Chapter 4: Secret Meetings

73 29 39
                                    

Sesampainya di kamar, Ravi, Aria, Kiran, dan Tommy duduk dengan gugup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesampainya di kamar, Ravi, Aria, Kiran, dan Tommy duduk dengan gugup. Mereka membuka peta yang telah mereka ambil dari ruangan Profesor Law. Tommy dan Aria memasang peta itu di dinding kamar, sementara Kiran membantu Ravi menghubungkan perangkat yang mereka dapatkan ke laptop Ravi.

Perangkat itu mulai memuat data, menampilkan beberapa foto penelitian dan pertemuan Profesor Law dengan para dewan kota. Namun, perhatian Ravi tertuju pada sebuah dokumen yang tampak baru saja disimpan. Ia membuka dokumen itu dan menemukan sebuah video yang hanya menampilkan layar hitam.

"Ini aneh," gumam Ravi. "Hanya ada suara." Mereka mendengarkan dengan seksama. Suara itu adalah perdebatan sengit antara Profesor Law dan Profesor Bima.

"Ini tidak boleh dilakukan, Bima! Eksperimenmu terlalu berbahaya!" Suara Profesor Law terdengar tegas dan marah.

"Tidak ada kemajuan tanpa risiko, Law! Kita harus berani mengambil langkah besar jika ingin mengubah dunia!" balas Profesor Bima dengan nada keras.

Perdebatan ini bukanlah pertama kalinya. Sebagai teman dan rekan penelitian selama bertahun-tahun, Profesor Law dan Profesor Bima pernah berbagi ide-ide dan visi tentang proyek-proyek ilmiah yang inovatif. Namun, ketika ide penelitian ini mulai berubah menjadi sesuatu yang lebih berbahaya dan tidak etis, Profesor Law mulai menarik diri.

Profesor Law telah memperingatkan Profesor Bima tentang risiko besar yang terkait dengan eksperimen ini, bahkan mencoba meyakinkan Bima untuk membatalkan rencananya. Namun, Profesor Bima bersikeras melanjutkan tanpa mempedulikan peringatan dan kekhawatiran Profesor Law.

"Saya tidak bisa melanjutkan ini, Bima," kata Profesor Law dengan suara yang sedikit gemetar. "Ini melampaui batas-batas etika. Saya tidak ingin penelitian ini mengorbankan nyawa seseorang."

Suara hening seketika, "Jika kamu tidak bisa mendukung visi saya, Law, mungkin kamu harus keluar dari proyek ini. Saya akan menjalankannya dengan atau tanpa dukunganmu."

Ancaman itu terasa seperti pukulan bagi Profesor Law. Dia merasa terjepit antara prinsip-prinsipnya yang mengarahkan dan hubungan kerja yang lama. Namun, dia tahu bahwa tidak ada pilihan lain selain berdiri teguh pada prinsipnya.

"Saya tidak akan terlibat dalam ini, Bima," kata Profesor Law dengan tegas. "Dan saya akan melaporkan rencana ini ke dewan universitas jika kamu tetap bersikeras." Tegasnya.

Namun terdengan suara tawa yang meremehkan, "Law, kita lihat saja siapa yang bertahan." Itu adalah suara terakhir sebelum rekaman benar-benar berakhir.

" Itu adalah suara terakhir sebelum rekaman benar-benar berakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❝ᴛᴇᴄʜ ᴡᴀʀꜱ: ᴡᴇ ꜱᴛʀɪᴋᴇꜱ ʙᴀᴄᴋ❞ || ᴇɴʜʏᴘᴇɴ [ᴇɴᴅ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang