Tiga bulan setelah pertempuran terakhir, SMA NeoTech Academy dan masyarakat sekitarnya telah mengalami perubahan besar. Kehidupan kembali normal, dengan keamanan dan ketenangan yang kini terasa di setiap sudut kota. Teknologi terus berkembang pesat, namun kali ini dengan pendekatan yang lebih bijaksana, selaras dengan alam.
Ravi dan Aria menjadi pemimpin di antara teman-teman mereka, memastikan bahwa prinsip-prinsip keseimbangan yang mereka perjuangkan tetap terjaga. Mereka aktif terlibat dalam proyek-proyek yang memadukan inovasi teknologi dengan pelestarian lingkungan, menciptakan sistem energi terbarukan, dan program pendidikan yang menekankan pentingnya keseimbangan alam.
Masyarakat pun menyambut baik perubahan ini. Mereka mulai menyadari pentingnya hidup dalam harmoni dengan alam, bukan hanya mengandalkan teknologi semata. Kota menjadi lebih hijau, dengan taman-taman dan hutan kota yang diperluas, serta kebun-kebun komunitas yang didirikan di berbagai tempat.
Tommy, yang merasa bersalah atas pengkhianatannya sebelumnya, telah sepenuhnya bergabung dengan Ravi dan Aria. Dia membantu mereka dalam proyek-proyek teknologi hijau dan memberikan dukungan moral yang sangat dibutuhkan. Tommy juga masih aktif terlibat sebagai ketua angkatan dan pengurus inti seluruh siswa NeoTech Academy, dia selalu menanamkan tentang pentingnya etika dalam penggunaan teknologi, berbagi pelajaran berharga yang dia pelajari dari pengalaman mereka, sesekali juga pergi mengunjungi ibunya yang kian membaik.
Profesor Law, mendapatkan kembali posisinya di SMA NeoTech Academy sebagai kepala sekolah. Dia dihormati oleh siswa dan staf sebagai simbol integritas dan dedikasi terhadap ilmu pengetahuan dan keseimbangan alam. Di bawah bimbingannya, sekolah ini menjadi pusat inovasi hijau yang diakui secara nasional. Profesor Law juga sering mengunjungi Kiran di rumah sakit, memberikan dukungan emosional kepada Ravi dan Aria.
Ned, kini menjadi asisten pribadi profesor Law dan juga menjadi anak angkatnya. Dia ikut membantu memantau pembangunan di NeoTech Academy, terkadang dia juga ikut membantu Tommy untuk mengajar. Sedangkan Frey dan King masih setia memilih untuk menjadi pemimpin gerakan masyarakat yang bertempat di perbatasan kota—Kota Strikes.
"Hei, Rav. Aria memanggilmu dari bawah. Suaranya berisik." Ravi yang sedang menulis jurnalnya kini terfokuskan pada Tommy.
"Apa? Oke, aku turun," kata Ravi sambil bangkit dari duduknya. Ia melangkah keluar dari ruangan, menuruni tangga, dan melihat Aria yang berdiri di lapangan sekolah dengan dua bucket bunga di tangannya. Aria melambaikan tangan dengan senyum ceria di wajahnya.
Ravi membalas senyuman itu dan mengisyaratkan agar Aria menunggu, dia segera turun. "Bunga-bunga ini dan untuk siapa, Aria?"
"Untuk Kiran, tentu saja. Hari ini kita akan melihatnya, ingat?" jawab Aria. Mereka selalu membawa bunga kesukaan Kiran yaitu bunga peony dan terus mengganti bunganya jika akan layu.
"Oh, benar. Hampir lupa," Ravi tertawa kecil. "Ayo, kita berangkat."
Mereka berjalan keluar dan menuju rumah sakit. Setelah beberapa saat, mereka tiba di ruang perawatan Kiran. Ruangan itu tenang, hanya suara mesin yang mendeteksi tanda-tanda kehidupan Kiran yang terdengar. Aria meletakkan dan menata bucket bunga di meja di samping tempat tidur Kiran, sementara Ravi menarik kursi untuk duduk di sampingnya.
"Jadi, bagaimana perkembangan proyek energi terbarukan kita?" tanya Aria sambil melihat ke arah Ravi.
"Bagus. Kami sudah mendapatkan persetujuan dari dewan kota untuk memulai uji coba awal," jawab Ravi dengan senang. "Kalau ini berhasil, kita bisa menunjukkan pada semua orang bahwa manusia, teknologi dan alam bisa hidup berdampingan tanpa merusak satu sama lain."
Aria mengangguk setuju. "Dan aku rasa kita harus mulai mengajarkan hal ini ke academy lain juga. Mungkin kita bisa membuat program pendidikan yang lebih luas."
"Setuju. Kita harus memastikan generasi berikutnya mengerti pentingnya itu semua, sungguh... aku tidak ingin hal seperti waktu itu terulang kembali" kata Ravi kemudian disusul tawa Aria.
Aria mengingat sesuatu, "Aku akan menghubungi Frey dan King untuk memberitahu mereka dan memantau perkembangan Kota Strikes. Apa kamu sudah bicara dengan Tom dan Profesor Law?" Tanyanya.
"Sudah, Prof Law akan terus membantu. Para petinggi kota memberikan dana sangat besar setelah kejadian itu dan tetap akan menjaga sekolah kita." Ucap Ravi.
Saat mereka berbicara, tiba-tiba jari-jari Kiran mulai bergerak. Ravi dan Aria langsung menghentikan percakapan mereka dan memandang Kiran seksama.
"Kiran?" Ravi memanggil dengan suara penuh harapan.
Tidak ada respons. Ravi menoleh ke arah Aria, yang dengan cemas menggenggam tangan Kiran.
"Kiran, dengar suara kami," kata Aria lembut. "Kami di sini untukmu."
Mereka menunggu dalam keheningan, hanya suara mesin medis yang terus berdetak. Aria dan Ravi bergantian memanggil nama Kiran, berharap suara mereka bisa menembus kegelapan yang menutupi kesadarannya.
"Kiran, kamu harus kembali," kata Ravi dengan suara yang sedikit bergetar.
Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, Kiran mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan yang lebih jelas. Jari-jarinya bergerak sedikit, dan perlahan-lahan, matanya mulai terbuka. Ia menatap Ravi dan Aria bergantian, lalu menatap sekeliling ruangan dengan kebingungan. Matanya tampak bingung dan tak pasti, lalu ia menutup matanya perlahan.
Ravi mulai takut ketika mengingat ucapan dokter mengenai ingatan Kiran, "Kiran, ada apa? Apa kamu mengingat kami?" Ravi berkata, suaranya penuh kecemasan, begitupun Aria yang terlihat pasrah dan siap menerima keadaan jika Kiran lupa ingatan.
Kiran membuka matanya kembali, menatap dua orang didepannya sebentar, lalu senyum lembut muncul di wajahnya.
**
Ending of Tech War
readers deserve an ending like this
g. bye.beloved; key.
**
ini tidak menggantung kan endingnya haha... tapi udah jelas happy ending dongrate 1-10?
sekian, terimakasih >_< ketemu lagi di karya aku selanjutnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
❝ᴛᴇᴄʜ ᴡᴀʀꜱ: ᴡᴇ ꜱᴛʀɪᴋᴇꜱ ʙᴀᴄᴋ❞ || ᴇɴʜʏᴘᴇɴ [ᴇɴᴅ]✔
FanfictionKedatangan Profesor Bima sebagai pengganti Profesor Law memunculkan kontroversi di sekolah. Profesor Bima, seorang ahli teknologi yang ambisius, memiliki pandangan yang berbeda. Dia mendukung pengembangan teknologi robotik tanpa batas, percaya bahwa...