"Mengapa menangis, hm?"
[Name] bergumam dengan begitu lirih. Tangannya terulur. Mengusap air mata yang mengalir di pipi Itachi. Lalu, mengecupnya sekilas. Tubuh [Name] berbalik seratus delapan puluh derajat.
Pagi telah datang. Sinar matahari menyelinap masuk dari jendela kamar mereka dengan intensitas yang cukup banyak.
Dengan perlahan, [Name] bergerak. Berusaha menimbulkan suara seminimal mungkin. Menjauhi kemungkinan Itachi akan bangun karena suaranya.
[Name] meringis. Dipikir-pikir, rasanya masih sakit. Itachi benar-benar tidak melepaskan dirinya hingga hampir tengah malam ketika [Name] meminta untuk dilepaskan.
Memang benar jika [Name] yang meminta, namun rasa sakit akibat pengalaman pertamanya yang telah ia tahan, runtuh juga di tengah malam tadi. Membuatnya terpaksa untuk menghentikan malam menyenangkan mereka berdua.
Untungnya, Itachi menyetujuinya. Itachi tidak masalah dengan hal itu dan malah memintanya untuk istirahat sembari terus menggunakan maaf yang [Name] tidak bisa hitung jumlahnya.
Tangan [Name] terulur. Ia memungut dan menggunakan pakaiannya kembali setelah mandi dan membersihkan tubuhnya.
Suatu keajaiban ketika Itachi bahkan tidak bangun dari mimpinya kala sinar matahari dan suara gemericik air menyerangnya secara bersama-sama mengingat bagaimana sensitif inderanya.
[Name] menuliskan sesuatu di lembar kertas yang ada di sebelah nakas dekat Itachi tidur. Pamit kepada Itachi melalui surat di sana.
Setelahnya, [Name] bergegas. Ia melangkahkan kakinya ke arah luar. Ia perlu mencari makanan sekarang!
(✯✯)
Pasar yang ada di desa Tani cukup ramai. Selama berada di desa Tani, wanita itu memang sangat jarang keluar bahkan untuk pergi ke pasar sekalipun. Baru kali ini, [Name] berkesempatan untuk mengunjungi dan membeli sesuatu di pasar.
Hal yang ia beli adalah makanan berat, minuman sehat, dan makanan manis. Seperti karage dan nasi, onigiri, dango, ocha hangat, beberapa buah peach, beberapa anggur, dan satu buah semangka segar.
Alih-alih kembali ke penginapan, [Name] bergerak ke arah sungai setelahnya. Ia perlu mengambil beberapa air. Karena ia tidak tahu kebersihan air sungai, [Name] memasaknya. Mencoba menghilangkan kuman dan bakteri yang ada di dalamnya sembari memecah semangka yang ia beli tadi.
Begitu semuanya telah tersiapkan, [Name] kembali ke penginapan. Dengan banyak tentengan makanan dan minuman, ia melihat Itachi yang telah bangun dan berada di jendela kamarnya dengan nafas yang tersengal-sengal.
[Name] mengunci pintu kamarnya. Dengan wajah polosnya, [Name] bertanya, "kau baru dari mana, Itachi-kun?"
Melihat [Name] yang kini ada di hadapannya, Itachi melangkahkan kakinya lebar-lebar. Tangannya bergerak cekatan. Memeluk [Name] dengan erat dan menyembunyikan kepalanya di leher [Name].
"Aku mencarimu, [Name]."
[Name] terkekeh. "Aku terlalu lama, ya? Maafkan aku! Aku perlu mencari makanan untuk kita berdua."
Itachi melepaskan pelukannya. Ia menatap kedua mata [Name] sebelum melihat tubuhnya. Begitu mendapati banyaknya tentengan yang [Name] bawa, kedua tangannya terulur dengan cepat.
Tangan kanan Itachi meraih barang bawaan di tangan kiri [Name]. Sementara tangan kiri Itachi, ia gerakkan untuk mengambil barang bawaan yang ada di tangan kanan [Name].
"Kau membeli banyak makanan, [Name]?"
[Name] menganggukkan kepalanya. "Untuk jaga-jaga, Itachi-kun."
KAMU SEDANG MEMBACA
[On Going] Red Butterflies Soar [Itachi X Readers]
FanfictionJam berdenting. Ia melipat bibir tipisnya. [Name] Uchiha, keturunan tunggal sekaligus pewaris sah keluarga kaya raya Uchiha, membulatkan tekad. Ia memang berhasil menyelesaikan permasalahan rumit klan, mencegah kudeta, dan menjaga anggota klan tetap...