Chapter 28: Through Fire and Fury

14 7 19
                                    

Beberapa jam setelah ledakan di Rumah Sakit Utama Nexopolis, suasana kota masih dipenuhi kepanikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa jam setelah ledakan di Rumah Sakit Utama Nexopolis, suasana kota masih dipenuhi kepanikan. Tim penyelamat terus bekerja tanpa henti, menggali di antara reruntuhan dengan harapan menemukan lebih banyak korban yang selamat. Para pasien yang terluka akibat ledakan atau memerlukan perawatan medis segera dipindahkan ke rumah sakit lain dengan bantuan dari pemerintah. Ambulans dan kendaraan darurat terus bergerak, memastikan semua pasien mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan.

Tommy, yang khawatir akan keselamatan ibunya, segera memindahkannya ke rumah sakit lain untuk perawatan lebih lanjut. Ibunya mengalami syok akibat ledakan, dan Tommy memastikan bahwa dia mendapatkan penanganan terbaik. Meskipun pikirannya kacau, Tommy tetap berusaha tenang demi ibunya. Namun, bayangan Ravi dan situasi yang memburuk di sekitar mereka terus menghantui pikirannya.

Di lokasi ledakan, polisi dan tim penyelamat bekerja keras, mengevakuasi korban yang tertimpa reruntuhan bangunan. Setelah berjam-jam pencarian, mereka berhasil menemukan tiga jenazah yang telah dinyatakan meninggal dunia. Dua korban lainnya ditemukan dalam kondisi kritis dan segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Josh, ayah Ravi, ikut turun ke lapangan, tak peduli pada bahaya atau kelelahan, mencari putranya yang hilang.

Josh berlari ke sana kemari, membuka satu demi satu body bag yang dibawa keluar oleh tim penyelamat, berharap dengan putus asa bahwa Ravi tidak ada di dalamnya. Setiap kali dia membuka satu body bag dan menemukan orang lain di dalamnya, rasa lega yang diiringi ketakutan yang kian besar menghantam dirinya. Wartawan yang berada di lokasi terus meliput situasi, memperbarui berita tentang ledakan dan penangkapan Profesor Bima yang telah menyebar hingga ke luar kota.

Ketika salah satu tim penyelamat akhirnya mengonfirmasi identitas Profesor Bima yang ditemukan hidup di antara reruntuhan, Josh langsung berlari menuju rumah sakit terdekat, hatinya dipenuhi amarah dan dendam. Setibanya di rumah sakit, dia mencari petugas yang bisa menunjukkan lokasi di mana Bima dirawat. Tanpa banyak kata, petugas itu mengarahkan Josh ke ruang perawatan khusus yang dijaga ketat oleh beberapa polisi bersenjata.

Josh berlari di sepanjang koridor rumah sakit, napasnya tersengal-sengal, namun kemarahan mendorongnya untuk terus maju. "Dia tidak boleh mati... dia tidak boleh lolos!" gumamnya berulang kali, hampir seperti mantra. Sesampainya di ruangan, dia menemukan Profesor Bima yang duduk lemah di tempat tidur, tangannya disangga oleh splint. Wajah Bima pucat, namun tatapannya masih menunjukkan ketenangan yang dingin. Ruangan itu dijaga ketat, tapi Josh yang dipenuhi amarah berhasil menerobos masuk, meninju wajah Bima dengan kekuatan yang tersisa dalam dirinya.

Polisi segera melerai Josh, menariknya mundur sebelum dia bisa melancarkan serangan lagi. Namun, Josh tidak berhenti. "Di mana Ravi!? Kamu harus bertanggung jawab atas semua ini! Hukumanmu akan setimpal!" teriaknya dengan penuh kebencian.

Bima, dengan senyuman dingin yang mengerikan, merespons dengan santai, "Ah, jasad anakmu tidak ditemukan? Mungkin dia sudah menjadi debu atau..."

Kata-kata Bima membuat amarah Josh meledak lagi, dan dia berusaha untuk mendekati Bima, tapi King tiba-tiba muncul dan menarik Josh mundur, mencoba menenangkannya. "Josh, ini bukan waktunya!," King berbisik dengan nada mendesak, sementara Josh berusaha melepaskan diri dari cengkeraman King.

❝ᴛᴇᴄʜ ᴡᴀʀꜱ: ᴡᴇ ꜱᴛʀɪᴋᴇꜱ ʙᴀᴄᴋ❞ || ᴇɴʜʏᴘᴇɴ [ᴇɴᴅ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang