13

190 12 3
                                    

Reina duduk tertunduk di sofa ruang tengah. Ketiga kakak nya menatap reina tajam. Ivar menghembuskan nafasnya kasar. "kenapa kau tidak bilang rein"

Reina menegakan kepala nya dan menatap ivar "aku....." reina Nampak ragu untuk menjawab tidak mungkin kan ia bilang kalau sedang menghindari Nathan. "aku terburu buru ka"

Reina tersenyum menunjukan giginya ketika menjawab, ivar memandang selidik ke arah reina. Reina mengalihkan pandangan nya. Ia tak sengaja bertatapan dengan Nathan. Nathan menatap nya sangat tajam. Reina pun langsung menundukan wajahnya kembali.

Ivar bangkit dan memeluk reina. "aku khawatir ketika kau pergi dengan laki laki lain rein, apalagi kami belum mengenal nya, kau bahkan sudah berani memeluknya. Apa aku salah sebagai kakak khawatir kepadamu?"

Air mata reina menumpuk di pelupuk matanya, ivar selalu bisa membuat nya menangis terharu. Ia pun memeluk ivar dan menggeleng. "maaf kak, aku hanya takut kalian marah. Aku senang mengenal Justin karena aku merasa ia laki laki yang baik"

Ivar mengelus surai panjang reina. "kenalkan ia pada kami yaa kami yang akan menilai dia baik atau tidak"

Reina mengangguk dan menghapus air matanya. Nathan bangkit dari duduk nya dengan kasar membuat mereka semua menoleh. Nathan naik ke kamar nya dan membanting pintu sangat keras.

"minta maaf padanya rein, untuk urusan Nathan aku tidak bisa membantu"

Reina mengulum bibir nya bingung tak ada cara yang bisa membuat Nathan mengerti. Terlebih dari perkataan Nathan malam itu. Reina hanya mengangguk menjawab ivar.

"sana pergi ke kamar nya rein"

Reina pun menghembuskan nafas nya berat, ia menatap Rafael yang tersenyum jail melihat nya sedangkan reina memberikan tatapan maut nya pada Rafael. Ketika melewati Rafael dengan sengaja reina menginjak keras kaki nya.

"AWWWWWHHH"

Reina hanya diam dan langsung pergi ke kamar Nathan.

.

Reina berdiam diri di depan pintu kamar Nathan. Ia bingung bagaimana caranya berbicara dengan Nathan. Saat reina ingin mengetuk, pintu kamar Nathan terbuka Nathan langsung menarik reina masuk dan mengunci kamar nya.

Reina kaget dengan perlakuan Nathan. Nathan berjalan mendahului reina. Reina mengikuti Nathan dan duduk di kasur nya. "ka aku minta maaf"

"aku sudah mengenal Justin rei"

Reina menegakan kepala nya kaget. Nathan menoleh melihat nya "dia ada di klub bola juga di kampus, awal melihat nya dengan mu aku heran apa yang ia lakukan dengan mu? Namun aku mengerti dia mencoba mendekati mu"

Nathan maju dan menyentuh kedua pundak reina "kau menyukai nya?"

Reina menatap mata Nathan dalam, entah kenapa hatinya merasa sakit Nathan bertanya seperti itu. Reina merasa nyaman dengan Justin tapi rasa suka itu terlalu besar untuk kakak nya yang seharusnya tidak boleh terjadi. "reina, kau mencintai nya?"

Tatapan Nathan semakin tajam seolah meminta jawaban pasti dari reina. Air mata reina menetes. "kau hanya menjadikannya pelampiasan kan rein?"

Reina menunduk ia menggeleng dan langsung pergi dari kamar Nathan. Nathan melihat itu tersenyum ia mendapatkan jawabannya. "kau tidak bisa membohongi perasaan mu rei"

Di kamar reina ia menangis di atas kasur nya. Ia memegang dada nya. "tuhan aku tidak bisa mencintai nathan. Dia kakak ku, aku tidak ingin menghancurkan semua kebaikan keluarga ini tuhan"

Reina terus bergumam berdoa pada tuhan nya. Dia benar benar tidak bisa membohongi perasaan nya.

Ponsel reina bergetar nama Justin tertera disana. Justin mengirim nya pesan.

Justin :

"besok libur kan? Aku akan mengajak mu ke tempat wisata"

Reina tersenyum membaca pesan Justin "maafkan aku Justin"

.

.

Hari sudah malam mereka semua turun untuk makan malam. Reina masih belum bisa menatap Nathan. Reina duduk di samping ivar. Ia menyentuh tangan ivar dna ivar pun menoleh "kak aku mau izin pergi dengan Justin besok ke tempat wisata"

Ivar sedikit terkejut "izin dulu dengan Nathan dia kakak tertuamu"

Reina memberanikan diri menatap Nathan "kak aku..."

"aku akan ikut dengan manda"

Mereka semua kaget, Nathan tidak salah membawa manda kesana? Orang yang jelas jelas ingin mencelakai adik nya.

"kak kau yakin?"

Rafa bertanya pada Nathan memastikan. Nathan menangguk pasti. "kita semua ikut ajak Bernice sekalian var, sudah lama kita tidak liburan"

Ivar pun mengangguk senang, rafa sedikit bingung siapa yang akan ia ajak untuk menemaninya. Sedangkan reina hanya diam menatap Nathan. Nathan yang merasa di perhatikan pun menoleh "ada yang salah rei?"

Reina hanya menghela nafas berat dan menggeleng.

.

.

Keesokan harinya semua orang sudah berkumpul mereka hanya tinggal menunggu Justin. Bernice menghampiri reina yang terlihat agak murung "kau terpaksa membawa kami ya?"

Reina langsung menggeleng dan menatap Bernice dia sedikit panik. Bernice merangkul reina dan sedikit tertawa "sangat terlihat dari wajahmu rein. Iya kan?"

Reina menghela nafas nya berat ia menatap Nathan sebal yang sedang bersama manda. "ide laki laki bodoh yang ada disana itu kak. "

Bernice tertawa mendengar reina mengatai kakak nya. Pasalnya ini pertama kali nya reina mengumpat tentang Nathan. Bahkan ivar saja tidak berani untuk menghina Nathan. Akan panjang urusannya.

Tidak lama Justin pun datang ia turun dari mobil nya. Justin Nampak terkejut di depan rumah reina sudah ramai. Ia menatap reina seolah bertanya ada apa. Namun reina langsung menarik nya masuk ke dalam mobil. Mereka semua pun masuk ke dalam mobil nya. Justin langsung menoleh menatap reina.

"ada apa ini rein?"

Reina menghela nafasnya."ka Nathan ingin semua ikut dengan kita"

Justin Nampak heran namun sebenarnya ia tidak masalah untuk itu. Saat Justin menyalakan mobil tiba tiba pintu mobil jok belakang nya terbuka. Nathan dan manda masuk tanpa permisi. Reina melihat ke arah kakaknya yang Nampak tidak peduli sedangkan manda terlihat sangat kesal.

Nathan yang merasa mobil tidak jalan jalan menatap kedua orang di depan nya "ada apa? Ayo jalan"

Reina hanya bisa menghela nafas nya dan menyenderkan diri ke bangku. Sedangkan Justin hanya bisa menurut pada Nathan.

.

.

.

.

3 Brother'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang