Episode 09 : Aneh

521 55 3
                                    

Anjani sedang duduk di depan cermin dan melihat dirinya sendiri. Entah apa yang ia rasakan tentang dirinya sendiri, Duryodhana mendapatkan hukuman. Tapi Maharaja Drestarasa membuat hukuman yang anaknya terima menjadi lebih kecil. Maharaja Drestarasa memang buta tapi ia lebih di butakan oleh cintanya pada anaknya sendiri, walaupun nanti anaknya akan berbuat keburukan.

Bukankah dia sudah melakukannya?

Anjani mendengar langkah kaki seseorang mendekat, ia melirik kebelakang. Itu ibunya, Kunti tersenyum sambil mendekati Anjani yang terdiam menatap nya. Anjani kemudian memalingkan wajahnya, kembali menatap cermin.

Kunti mengambil sisir dan menyisir rambutnya yang lembut, ini adalah rutinitas hariannya. Anjani tidak pernah membiarkan rambutnya di sentuh oleh orang lain, ia selalu menunggu Kunti datang dan menyisiri rambutnya.

Ia hanya membiarkan 3 orang yang boleh menyentuh rambutnya. Pertama tentu saja orang tuanya, keduanya saudara nya dan yang ke tiga adalah suaminya.

"Ibu" Kunti menatap putrinya dari balik cermin

"Aku tidak ingin mengikat rambut ku ibu, aku ingin membiarkan rambut ku tergerai" ucapnya menatap Kunti yang merasa heran

"Jika aku menikah maka aku akan mengikat rambut ku" lanjut nya membuat Kunti tersenyum tipis

Anjani memang memiliki rambut yang indah, entah model rambut apapun yang ia gunakan pasti akan terlihat indah dan menawan.

Kunti selesai menyisiri rambut Anjani, ia menambahkan hiasan kecil pada rambutnya yang sebelumnya terlepas akibat ulah Duryodhana.

Arjuna datang dan mengajaknya untuk pergi, Anjani mengiyakannya dan berpamitan pada ibu mereka. Kunti tersenyum melihat Putra dan Putrinya.

Bhima sedang melihat-lihat interior istana, kemudian Nakula datang dan menghampiri saudara Bhima.

"Ini istana yang sangat besar kakak Bhima, aku sudah mencari kemana-mana, tapi tidak tanda-tanda yang menunjukkan arah kedapur" ucap Nakula

"Ahh, kau ini tidak ada gunanya, baru kemarin kita ke dapur" Kata Bhima membuat Nakula kesal

"Kau sendiri dari sana, apa kau masih ingat?" Tanya Nakula membuat Bhima mendesah kasar

"Kau terlalu banyak bicara, bahkan durpika belum datang. Kalau dia ada pasti dia akan tunjukkan jalannya"

"Salam pangeran" salah satu pelayan menghampiri mereka dan memberi mereka salam

Nakula dan Bhima saling bertukar pandangan, Bhima menghentikan pelayan itu dan bertanya. Pelayan itu memberikan jawabannya, tapi jawabannya membuat Bhima dan Nakula kebingungan.

Pelayan itu pergi dan Bhima masih bingung dengan arah yang di katakan oleh pelayan itu. Kemudian Bhima memiliki ide cermelang dengan menggunakan indra penciuman nya.

Nakula dan Bhima sampai di kebun manga, dan melihat banyaknya manga yang tergantung di pohon. Bhima hendak mengambil manga sebelum kemudian sebuah suara menghentikan nya.

"Kami yang punya hak untuk pohon-pohon ini, cari pohon lain saja"

"Kami sudah menandai pohon-pohon yang ada disini, dimana dia sekarang akan mengambil manganya"

Mereka mulai tertawa.

"Di KuntiBhoja juga ada pohon manga, kalau kau mau makan manga maka kau harus pergi ke sana dulu"

"Tapi aku tidak perlu pergi kemana-mana, jika aku ingin manga maka aku harus mengambil nya dari tangan kalian" Bhima membantah ucapan para Korawa

"Jika mereka ingin manga, mereka juga akan mengambilnya dari tangan kita"

Mahabarata FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang