25

163 15 3
                                    

"Manda...."

.

.

.

Reina terdiam seketika. Reina fikir Nathan sudah memenjarakan dia namun kenapa Nathan bersama nya sekarang. Reina langsung mematikan ponsel nya. Ia berlari turun ke bawah menghampiri Rafael.

"raf. Aku mau nanya"

Rafael menoleh sebentar sebelum kembali fokus lagi pada PS nya. "ada apa?"

Reina duduk di samping Rafael ia menghela nafasnya sejenak. "saat kau ke kantor polisi menyerahkan bukti kejahatan manda apa yang di bilang polisi?"

Rafael mengerutkan kening nya. "akan memprosesnya, setelah itu kami tinggal. Ada apa rein?"

Reina menggeleng ia bangkit dan berjalan masuk ke kamar nya, Rafael menatap aneh reina namun tetap kembali melanjutkan ps nya.

Reina menutup pintu kamar nya dan terduduk disana. Fikiran benar benar berkecamuk. Bagaimana manda bisa bebas dan Nathan tetap bersama nya. Kenapa Nathan menutupi masalah ini darinya?

Reina merebahkan dirinya dan memejamkan matanya.

.

.

Malam hari di meja makan keluarga sudah berkumpul. Romeo dan Melinda pun sudah pulang. Reina turun dari kamarnya dan duduk disana. Ia menjadi diam dan tidak banyak bicara.

Melinda memperhatikan putrinya tersebut "rein ada masalah?"

Reina menoleh dan menggeleng "aku sedang pusing memikirkan ujian ku saja bu"

Romeo tersenyum "sudah ada keputusan kau akan mengambil apa setelah lulus?"

Reina mengangguk "nanti aku beritahu ayah, doakan aku ya semoga aku berhasil mendapatkan beasiswa nya"

Romeo tertawa "baiklah, ayah akan selalu mendoakan mu"

Nathan diam menatap reina. Nathan merasa reina sedang menghindari nya sejak tadi reina tidak menatapnya sama sekali. Ia bisa bercanda dengan ivar namun tidak menatap Nathan sama sekali. Makan malam selesai reina juga langsung pamit ke kamar nya. Nathan hendak mengikuti reina namun ayahnya memanggil nya.

"nath, mau kemana?"

Nathan berhenti dan menoleh "berbicara dengan reina yah. Ada apa?"

Romeo menghampiri Nathan dan mengelus bahu nya "jangan ganggu dia dulu biar reina fokus pada sekolah nya"

Nathan menghela nafas dan mengangguk "aku akan langsung masuk kamar jika begitu" romeo menggelengkan kepala nya menatap Nathan.

Ivar berjalan mendekati ayahnya "kenapa Nathan yah?"

Romeo menoleh ia tersenyum dan menepuk bahu ivar "sepertinya ia sedang ada masalah dengan reina"

Ivar menatap ayahnya bingung, "coba kau temui reina ada apa dengan nya"

Ivar mengangguk dan pergi ke kamar reina. Ia membuka pintu kamar adik nya. Reina menoleh ia tersenyum melihat ivar yang masuk ke kamar nya.

"kak, ada apa?"

Ivar duduk di ranjang nya reina. Ia melihat laptop reina yang menyala. "kau akan mengajukan beasiswa ke Harvard?"

Reina mengangguk "aku ingin mengambil kedokteran"

"wowww, kau yakin?"

Reina mengangguk pasti. Ivar bangun dan mengelus kepala reina "semoga kau berhasil rein"

Reina memeluk ivar yang berdiri di depan nya. "terimakasih ka"

Ivar melepas pelukannya dan menarik kursi rias reina. "rein kau ada masalah dengan Nathan?"

Reina terdiam, "kak, manda belum di penjara"

Ivar terkejut mendengar perkataan reina. "bagaimana bisa? Kau tau dari mana rein?"

Reina menceritakan kejadian tadi sore pada ivar. Ivar mengelus kepala reina. "kau tidak ingin bertanya pada Nathan?"

Reina menggeleng "aku kecewa Nathan tidak langsung bicara padaku ka, lagipula untuk apa dia latihan bola di temani manda? Apa dia tidak ingat dengan ku? Aku benar benar kecewa"

Ivar mengelus kepala reina. "yasudah kalau begitu biar aku yang mencari tahu nanti, kau fokus saja pada beasiswa itu ya"

Reina mengangguk dan memeluk ivar "terimakasih ka, aku tidak tau apa jadinya aku jika jauh darimu"

Ivar terkekeh dan mengelus kepala reina. "tidur lah ini sudah malam besok kau lanjutkan lagi ya"

Reina mengangguk dan melepas pelukan ivar. "selamat malam ka"

Ivar tersenyum dan keluar dari kamar reina. Ivar menutup pelan pintu kamar reina. Ketika ia berbalik ia terkejut. "NATH?"

Nathan diam di depan pintu kamar nya menatap ivar tajam yang baru saja keluar dari kamar reina. Ivar langsung menghampiri Nathan dan menarik masuk kembali ke kamar.

"kau gila nath?! Bagaimana bisa kau berbohong pada reina soal manda?"

Nathan terkejut bagaimana reina bisa tau. "kau tau dia sangat kecewa padamu nath"

Nathan duduk di kasur nya "dia salah paham var, laporan yang aku buat ke kantor polisi tidak menerimanya. Alasannya bukti belum cukup. Aku bingung untuk memberitahu kalian bagaimana"

Ivar menghela nafas nya. "seharusnya kau bilang sejak awal nath, lalu kenapa tadi sore kau bersamanya?"

Nathan mengusap wajahnya "ia memaksa minta ikut jika tidak reina akan dalam masalah dia mengancamku var"

Ivar duduk disana kepala nya benar benar pening bagaimana bisa manda bebas begitu saja. "kita harus mencari cara nath"

Nathan mengangguk dan bangkit. "aku mau menemui reina"

Ivar menggeleng dan menahan Nathan "jangan dulu nath, dia sedang marah"

Nathan menghela nafas nya dan terdiam. "aku akan bicara padanya nanti nath, kau tenang saja."

Ivar menepuk bahu Nathan dan keluar dari sana. Nathan terdiam di kasurya. Ia bingung bagaimana cara menjelaskan semua nya pada reina. Nathan pun menghela nafasnya dan keluar dari kamar.

Ia langsung masuk ke dalam kamar reina tidak lupa mengunci nya. Nathan melihat reina yang sudah tertidur. Nathan menghampirinya perlahan dan mengelus wajah reina membuat reina membuka matanya sedikit "nath?"

Nathan tersenyum dan menggeser tubuh reina, reina yang setengah sadar hanya menurut. Nathan menjadikan tangan nya sebagai bantalan kepala reina. "aku benci padamu nath, kau membohongi ku"

Nathan menatap wajah reina, ia tersenyum reina berbicara sambil memejamkan matanya. "maaf kan aku rei besok aku akan jelaskan ya"

Reina mengangguk. "aku akan pergi dengan Justin weekend nanti"

Nathan seketika shock bagaimana bisa reina berfikir akan pergi dengan pria lain. "tidak boleh rein"

Reina mengeluh namun merapatkan pelukan nya pada Nathan. Ia tertidur pulas setelah itu. Nathan berusaha menahan tawa nya mati matian reina sangat lucu sekarang di matanya. Nathan mencium kening reina dan tertidur disana.

.

.

.

.

.

3 Brother'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang