41: He Saw One of Her Line

167 26 6
                                    

Setelah mengurus perijinan di kuil Nakano sebagai tempat upacara pernikahan, Itachi melangkahkan kakinya ke rumah [Name]. Menemani [Name] untuk memilih hakama dan kimono beserta seluruh aksesoris yang akan mereka kenakan.

Bukan keduanya yang berencana untuk berjalan ke toko pakaian, melainkan manager toko dan karyawannya lah yang bergerak ke rumah [Name].

Yah, itu bukanlah hal yang mengherankan mengingat toko tersebut adalah salah satu bisnis yang dimiliki oleh Ere.

"Itachi-kun, ayo ke sini! Lihat dan cobalah beberapa hakama ini, Itachi-kun!"

Begitulah seruan [Name] yang menyambut Itachi di ruang tamu. Itachi tersenyum. Calon istrinya terlihat sangat antusias menyiapkan pakaian yang hendak ia pakai.

"Kau sudah mencoba kimononya dahulu, [Name]?"

[Name] mendesah. "Itu mudah. Kau dahulu, Itachi-kun! Aku ingin melihatnya! Kau pasti tampan menggunakan itu!"

Semburat di pipi Itachi terlukis begitu saja setelah mendengar ucapan [Name]. Sementara karyawan yang ada di sana hanya terkekeh pelan.

Manager toko itu menambahkan, "ini sudah disesuaikan dengan ukuran milik anda, Itachi-sama. Mohon untuk dicoba terlebih dahulu!"

Itachi menganggukkan kepalanya. Tangannya terulur. Mengambil hakama abu-abu yang terpajang di sana. Sebelum benar-benar melangkahkan kakinya, ia mengecup pucuk kepala [Name]. Ia berujar, "aku coba dahulu, ya."

[Name] menganggukkan kepalanya. Itachi melangkahkan kakinya. Masuk ke dalam ruangan ganti yang disediakan oleh manager toko.

Sembari mengganti pakaian, pikiran Itachi melayang ke kejadian yang berlalu. Beberapa hari ini, memang banyak dari orang-orang yang bekerja dengan [Name] memanggilnya dengan hormat. Bahasa yang digunakan pun begitu formal. Sebuah kebiasaan baru yang belum pernah ia alami selama ia hidup.

Namun, Itachi tidak berkecil hati dengan hal itu. Kesuksesan [Name] adalah milik [Name] dan itu adalah suatu kebanggaan untuknya. Bukanlah beban atau hal yang mampu ia manfaatkan untuk kebutuhannya.

"Bagaimana, kekasihku?"

Ucapan itu keluar bersamaan dengan Itachi yang keluar dari ruang ganti. Manik mata [Name] terpaku. Ketampanan Itachi begitu menguar dari sana.

[Name] tersenyum puas. "Kau tampan sekali, Itachi-kun!"

Itachi terkekeh mendengarnya. Baru saja ia hendak duduk, lengannya ditarik oleh [Name]. Ia diberikan hakama biru tua oleh [Name].

[Name] tersenyum. "Coba lagi ini, Itachi-kun!"

Itachi menggelengkan kepalanya. "Ini saja sudah cukup, [Name]."

[Name] mengerucutkan bibirnya. Ia menggelengkan kepalanya. "Sangat sayang jika kau hanya mencobanya sekali, Itachi-kun. Ini semua milikmu. Aku ingin melihat kecocokannya di tubuhmu."

Itachi membulatkan mata tajamnya. "Kau membeli semuanya?"

[Name] menggelengkan kepalanya. "Karena ini adalah toko milikku. Tidak ada masalah untuk itu. Lagipula, aku ingin memilihkan hakama yang sangat cocok untuk kau gunakan di pernikahan kita, Itachi-kun."

Itachi menghembuskan nafasnya kasar. Perilaku [Name] ini sedikit tidak ia sukai. Terlalu menghamburkan uang. Yah, walaupun ia tahu bahwa itu adalah uang miliknya.

Alih-alih meledakkan emosinya, Itachi mengambil nafas dalam dan menghembuskannya dengan perlahan. Ia mencoba menekan emosinya.

Itachi mengecup bibir [Name]. Ia mencoba menggunakan cara lain. Cara yang ia pikir lebih efektif daripada marah-marah. Ia menasehati [Name] dengan lembut. "Lain kali, jangan terlalu boros, hm?"

[On Going] Red Butterflies Soar [Itachi X Readers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang