10

226 19 5
                                    

Keesokan pagi nya rafa sudah menunggu reina di meja makan. Reina turun dengan seragam lengkap nya. "kemana semua orang kenapa sepi?"

Rafa menoleh sebentar melihat reina "mengantar ibu ke bandara." Reina seketika lemas.

"kenapa tidak ada yang mengajakku?"

Rafa menghela nafasnya "kita harus sekolah bodoh, kau lupa?"

Reina menatap sengit rafa, sifat menyebalkan rafa sudah kembali. Reina pun hanya mengambil roti nya dan pergi dari sana. Rafa yang melihat itu pun langsung mengejarnya.

Reina sudah duduk dalam mobil rafa, rafa tersenyum dan langung masuk kesana. Ia pun melajukan mobil nya ke arah sekolah. Tak lama mobil rafa sampai di sekolah. Reina langsung turun dari mobil tanpa menunggu rafa. Rafa hanya diam menatap kepergian reina.

Dari pagi rafa sudah mulai mengerjai adik nya. Baru hari pertama sekolah rafa sudah mengerjai nya habis habisan. Ia selalu tertawa melihat reina susah.

"menyebalkan kemarin saja aku sakit dia sampai menangis"

Reina berkomat kamit menatap rafa dari jauh. Sedangkan noa hanya diam memperhatikan reina. Tanpa mereka sadari seseorang menatap tajam reina.

Jam pulang sekolah sudah usai reina sudah mengirim pesan pada rafa untuk langsung pulang dan menunggu nya di rumah karena Justin akan menjemputnya. Keadaan sekolah sudah mulai sepi reina berjalan sendiri di koridor sekolah ia terburu buru karena Justin sudah menunggu nya. Namun tiba tiba....

Byurrrr

Cairan berwarna merah membasahi seluruh baju nya. Reina langsung terduduk karena merasakan sakit di kepala nya akibat air yang jatuh itu. Reina ingin menangis rasanya ini sudah benar benar keterlaluan. Reina pun pergi ke toilet dan mengganti baju nya.

Noda di baju reina tidak bisa hilang reina menjadi sebal. Justin sudah menelfon reina. Mau tidak mau reina pun keluar dengan rambut yang masih basah.

"maaf menunggu lama Justin"

Justin kaget melihat penampilan reina yang berantakan. Ia langsung melepas jaketnya dan memberikan nya pada reina. Justin membawa masuk reina ke dalam mobil nya.

"kau tidak apaapa? Kenapa sampai begini?"

Reina menghembuskan nafasnya kasar "pasti ulah kakak ku ayo kita pulang"

Sebelum melajukan mobil nya Justin memberikan tissue pada reina untuk membersihkan diri.

Tak lama mobil Justin sampai di rumah reina. Reina langsung turun di ikuti Justin di belakang nya. Reina memasuki rumah nya. Sudah ada ketiga kakaknya disana. Reina lagi lagi melempar baju nya pada rafa. Rafa kaget karena reina tiba tiba melempar baju ke arahnya lagi.

"kali ini kau benar benar keterlaluan rafa. Apaapan itu sangat kekanakan menyiram aku dengan air itu. Noda nya bahkan tidak bisa hilang Rafael!!!!"

Reina berteriak pada rafa, rafa hanya bengong melihat reina yang benar benar marah. Reina berbalik dan menatap Justin "maaf Justin sepertinya kita tidak bisa pergi hari ini mood ku sedang jelek"

Justin mengelus kepala reina "tidak apaapa, aku pulang dulu ya"

Reina mengangguk dan tersenyum. Justin tersenyum melihat ketiga kaka reina. Mereka bertiga kompak menatap Justin. Justin pun pergi dari sana. Reina langsung berlari ke kamar nya.

"kau menyiramnya agar gagal pergi?" ivar mendekati rafa dan bertanya. Rafa menggeleng ia langsung pulang tadi tidak sempat melakukan apaapa pada reina.

"cari tau siapa yang melakukannya" perintah Nathan pada adiknya itu. Setelah itu Nathan pergi ke kemar reina. Nathan mendengar suara reina yang sedang mandi ia memilih merebahkan diri di kasur reina dan memejamkan matanya sambil menunggu reina selesai.

Reina baru saja selesai mandi ia terkejut melihat Nathan yang berbaring di kasur nya. Reina melangkah perlahan mengambil baju nya. Setelah memakai baju nya reina menghampiri Nathan yang tertidur. Reina melambaikan tangan nya di hadapan Nathan namun tidak ada respon. Reina duduk di sebelah Nathan. Ia memandangi kakak nya itu.

Entah keberanian darimana reina memajukan badan nya untuk menatap Nathan. Wajah nya sangat dekat dengan wajah Nathan. Namun tiba tiba saja Nathan membuka matanya. Reina kaget namun ia tidak menarik badan nya mundur. Ia terpesona dengan mata hazel coklat milik Nathan.

Nathan mengangkat tangan nya mengelus pipi reina. Seketika reina sadar ia ingin memundurkan badan nya namun gerakan nya kalah cepat dengan Nathan. Nathan menahan badan reina. Ia terus menatap reina disana.

"kau menghindariku?"

Reina menggeleng. Ia ingin memundurkan badannya namun pegangan Nathan jauh lebih kuat. Nathan lagi lagi mengelus pipi reina seketika tubuh reina meremang jantung nya berdetak kencang. "jangan dekat dengan lelaki lain selain aku rei"

Reina mengangguk dan memejamkan mata nya saat Nathan terus membelai pipi nya serta turun ke tengkuk nya. Tanpa sadar Nathan memajukan badan nya dan mencium bibir reina. Reina membelakan matanya. Ia melihat Nathan yang memejamkan matanya. Reina pun pasrah ia tau ini salah namun rasanya ia tidak dapat menolaknya.

Drrrttt...drrrtt..

Ponsel reina bordering, reina langsung sadar dan menarik diri dari Nathan. Ia mengecek ponsel nya ternyata Justin yang menelfon nya. Baru saja ia akan mengangkat telfon nya Nathan langsung bangun dan mengambil ponsel tersebut dan memojokan reina kedinding. "aku serius soal ucapan ku rei. Aku mohon"

Reina menatap Nathan heran. "nath dia orang baik kau tenang saja ya" reina mengelus pipi Nathan.

Nathan membuang nafas nya kasar dan pergi dari kamar reina. Reina menatap kepergian Nathan. Ia menyentuh dadanya. "tidak, Nathan adalah kakak ku tidak seharusnya aku mencintainya"

.

.

Nathan masuk ke kamar nya. Ia terduduk di kasur Nathan mengingat hal yang terjadi di kamar reina. Ia menyentuh bibir nya. "seharusnya aku bisa menahan nya"

Nathan memejamkan matanya dan seketika kenangan nya waktu kecil berputar.

.

.

.

.

3 Brother'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang