki yang sudah menikah untuk berduaan bersama dengan gadis lain.
Namun, apalah daya. Tubuhnya bergerak sendiri. Kali ini, ia menggelengkan kepalanya. Suara yang tidak ia harapkan keluar, pada saat ini keluar begitu saja.
"Tidak masalah. [Name] adalah gadis yang baik. Dia pasti memahami bahwa kau adalah temanku."
Wajah gadis itu sedikit muram meskipun ia terlihat tersenyum. Itachi tahu bahwa gadis itu mencintainya. Memberikan kenyamanan seperti ini adalah salah!
彡
Herannya, setelah resepsi pernikahan, tubuh Itachi masih bergerak sendiri. Bibirnya justru melontarkan kalimat yang membuat dirinya sendiri kaget. Lebih buruknya lagi, [Name] menyetujuinya tanpa pemikiran yang panjang.
"Bagaimana dengan kamar terpisah, [Name]? Aku tidak mau membuat dirimu tidak nyaman."
"Ya, itu tidak masalah."
Itachi tahu alasan yang bibirnya lontarkan adalah masuk akal. Namun, itu lebih buruk! Bagaimana bisa ia berpikir tinggal satu kamar dengan seorang istri akan membuat si istri tidak nyaman? Atas dasar apa? Istrinya bahkan tidak berkata apapun, bagaimana ia bisa berpikiran demikian?
Lagipula, mana ada suami yang sengaja menjauhi istrinya dengan alibi menjaga perasaan istrinya sementara dirinya dekat dengan gadis lain dengan alibi istrinya memahami itu? Bagaimana jika istrinya salah paham? Itachi sungguh tidak paham dengan pemikiran tubuhnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[On Going] Red Butterflies Soar [Itachi X Readers]
Fiksi PenggemarJam berdenting. Ia melipat bibir tipisnya. [Name] Uchiha, keturunan tunggal sekaligus pewaris sah keluarga kaya raya Uchiha, membulatkan tekad. Ia memang berhasil menyelesaikan permasalahan rumit klan, mencegah kudeta, dan menjaga anggota klan tetap...