09

205 16 0
                                    

Raina mundur ketika Nathan mendorong nya masuk. Nathan mengunci pintu kamar tersebut. "ada apa rei? Kenapa tiba tiba kau pergi?"

Reina menghela nafas nya lelah, "aku ingin istirahat nath, aku lelah."

Nathan mengkerutkan dahi nya "nath?" ia tahu itu adalah panggilan reina ketika ia sedang marah.

Reina memilih pergi ke kasurnya dan merebahkan diri. "rei aku belum selesai ayo bangun"

Nathan menarik tangan reina untuk duduk, reina yang kesal pun langsung duduk di hadapan Nathan. Seketika wajahnya memerah melihat wajah Nathan yang sudah berada di hadapan nya. Mereka berdua tidak ada yang menarik diri mundur. Nathan menatap mata reina.

"aku benci melihat kau berkencan dengan manda. Aku benci melihat kau memeluk nya. Kau puas?!"

Tatapn reina seketika berubah jadi amarah. Nathan menyadari hal itu. Nathan langsung membawa reina dalam pelukan nya "aku minta maaf. Dia yang memeluk ku. Aku bersumpah tidak ada hubungan apapun dengan nya"

Reina hanya diam dia benar benar sedang malas menanggapi Nathan. Nathan yang merasa reina tidak mereponnya pun memundurkan badan nya. "aku ingin istirahat ka"

Nathan mengangguk ia pun pergi keluar kamar reina. Ia menghelas nafas nya ketika sudah berada di luar. Rafa menungu Nathan di depan kamar nya. "nath aku ingin bicara"

Nathan heran tiba tiba rafa berbicara serius padanya. Namun ia tetap mengikuti rafa ke dalam. Rafa menyuruh Nathan duduk di depan meja komputer nya. Rafa memutarkan video kecelakaan reina. Nathan Nampak terkejut melihat nya. Ia sangat mengenali mobil itu.

"kenapa kau tidak bilang dari tadi raf?!"

Rafa menghela nafasnya berat, "manda bukan orang sembarangan nath, dia berani berbuat nekat hanya demi kau. Bahkan ia bisa mencari tau tentang reina semudah itu. Manda tidak menggunakan peringatan lagi tapi melalui aksi gila nya. Kalau kau tiba tiba menegurnya aku tidak tau hal gila apa lagi yang akan dilakukan pada reina"

Nathan mengusap wajah nya kasar. Pintu ruangan terbuka membuat kedua orang tersebut terkejut. "kita jebak orang itu"

Ivar sedari tadi menguping di pintu kamar rafa, ia melihat rafa yang Nampak serius membawa Nathan ke kamar nya. Dan akhirnya ia pun mengikuti Nathan dan rafa.

Nathan dan rafa menatap ivar. "jebak gimana? Kau ingin reina terluka lagi?"

Ivar pun diam. Perkataan rafa ada benar nya. Ia bingung harus melakukan apalagi karena bukti berupa rekaman itu saja tidak akan cukup.

.

.

Dikamar nya reina sedang membuka ponsel nya ia melihat lihat social media nya. Dan ada notifikasi pertemanan untuk nya reina membaca nama itu "Justin hubner?"

Reina mengingat nama itu dan seketika ia mengingat nya. Reina pun langsung memfollow balik Justin. Tak lama sebuah message masuk ke social media nya.

Justin :
"hey rein apa kabar? Boleh aku meminta nomor mu?"

Reina tersenyum membaca pesan Justin ia pun memberikan nomornya pada Justin. Tidak lama ponsel nya bordering bukan sebuah pesan namun sebuah panggilan.

"hay terimakasih sudah memberikan nomor mu"

Reina tersenyum mendengar suara Justin. "ya tidak masalah, ada apa Justin?"

"tidak ada apaapa hanya merindukan mu"

Reina bersemu merah "hahahaha candaan yang bagus"

Justin tertawa di sebrang sana. "kau besok ada waktu?"

Reina melihat tanggalan nya "sepertinya tidak kenapa?"

"aku ingin mengajakmu keluar apa bisa?"

Rachel Nampak berfikir sejenak. "ya tentu mau kemana? Tapi setelah aku pulang sekolah ya"

Justin terkekeh "baiklah aku akan menjemputmu pulang kampus besok di sekolah, kau share alamatnya ya"

Reina hanya menggumam, tak lama ivar memanggil nya untuk makan malam. "Justin sepertinya kakak ku memanggil aku matikan ya?"

Setelah mendapat persetujuan dari Justin reina pun mematikan telfon nya. Reina turun dari kasur dan membukakan pintu nya. Ia tersenyum melihat ivar disana. "ayo makan"

Reina mengangguk dan membawa ponsel nya turun. Di bawah sudah lengkap anggota keluarganya. Reina masih diam tidak menatap Nathan sama sekali. Ia duduk di sebrang Nathan dan memilih di samping ivar. Reina sedari tadi fokus pada ponsel nya dan sesekali tertawa membalas pesan Justin. Justin orang yang menyenangkan untuk nya.

"nak aku lihat kau terus tersenyum sejak tadi. Ada apa?"

Reina mengalihkan fokusnya pada Melinda, "tidak ada apapa bu, hanya membalas pesan teman ku"

Semua orang yang ada di meja makan menoleh, "maksud mu noa?"

Reina menggeleng. "teman baru ku Justin hubner"

Nathan yang sedang minum menyemburkan air nya. Sejak kapan mereka bertukar nomor, kenapa Nathan tidak mengetahui nya? Nathan menatap reina tajam namun reina Nampak tidak perduli.

"bu besok Justin mengajak ku pergi apa boleh?"

"TIDAK!"

Reina terkejut ketika ketiga kakak nya berteriak kompak. Melinda hanya tersenyum melihat hal tersebut. Anak anak nya benar benar sangat menjaga reina. Bahkan sangat overprotektif pada reina. Reina merubah wajahnya menjadi murung.

"besok aku akan mengantar dan menjemput mu"

Rafa orang itu kembali mengeluarkan suara perintah nya seperti mutlak. Reina melirik kea rah ivar. Ivar menoleh "suruh dia temui kita bertiga untuk izin"

Reina mendengus sebal. Ia kembali membuka ponsel nya dan mengetik sesuatu untuk Justin. Ketika mendapat balasan dari Justin reina langsung tersenyum. Ia menunjukan ponsel nya pada ivar. Ivar langsung menatap reina. Reina tersenyum penuh kemenangan karena Justin menyetujui untuk bertemu dengan kakak reina.

Reina bangkit dari kamar nya dan memeluk ibunya "aku istirahat ya bu"

Melinda mengangguk. "kau akan istirahat atau telfonan?"

Reina menggeleng "entahlah bu mungkin telfonan sebentar"

Setelah itu reina langsung pergi ke kamar nya. Ketiga kakaknya Nampak kompak memperharikan reina. Melinda melihat itu tersenyum geli. Sepertinya sampai kapanpun adik nya akan sulit mendapatkan kekasih.

.

.

.

.

.

3 Brother'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang