Chapter 30: Happy Ending, Yet Unresolved

23 7 22
                                    

Selamat mencapai chapter terakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat mencapai chapter terakhir...


**

Ravi mengambil napas dalam-dalam sebelum mulai menceritakan pengalamannya setelah ledakan kepada Josh, Profesor Law, dan teman-temannya. Suasana di dalam ruangan itu hening, semua mata tertuju padanya, menunggu cerita yang akan ia sampaikan.

"Setelah ledakan itu," Ravi mulai, suaranya sedikit gemetar mengingat kembali kejadian mengerikan itu, "semuanya terasa kabur. Aku tidak ingat banyak selain rasa sakit dan kebingungan. Aku tidak sadarkan diri selama 6 jam dan terbangun di sebuah tempat yang asing, dengan langit-langit kayu yang rendah dan suara langkah kaki yang samar. Saat itu, aku tidak tahu di mana aku berada, atau bahkan apakah aku masih hidup."

Josh menggenggam tangan Ravi erat, seolah memberikan kekuatan bagi putranya untuk melanjutkan cerita.Ravi melanjutkan, "Ternyata, aku berada di rumah sepasang suami istri. Mereka yang menemukanku, tergeletak tak sadarkan diri setelah aku melompat keluar dari jendela untuk menyelamatkan diri dari ledakan. Wanita itu bersama suaminya membawaku ke rumah mereka. Meskipun rumah mereka sederhana, mereka memperlakukanku dengan penuh kasih sayang dan perhatian."

Ravi berhenti sejenak, mengenang wajah lembut wanita itu yang penuh dengan kepedulian. "Dia merawat lukaku dengan cara yang sangat tradisional. Menggunakan obat herbal yang terbuat dari daun-daunan yang ditumbuk, dia mengoleskannya pada perutku yang terluka karena goresan pisau. Sakitnya tak bisa dihindari, tapi ada rasa sejuk yang meredakan perihnya. Kepalaku yang sakit juga diobati dengan kompres dingin, sementara suaminya memeriksa kakiku yang sempat keseleo akibat jatuh."

Ravi mengingat bagaimana suami wanita itu berkata, "Kakimu tidak patah, hanya keseleo saja. Kamu harus banyak istirahat dan jangan terlalu memaksakan diri." Meski saat itu Ravi tidak terlalu memedulikan keadaannya, ucapan pria itu memberikan sedikit ketenangan di tengah kekacauan yang dia rasakan.

Josh yang mendengarkan dengan penuh perhatian, mengusap rambut Ravi dengan lembut. "Itu benar, Rav. Orang baik akan selalu dikelilingi oleh orang-orang baik juga. Mereka menolongmu di saat kamu sangat membutuhkannya."

Ravi tersenyum kecil, mengingat betapa hangatnya sambutan dari orang-orang yang sama sekali asing baginya. "Aku merasa sangat beruntung bertemu mereka. Setelah aku sadar sepenuhnya dan merasa sedikit lebih baik, aku berpamitan kepada mereka dan berterimakasih tentunya. Meski mereka menawarkan aku untuk tinggal lebih lama sampai benar-benar pulih, aku tahu aku harus pergi. Mereka mengizinkanku pergi dengan pesan untuk berhati-hati dan menjaga diriku."

Setelah mendengar cerita Ravi, suasana dalam ruangan berubah menjadi lebih lega. Semua yang hadir merasa bersyukur bahwa Ravi telah selamat dari bencana yang hampir merenggut nyawanya. Josh kembali memeluk putranya, kali ini dengan perasaan lega yang lebih dalam.

Ravi hanya bisa berterima kasih kepada semua orang di sekitarnya. Meskipun perjalanannya belum selesai, ia tahu bahwa dengan dukungan mereka, dia akan mampu menghadapi apapun yang akan datang. Dengan keberanian yang baru, Ravi siap melanjutkan hidupnya, dengan kenangan akan kebaikan orang-orang yang menolongnya sebagai pengingat bahwa di dunia ini, selalu ada harapan di tengah kegelapan.

❝ᴛᴇᴄʜ ᴡᴀʀꜱ: ᴡᴇ ꜱᴛʀɪᴋᴇꜱ ʙᴀᴄᴋ❞ || ᴇɴʜʏᴘᴇɴ [ᴇɴᴅ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang