Itachi berdecak. Langkah kakinya terhenti. Di depan sana, tepatnya di atas dahan, ada empat orang laki-laki dewasa tengah menjatuhkan tatapannya ke arah salah satu ruang di dalam kediamannya.
Manik matanya mengikuti arah tatapan laki-laki dewasa itu. Ia menghembuskan nafasnya kasar. Keempat laki-laki itu menargetkan dapurnya. Tempat yang biasanya istrinya gunakan untuk membuatkan camilan kedua putranya di jam sekian.
Semenjak [Name] mempublikasikan semua bisnisnya beberapa waktu yang lalu, banyak sekali orang yang mengintai pergerakan [Name]. Tak jarang ia menemukan mereka di beberapa tempat di sela kediaman.
Ketika Itachi hendak membereskan keempat orang itu, bantuan tidak sengaja datang. Keempat laki-laki itu tergeletak begitu saja di bawah pohon dan menimbulkan suara yang cukup keras.
Yah, ia sudah memprediksinya. Istrinya tidak mungkin jika tidak mengetahui pengintaian yang begitu jelas seperti ini. Sosok yang cukup teliti seperti dirinya pasti sudah mengetahuinya.
Shi datang kepada Itachi. Memberikan hormat kepadanya dan hinggap di salah satu sosok itu. Menghilang dengan cepat dan kembali dengan segera. Lalu mengulangi kegiatannya hingga keempat orang itu telah tiada.
Itachi melangkahkan kakinya masuk ke arah kediaman. Baru beberapa langkah ia lakukan, langkahnya terhenti. Sebuah suara familiar terdengar di pendengarannya.
"Bagaimana mereka bisa menghilang?"
Itachi menghembuskan nafasnya kasar. "Itu bukan urusan tou-san."
Fugaku berdecak. "Kau tetap dingin seperti biasanya, Itachi."
Itachi tidak menghiraukannya. Lelaki itu justru melanjutkan langkah kakinya. Menjauh dari ayahnya yang berada di belakangnya.
"Yah, kalau kau tidak bisa mengatakannya, akan aku tanyakan kepada muridku sendiri."
Itachi tetap melanjutkan langkahnya. Ia tidak memberikan waktu sedikitpun untuk bertatap muka dengan ayahnya. Mengurangi informasi masuk ke ayahnya.
Fugaku berdecak. Ia mencoba mencegat langkah Itachi dan berencana menatap manik mata putra sulungnya. Seperti biasa, putra sulungnya kini mahir dalam menghindar. Ia tidak membuka kedua matanya sama sekali!
Fugaku tertawa. "Kau benar-benar putraku, Itachi. Kita lihat sejauh mana-"
"Fugaku-kun, kenapa masih terdiam di situ? Tidak mau masuk?"
Bagaikan air mengalir di tengah suasana panas, ibunya datang menghampiri keduanya. Mikoto berdecak ketika melihat Itachi yang tengah menutup kedua matanya dan Fugaku yang mencengkeram pundak putra sulungnya.
Tangan Mikoto terulur. Menarik telinga kanan Fugaku. Ia menggeram. "Kau mengancam putraku lagi?"
Dengan terbata, ia berujar, "ti-tidak, Mikoto! Aku-"
Mikoto menatap tajam ke arah suaminya. "Lepaskan tanganmu dari putraku!"
Fugaku terdiam.
"Atau mau aku lepas paksa?"
Fugaku menggelengkan kepalanya. Ia melepaskan cengkeraman tangannya dari pundak Itachi.
Mikoto berdecak kembali. Ia melembutkan tatapannya. Mengarahkannya ke arah putranya yang tengah memejamkan mata. Tangan kiri Mikoto terulur. Menepuk pelan pundak Itachi.
"Itachi-kun, masuklah! [Name] sudah bersiap akan keluar."
Itachi membuka kelopak matanya. "Kaa-san tidak mengunjungi Shishui bersama [Name] malam ini?"
Mikoto menggelengkan kepalanya. Ia tersenyum. "Kaa-san perlu mengurus ayahmu. Kaa-san pamit. Sampaikan salam kaa-san pada istrimu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[On Going] Red Butterflies Soar [Itachi X Readers]
FanficJam berdenting. Ia melipat bibir tipisnya. [Name] Uchiha, keturunan tunggal sekaligus pewaris sah keluarga kaya raya Uchiha, membulatkan tekad. Ia memang berhasil menyelesaikan permasalahan rumit klan, mencegah kudeta, dan menjaga anggota klan tetap...