Chapter 2: The Rise of Professor Bima

74 35 61
                                    

Hari itu datang dengan keheningan yang mengancam di NeoTech Academy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari itu datang dengan keheningan yang mengancam di NeoTech Academy. Setelah pengusiran Profesor Law yang mendadak dan kontroversial, beberapa siswa dan staf masih merasa terperangkap dalam keadaan bingung dan tidak percaya. Sekolah yang dulu dikenal dengan semangat inovatif dan pengajaran yang menghargai keseimbangan antara teknologi dan alam, kini akan memasuki era baru di bawah kepemimpinan Profesor Bima.

Profesor Bima, seorang pria paruh baya dengan wajah dingin dan tatapan tajam, berdiri di depan para siswa dan guru di aula utama. Dia mengenakan jas hitam rapi, rambutnya disisir ke belakang dengan sempurna, menambah kesan ketegasan yang memancar dari dirinya. Aula itu, biasanya penuh dengan tawa dan bisikan ceria, kini dipenuhi dengan keheningan cemas.

"Siswa-siswi, dan rekan-rekan guru yang saya hormati," suara Profesor Bima menggema di seluruh aula. "Hari ini, kita memasuki babak baru dalam sejarah NeoTech Academy. Saya, Profesor Bima, telah ditunjuk sebagai kepala sekolah baru kalian."

Sejumlah murid berbisik satu sama lain. Beberapa guru tampak tidak nyaman, tetapi mereka tetap diam. Profesor Bima melanjutkan, "Sebagai kepala sekolah, prioritas utama saya adalah memastikan NeoTech Academy menjadi pusat unggulan dalam pengembangan teknologi robotik. Kita akan menjadi pelopor dalam inovasi, dan sekolah kita akan dikenal di seluruh dunia sebagai tempat kelahiran teknologi masa depan."

Ravi, Aria, dan Kiran, yang duduk di barisan belakang aula, saling bertukar pandang. Mereka tahu bahwa kepemimpinan baru ini akan membawa perubahan besar, dan tidak semuanya akan baik.

Profesor Bima melanjutkan dengan lebih antusias, "Mulai hari ini, kita akan meningkatkan penggunaan robot dalam setiap aspek kehidupan sekolah. Laboratorium robotika akan diperluas, dan kita akan mengadakan kompetisi robotik setiap bulan untuk mendorong kreativitas dan inovasi di antara kalian. Kita akan menjadi contoh bagi dunia bahwa teknologi adalah jalan masa depan."

Beberapa siswa tampak antusias dengan pengumuman ini, terutama mereka yang tertarik pada teknologi dan robotika. Namun, tidak semua siswa dan guru berbagi semangat yang sama. Ravi, Aria, dan Kiran merasa cemas dengan arah baru yang akan diambil sekolah mereka.

Setelah pidato Profesor Bima selesai, para siswa dan guru dibubarkan. Ravi, Aria, dan Kiran berkumpul di luar aula. Wajah mereka menunjukkan kekhawatiran yang sama. "Ini tidak bagus," kata Ravi, suaranya rendah namun tegas. "Kita tahu betul apa yang akan terjadi jika dia benar-benar melaksanakan rencananya."

Aria mengangguk. "Profesor Law selalu mengajarkan kita untuk menyeimbangkan teknologi dengan alam. Dia tahu bahwa teknologi tanpa pertimbangan etis dan lingkungan akan membawa kehancuran."

Kiran menambahkan, "Profesor Bima hanya peduli pada teknologi dan kekuasaan. Kita harus melakukan sesuatu sebelum semuanya terlambat."

Malam itu, di kamar asrama mereka, Ravi, Aria, dan Kiran mulai menyusun strategi. Mereka tahu bahwa satu-satunya cara untuk melawan rencana Profesor Bima adalah dengan menemukan bukti yang menunjukkan niat jahatnya. Dan satu-satunya tempat yang mungkin menyimpan bukti tersebut adalah kantor Profesor Law.

❝ᴛᴇᴄʜ ᴡᴀʀꜱ: ᴡᴇ ꜱᴛʀɪᴋᴇꜱ ʙᴀᴄᴋ❞ || ᴇɴʜʏᴘᴇɴ [ᴇɴᴅ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang