Chapter 19: The Showdown Approaches

26 16 21
                                    

Di ruangan pertemuan, Profesor Law mengadakan rapat setelah mendengar Ravi dan para muridnya yang lain diusir oleh Profesor Bima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di ruangan pertemuan, Profesor Law mengadakan rapat setelah mendengar Ravi dan para muridnya yang lain diusir oleh Profesor Bima. Mereka duduk melingkar di sekitar meja besar, wajah-wajah mereka serius dan penuh ketegangan. Ravi memulai dengan menceritakan kembali bagaimana mereka sampai di titik ini. Dia mengisahkan perjalanan mereka dari awal, mulai dari rencana untuk melawan dominasi Profesor Bima, hingga akhirnya terpisah dengan Tommy dan dikeluarkan dari sekolah. Ravi berbicara dengan nada tegas, namun ada kekecewaan yang tersirat, terutama ketika dia sampai pada bagian di mana Tommy mengkhianati mereka.

"Pasti mereka memaksa Tommy. Aku yakin Tommy tidak akan melakukan hal seperti itu dengan sukarela," ucap Ravi, mencoba mempertahankan keyakinannya pada temannya.

Gonzales, yang sedari tadi diam dengan tangan terlipat, menghela napas panjang. Dia menatap Ravi dengan mata tajam dan berdecak, lalu berkata dengan suara tajam, "Kamu terlalu baik, Ravi. Namun, juga terlalu naif. Dunia tidak selalu seindah yang kamu bayangkan."

Ravi terdiam, menahan diri untuk tidak menjawab. Kata-kata Gonzales terasa seperti tamparan, mengingatkan Ravi bahwa meskipun dia ingin melihat yang terbaik dalam diri orang-orang, kenyataan sering kali lebih kompleks dan menyakitkan.

Ketegangan meningkat saat mereka berdiskusi lebih lanjut tentang kondisi di perbatasan timur yang mengalami kerusakan akibat ledakan, dan persenjataan mereka yang terbatas. Profesor Law dengan tegas menginstruksikan agar mereka tetap fokus pada rencana dan tidak membiarkan emosi menghalangi keputusan mereka.

Aria dan Kiran mendengarkan dengan cermat, sesekali saling bertukar pandang. Mereka juga merasa kehilangan dan kecewa, namun mereka tahu bahwa mereka harus tetap fokus pada misi mereka. Profesor Law, yang duduk di ujung meja, tampak prihatin. Dia menghela napas dalam, merasakan beratnya situasi.

"Tommy... sangat disayangkan dia berpihak pada mereka," kata Profesor Law, suaranya penuh belas kasih. "Tapi kita harus melanjutkan perjuangan ini." Tegasnya.

Dia kemudian mengalihkan perhatian ke laporan tentang situasi di lapangan. "Bagaimana kondisi perbatasan sebelah timur setelah ledakan?" tanya Profesor Law.

King, dengan wajah serius, menjawab, "1/4 dari tembok besar hancur, dan satu terowongan penting rusak. Ini membuka celah yang bisa dimanfaatkan oleh musuh."

Ned melanjutkan dengan laporan mengenai persenjataan mereka. "Kami mulai kekurangan senjata dan amunisi, sulit mendapatkan pasokan baru saat ini."

Profesor Law mengangguk, merenung sejenak sebelum melanjutkan. "Saya sudah mencoba menghubungi dewan kota, tapi mereka tidak memperhatikan peringatan saya. Mereka menganggap semuanya normal di NeoTech Academy setelah melakukan pemeriksaan. Namun, saya telah menghubungi Josh yang selalu membantu kita. Dia akan menyusupkan senjata dan peralatan lain yang kita butuhkan secepat mungkin, setidaknya dua minggu lagi." Jelasnya. Joshep adalah salah satu sahabat Profesor Law selama 10 tahun, mereka saling membantu satu sama lain selama ini.

❝ᴛᴇᴄʜ ᴡᴀʀꜱ: ᴡᴇ ꜱᴛʀɪᴋᴇꜱ ʙᴀᴄᴋ❞ || ᴇɴʜʏᴘᴇɴ [ᴇɴᴅ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang