Episode 4 : Pembakaran Mayat

617 69 1
                                    

Kereta kuda kerajaan Hastinapura datang, Satyawati melihat bingung kearah orang-orang yang berkumpul. Ia turun dari kereta nya dan berjalan mendekati kerumunan itu.

Widura juga ikut dengannya.

Ia melewati kerumunan itu, mereka memberikan jalan untuk Ibu Ratu Satyawati. Saat dekat dengan mereka is melihat 5 anak tengah menatap jenazah seseorang.

Satyawati menatap wajah ke 5 anak-anak itu, wajah mereka begitu kusut dan kesuh seolah baru saja seseorang yang mereka cintai meninggal.

Satyawati menatap kearah jezanah, dan terkejut melihat nya. Widura juga sama terkejutnya dengan Ibu Ratu Satyawati.

Pandu.

Orang yang Satyawati harapkan untuk menjadi Raja kembali, kini tergeletak tidak bernyawa.

Satyawati mengeluarkan air mata dan pandangan nya kabur, ia terjatuh didekat Pandu. Widura menghampiri nya.

Kunti, Madri dan Anjani berada di dalam gubuk. Anjani takut, ia takut. Kunti menghampiri nya dan membawa nya kedalam pelukan nya.

Kunti menangis tapi tidak bersuara, sementara Madri ia menangis tersedu-sedu.

Anjani menatap kedua ibunya, kini mereka mengerai rambutnya dan tidak mengunakan perhiasan apapun di rambut nya.

"Aku bermimpi sedang meletakkan kepala ku di dada suamiku" Gumam Kunti masih dalam memeluk Anjani

"Dan menyingkirkan rasa Khawatir ini. Dalam lindungan kebaikannya. Hatiku yang berpikiran negatif pasti akan terasa tenang dalam lindungan nya" Usai mengatakan itu Kunti mencium kening kepala Anjani dan berjalan menjauh

"Tapi sayangnya aku tidak pernah mengalami kesempatan itu....selama hidupku" Anjani menantap ibunya, ia mengatakan itu seolah sedang menyindir seseorang

Kemudian ia menatap kearah ibu dari dua anak kembar yang masih menangis tersedu-sedu.

"Dosa itu telah aku lakukan kak" Anjani menatap nya ia memiliki firasat buruk tentang ini

"Selama hidupku aku telah berbuat dosa. Yang Mulia akan selalu menjadikan mu panutan nya, dengan berkata bahwa kecantikan adalah sebuah perhiasan bagi karakter yang baik. Bukan untuk menyamarkan karakter yang buruk" Ungkap Madri

Untuk anak seperti Anjani akan sangat susah untuk mengerti tentang ucapan dari ibunya.

"Walaupun begitu, jika Yang Mulia. Bahkan mesti hanya sesaat saja bisa dekat denganku, walau hanya sesaat saja. Maka aku tidak akan berakhir dengan melakukan dosa seperti hari ini" Madri Menyesal ia menyesal telah melakukan suatu kesalahan yang tidak bisa diperbaiki lagi

"Ibu Madri..." Anjani menatap Madri dengan iba ia tau bahwa ini hanyalah kesalahan

Tidak. Ini kesalahannya, seandainya ia tidak mengatakan 'Pemujaan Terakhirnya' mungkin ini tidak akan terjadi. Kematian ayahnya mungkin tidak akan terjadi.

Ibu Madri berdiri membuat Anjani terkejut. Ia menatap nya.

"Aku akan bersumpah untuk kesalahan itu kak, bahwa aku selalu berusaha untuk bersaing dengan mu dan aku tetap saja gagal"

"Yang mulia dapat kutukan itu karena ku, dan karena aku juga kutukan itu menjadi kenyataan hari ini....untuk mencari pengampunan untuk sebuah dosa maka aku juga harus pergi kak"

Anjani terkejut dengan ucapan Ibu dari dua anak kembar itu. Ia berdiri.

"Kakak. Hidupmu sendiri sudah penuh dengan penebusan dosa. Kali ini kau akan terbebaskan dari dosamu itu. Seorang pengrajin emas menghasilkan emas dengan meniupnya tapi besi...untuk bisa membuat besi maka itu harus di tempa.

Mahabarata FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang