Episode 08 : Bujukan

580 61 3
                                    

Sudah lebih dari seminggu Anjani mengurung dirinya di kamar. Kunti begitu khawatir dengan keadaan Anjani di dalam, ia ingin sekali menerobos dan memeluknya.

Ibu Ratu Kunti juga belum mengobati luka-luka yang di alami oleh Anjani. Bagaimana jika luka itu Infeksi karena tidak di obati. Duryodhana mendapatkan hukuman karena ulahnya itu. Tapi Drestrarasta membuat hukuman anaknya
menjadi lebih ringan dari sebelumnya.

Arjuna sering menemui kamar Anjani dan berharap Anjani membuka kamar nya. Mungkin 24 jam ia sering berkunjung, dan masih mendapatkan kamarnya yang terkunci. Ia juga melewati makanan nya. Ia tidak akan makan sebelum Anjani makan.

Arjuna berjalan pergi dan menuju kuil dewa Siwa. Ia berdoa dan berharap bahwa Anjani baik-baik saja di dalam sana. Dan ia berharap Anjani mau membukakan pintunya.

"Ada apa Mahadev?" Raja para Dewa bertanya pada Mahadev yang datang menghampiri nya

Dewa Siwa.

Siwa (Dewanagari: शिव; IAST: Śiva), juga dikenal sebagai Mahadewa (Dewanagari: महादेव; IAST: Mahādeva), adalah salah satu dari tiga dewa utama (Trimurti) dalam agama Hindu.

Kedua dewa lainnya adalah Brahma dan Wisnu. Dalam ajaran agama Hindu, Siwa adalah dewa pelebur, bertugas melebur segala sesuatu yang sudah usang dan tidak layak berada di dunia fana lagi sehingga harus dikembalikan kepada asalnya.

"Anakmu mengurung dirinya dikamar" Dewa Indra tau anak siapa yang di maksud Mahadev

Ia juga sudah tau apa yang telah terjadi pada Putrinya. Dewa Indra turun kebumi dan langsung berada dikamar Putrinya. Anjani berada di kasur ia tidak merasakan kehadiran dewa Indra.

"Putriku"

Anjani terkejut dengan suara yang memanggil namanya, ia melihat ke asal suara itu. Dewa Indra ada disini.

Dewa Indra mendekati Anjani dan duduk di sebelahnya, Anjani terlalu terkejut dengan kehadiran Ayahnya.

Dewa Indra melihatnya, dahinya terluka, darah kering yang menghiasi wajahnya, bekas air mata, rambutnya yang berantakan. Sepertinya gadis ini menangis setiap saat.

Kamarnya terlalu gelap untuk melihat wajahnya yang indah. Dewa Indra menyentuh rambutnya dan mengusap nya pelan. Anjani bisa merasakan elusan seorang ayah dari seorang Dewa.

"Ini sudah semingu Putri ku, keluarlah. Arjuna dan yang lain mengkhawatirkanmu" ucap dewa Indra

Anjani menggeleng, ia tidak mau semua orang melihat nya. Ia bukanlah wanita yang suci lagi hari ini. Ia menggeleng air mata nya keluar. Entah sudah berapa kali ia menangis.

Dewa Indra memeluk Putrinya, memberikan nya kepada Kunti dan Pandu adalah bagian dari Takdir. Jika ia tidak memberkati Kunti dengan anak perempuan maka Pillar penyemangat Arjuna dalam menegakkan Dharma tidak ada.

"Kenapa Mahadev tidak adil ayah!" Anjani bertanya di sela-sela tangisannya

"Mahadev, bukannya tidak adil sayang...ia hanya ingin membuat mu menjadi lebih kuat" ucap Indra

Ia sekarang bukanlah sebagai seorang dewa tapi sebagai seorang Ayah yang sedang menenangkan hati Putri nya. Jika ia bisa menjadi Raja Para Dewa lantas kenapa ia tidak bisa menjadi ayah untuk anak-anaknya?

"Tapi kenapa harus menghilangkan kesucian ku?! Jika-jika...jika tidak ada yang mau menikahi ku bagaimana? Ba-" Indra menutup mulutnya dengan tangannya

"Kamu masih kecil, kenapa sudah memikirkan tentang menikah? Suamimu tidak akan menilai tentang seperti apa Kesucianmu, ia hanya akan melihat seperti apa kau melayani nya. Kau masih Suci, kau adalah anakku, putri Indra selalu Suci hingga akhir hayatnya" Ia membelai rambut nya walaupun rambut berantakan seperti orang yang habis bangun tidur, rambut Anjani tetaplah lembut untuk di belai

"Jika seseorang bertanya tentang Kesucian mu, maka Kakakmu akan berada di depan dan menjawab pertanyaan itu...ia akan selalu melindungi mu.

Arjuna telah bersumpah, jika seseorang berani menyentuh mu entah itu perempuan atau laki-laki maka ia akan membunuhnya...dan jika ia gagal maka aku akan menghukumnya" ucapnya

Anjani tidak bisa menyangkal itu, kakak nya telah bersumpah untuk melindunginya dan jika ia gagal melindungi Anjani maka Arjuna akan meninggal.

"Keluar lah, Arjuna selalu menunggumu setiap saat. Ia bahkan melewatkan makan hanya untuk menunggu mu, ia juga selalu berdoa pada Mahadev agar kau tetap sehat. Kau harus melihat seberapa ia sangat menyayangi mu putri ku" dewa Indra mengusap air matanya

Ia membuat Anjani menjadi tenang, ia tau tidak perlu ada yang di Khawatir kan jika Arjuna selalu bersama dengan nya.

Dewa Indra berdiri, Anjani turun dari ranjangnya. Ia menyentuh kaki ayahnya dan memberinya salam. Devraj mengangkat tangan nya.

"Semoga kau selalu di lindungi" usai mengatakan itu Devraj menghilang dari hadapan nya

Ia berjalan ke arah pintu, dengan berat hati ia membuka pintu nya. Udara luar ruangan mulai terasa. Ia bisa merasakan astmofer yang berbeda dari dalam kamar nya.

Arjuna yang baru selesai dari pemujaan nya terkejut melihat Anjani yang berada di depan pintu kamar nya. Ia segera berlari dan berada tepat di depannya membuat Anjani terjolak kaget.

Phalgun menatapnya, ia tersenyum ketika melihat adik perempuan nya keluar kamar, ia senang karena Mahadev mendengarkan do'a nya. Ia memeluk adiknya, Anjani yang tidak siap pun terdorong kebelakang.

Putri Indra tersenyum, Ayahnya benar. Arjuna masih disini dan mencintai nya. Menyayangi nya dengan kasih sayang yang berlimpah seperti yang di ucapkan oleh Dewa Indra ketika hari kelahirannya.

"Aku, aku sangat senang kau sudah keluar dari kamar mu, setiap saat Aku selalu berdoa pada Mahadeva" ucap dan sekali lagi memeluk Anjani

Anjani terharu, ia membalas pelukan kakaknya. Arjuna membawa nya pergi ke tempat ibu dan saudaranya berkumpul.

Arjuna memasuki kamar, Kunti terkejut dengan kedatangan Arjuna yang tiba-tiba. Kemudian Anjani muncul dari belakang dan membuat ibu juga saudara nya terkejut.

Kunti segera menghampiri nya dan memeluk nya, Anjani selalu merasa tenang jika dalam pelukan Kunti. Ia merasa sangat aman.

"Putriku..syukur lah" Kunti bersyukur karena Putrinya baik-baik saja walaupun bekas darah masih terlihat jelas di wajahnya

"Anjani" Ke empat saudaranya berkumpul dan melihat Anjani. Oh sungguh, Gadis ini membuat mereka semua merasa sangat khawatir

Nakula dan Sahadev berkaca-kaca, Anjani membelai pipi mereka berdua. Nakula dan Sahadev memeluk kakaknya dan menangis.

Anjani berada bersalah karena membuat adik nya meneteskan air mata. Kakak tertuang tersenyum lembut ia kemudian memeluk Anjani. Arjuna juga ikut memeluk nya dan Bhima ia menenggelamkan mereka kedalam lautan kasih sayang.

Kunti mengobati luka di dahi indah anak perempuan nya, lalu membasuh darah-darah yang mengering dengan air hangat. Kunti bisa merasakan pergelangan tangannya yang bergemetar. Kunti menatap anaknya.

"Ada apa putriku? Kenapa...kau merasa seperti ketakutan?" Tanya Kunti, salah satu tangannya membekas pipi Anjani

Anjani terdiam, entah apa yang ia harus katakan. Ketakutan ini bukan tanpa sebab, Duryodhana membuat mentalnya rusak dan mengalami trauma yang berat. Tentu saja pertanyaan yang Kunti berikan sulit untuk di jawab.

"Aku tidak tau bu, aku tidak bisa menjawab pertanyaan mu. Tidak ada sebuah jawaban di benakku" tungkas Anjani sambil menatap ibunya

Kunti mengerti apa yang telah di alami oleh putrinya, Duryodhana mengambil kesuciannya dan ayahnya terus membela Putranya. Drestrarasta akan terus membela putranya walaupun dia penyebab keruntuhan Kerajaan Kuru.

5 putranya yang lain menghampiri kunti dan duduk di sana. Kunti tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya kepada Putra dan Putrinya. Ia selalu berdoa pada Mahadev untuk terus melindungi mereka semua.

Mahabarata FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang