23

187 14 4
                                    

"AKU JUGA MENCINTAI NYA YAH!! AKU MOHON BERHENTI LAH"

.
.
.
.

Seketika Romeo berhenti sejenak menatap Reina. Air mata Reina mengalir deras. Ia berlutut di depan Romeo membuat Nathan dan Melinda menoleh terkejut.

"Aku minta maaf yah, ibu. Tidak seharusnya aku mencintai Nathan. Seharusnya aku sadar siapa diriku. Apa yang Nathan bilang benar. Aku sudah tau aku bukan lah putri kandung kalian.. "

Melinda menutup mulutnya terkejut. Romeo menatap dalam Reina.

"Bukan Nathan yang memberitahu ku soal ini. Aku mengetahui nya sejak ayah dan kakeknya mengobrol bersama waktu itu disini. Aku mengetahui itu semua dari aku kecil. Aku minta maaf yah aku dan Nathan mengecewakan kalian. Tapi sungguh aku sudah berusaha untuk melupakan Nathan namun aku sangat mencintai nya melebihi rasa cinta ku pada seorang kakak."

Nafas Reina seakan tercekat ia sudah menangis deras disana. Namun ia berusaha untuk melanjutkan kata-katanya.

"Maaf yah bu, aku menjadi orang yang tidak tau diri. Kalian sudah menolong ku mengasuh ku selama 18 tahun namun aku malah berani dan lancang mencintai putra pertama kalian. Aku sangat sangat minta maaf. Tolong jangan hukum Nathan soal ini. Silahkan kalian hukum aku juga"

Reina menatap ayah nya. Romeo masih menatap Reina tajam. Romeo mengayunkan tangan nya ke atas Reina memejamkan matanya.  Romeo malah menariknya dalam pelukan nya.

Reina terkejut namun Romeo terus mengelus kepala Reina. Melinda yang melihat itu pun tak bisa menahan tangis nya. Ia membantu Nathan untuk berdiri.

"Ayah tidak marah kalian saling mencintai, tapi kenapa kalian tidak bilang langsung pada kami?"

Reina melepaskan pelukan ayah nya. "Maaf yah aku... "

"Berhenti rei ayah belum selesai"

Reina menghentikan omongan nya. Romeo menyentuh kedua bahu Reina.
"Kau tau? Dari dulu kau adalah anak kami jangan pernah berfikir seperti tadi nak. Aku selalu berfikir kalian sudah dewasa mungkin salah satu dari kalian bisa saja saling mencintai. Aku tidak menyangka hal itu benar terjadi dan laki laki itu adalah putra tertua kami"

Romeo menghampiri Nathan. "Apa sakit?"

Nathan menggeleng. "Maaf yah seharusnya aku jujur sejak awal"

Romeo memeluk Nathan. "Aku hanya memberi mu pelajaran nath. Ayah dan ibu sudah mengetahui hubungan kalian dan memperhatikan gelagat kalian nak"

Nathan dan Reina terkejut. Ternyata selama ini kedua orang tua nya mengetahui itu semua. Ya memang Romeo dan Melinda selama ini memperhatikan anak anak nya. Dari awal mereka mengadopsi Reina mereka sudah menerka suatu saat pasti anaknya ada yang menyukai Reina.

Melinda berjalan memeluk Reina. "Jangan pernah katakan hal itu lagi nak kau membuat ku sedih. Aku menyayangi mu seperti anak ku sendiri"

Reina mengangguk dan menangis dalam pelukan Melinda. Romeo mengelus kepala Reina. Reina pun melepaskan pelukan nya.

"Tapi aku akan memberikan syarat pada kalian"

Reina dan Nathan menoleh menatap ayahnya.

"Nak ayah bukannya ingin memisahkan kalian. Tapi ayah ingin kalian memulai semua nya dari bawah. Reina fokus pada sekolah nya dan kau Nathan fokus pada karier mu. Apa kau serius dengan nya nath?"

Nathan menoleh menatap Reina ia menggandeng tangan Reina. "Aku serius dengan nya yah aku mencintai nya"

Romeo tersenyum dan menepuk bahu Nathan. "Kalau begitu kau harus berusaha sekarang kejar impian yang kau mau. Setelah itu kau pergi lamar Reina. Begitupun dengan mu rei, kejar impian mu dan kembalilah jika kau masih mencintai Nathan"

Reina tersenyum "ayah... "

Reina memeluk Romeo erat. Nathan pun menghampiri ayah nya dan membawa ibunya dalam pelukan itu.

Romeo melepaskan pelukan nya. "Sekarang kalian fikirkan apa yang akan kalian ingin capai. Dan rei tolong obati Nathan"

Reina mengangguk dan membawa Nathan keluar.

Ivar dan Rafael langsung bangkit melihat Nathan yang sedang di papah oleh Reina. Mereka menghampiri Nathan dan reina membantu Reina untuk mendudukan Nathan di kursi. Reina langsung bangkit pengambil kotak obat nya.

"Ayah marah besar nath? Apa kalian terkena masalah? Kalian harus berakhir?"

Nathan tersenyum mendengar pertanyaan ivar. Nathan menggeleng. Reina duduk di hadapan Nathan dan membersihkan luka luka Nathan.

Rafael sedikit meringis melihat wajah Nathan "itu pasti sakit"

Reina menoleh melihat Rafael "kau ingin mencoba nya?"

Rafael diam "jika aku ingin mencoba nya apa harus mengencani mu dulu sekarang?"

Nathan langsung menatap tajam Rafael, sedangkan Ivar melemparnya dengan bantal. "Cari kekasih makanya agar tidak menikung saudara mu sendiri"

Rafael duduk dan menghela nafasnya mendengar Ivar. "Sudah tapi dia menolak ku sepertinya."

Reina Nathan dan Ivar tertawa. Rafael benar benar mengenaskan. "Siapa wanita yang berani menolak mu?"

Reina menatap Rafael meledek, Rafael menatap Reina jengah "sahabatmu noa, siapa lagi?"

Ivar dan Nathan tertawa sedangkan Reina langsung membulatkan matanya. Ia melempar Rafael dengan bantal. "Jangan coba coba menyakiti sahabatmu Rafael"

Rafael menghembuskan nafasnya. "Tidak akan aku serius kali ini rein"

Ivar langsung mengacak rambut Rafael "adik ku sedang jatuh cinta ternyata."

Melinda melihat kebahagian anak anaknya. Ia kembali masuk ke dalam ruangan Romeo.

"Apa kita sudah melakukan hal yang benar?"

Romeo menatap Melinda. "Ya mungkin semoga saja. Ada hal yang kau khawatirkan?"

Melinda menggeleng. "Aku hanya khawatir bagaimana jika ayah mengetahui hal ini. Sampai saat ini bahkan ia tidak bisa menerima Reina"

Romeo menghembuskan nafasnya. "Jangan sampai ayah tau soal ini dulu. Aku akan menjelaskan nya nanti pada ayah"

Melinda mengangguk dan menatap foto keluarga di ruang kerja Romeo. Ia mengelus foto keluarga itu.

"Aku tidak menyangka anak yang dulu meminta adik perempuan malah mencintai adik nya sendiri"

Melinda tersenyum melihat romeo, Romeo pun bangkit dan melihat foto masa kecil anak anak nya. Foto masa kecil mereka dimana Nathan menatap Reina di foto itu yang terlihat sangat ceria.
.
.
.
.
.

3 Brother'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang