21: They Met

234 39 0
                                    

Shishui menggerutu kesal kala ia melihat kebiasaan buruk [Name] selama sepekan ini. Kebiasaan buruk yang baru bagi Shishui mengingat bagaimana wajah [Name] di dunia sosial.

[Name] menggeletakkan kepalanya dengan satu botol anggur di meja. Menurut [Name], itu adalah minuman yang enak dan menyegarkan. Shishui membenarkan kata enak itu. Namun, lelaki itu tidak membenarkan kata menyegarkan. Mungkin yang lebih tepat adalah membuatnya ringan dengan kesadaran yang mulai terkikis.

[Name] meracau, "sepertinya lebih enak jika ditemani dengan ayam karage."

Sudah sekian kali pendengaran Shishui mendengar racauan yang serupa. Shishui menghela nafas panjang. Di rumah ini, daging ayam telah habis. Mereka belum sempat membeli ayam dan tidak ada ayam liar di sekitar tempat tinggal mereka. Jika ingin ayam karage, Shishui harus keluar rumah dan membeli di depan gang rumahnya.

Namun, Shishui tidak tega meninggalkan [Name] sendirian. Di daerah sekitar rumah ini hanya ada lembah, sawah, dan sungai. Akan sangat berbahaya jika gadis tanpa pertahanan seperti [Name] dibiarkan sendirian.

Sebuah ketukan dari luar rumah terdengar. Shishui membuka pintu. Lelaki yang cukup familiar berdiri di sana. Shishui melihat penampilan lelaki itu dari atas hingga bawah sembari menggali informasi terkait lelaki itu di otaknya.

Desahan keluar dari bibir Shishui ketika lelaki itu menyadari bahwa sosok yang ada di hadapannya adalah bawahan [Name] yang sempat tertangkap ekor matanya kala membicarakan sesuatu dengan [Name].

"Saya ingin bertemu dengan [Name]-sama!"

"Perkenalkan namamu dahulu!"

"Saya rasa saya tidak perlu mematuhi perintah orang lain selain [Name]-sama."

"Kalau kau tidak mau, aku tidak akan membiarkanmu masuk."

Laki-laki itu mengetahui secara pasti tentang identitas Shishui. Shishui adalah sosok yang cukup dekat dengan [Name]. Tentu saja sebagai anak buah, ia mengetahuinya. Jujur saja, berurusan dengan Shishui cukup merepotkan.

Laki-laki itu menganggukkan kepalanya. Ini bukan hal yang besar. "Aiko. Sekarang boleh saya masuk?"

Shishui menganggukkan kepalanya. "Ah, [Name] sedang mabuk sekarang."

Aiko tidak masalah. Semabuk apapun [Name], gadis itu akan tetap mendengarkan laporannya. Lagipula ia akan ingat keesokan harinya. [Name] juga sangat membenci dengan keterlambatan. Jadi, ia akan tetap melakukannya.

Aiko bergerak ke arah [Name]. Lelaki itu tetap membacakan laporan bisnis dan beberapa laporan yang [Name] minta. Sementara [Name] hanya terdiam dan mendengarkan.

Shishui melirik keduanya. Ia berujar, "aku titip [Name]! Aku mau keluar sebentar."

Tanpa mendengar respon darinya, Shishui keluar rumah. Suasana dingin hutan dan gelapnya malam membuat lelaki itu bergerak cepat. Ia khawatir penjual ayam karage itu menutup kedainya.

Seusai memesan dan membelikan keinginan [Name], Shishui merasakan kehadiran sosok yang mengintainya. Ia melangkahkan kakinya ke arah lembah yang jauh dari tempat tinggal warga. Mengarahkan sosok itu di sana.

Shishui sempat melempar beberapa shuriken ke arah sosok itu. Namun, ketika ia hendak menggunakan jutsu yang lain, gerakannya terhenti.

"Shishui, ini aku!"

Suara familiar memenuhi pendengarannya. Sosok itu menyibak jubah hitamnya. Shishui mengulurkan tangannya. Ia meninju dada sosok itu.

"Kau mengagetkanku saja, Itachi! Tapi, bagaimana kau tahu itu aku? Kau mengingat suaraku?"

[On Going] Red Butterflies Soar [Itachi X Readers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang