Satu

3.1K 206 31
                                    

*****

Yoko Apasra.

Perempuan cantik yang sekarang usianya sudah mencapai angka dua puluh satu tahun itu terkekeh ketika melihat kekasihnya tak ingin lepas dari pelukan.

Suara bus yang memberikan klakson berkali-kali bahkan tidak dihiraukan oleh Faye yang masih enggan melepaskan kekasihnya atau lebih tepatnya tunangannya untuk pergi dari hadapan si dosen cantik itu.

"Kak, aku harus berangkat. Marissa udah nungguin di dalam"  sopir yang akan membawanya menjauh dari si dosen cantik bahkan sudah mulai bosan menekan benda bulat di tengah setirnya untuk menimbulkan suara peringatan pada para penumpang yang belum naik --baca, Yoko.

Sekali lagi, Yoko terkekeh seraya mendorong sedikit tubuh Faye yang dengan erat memeluknya "Kak. Aku udah telat loh. Nanti sampe ke sana takutnya udah malem banget. Nggak akan ada kendaraan kalau aku sampai terlalu larut"

"Sebentar lagi aja. Kakak masih kangen" jemari Faye yang sedari tadi mengukung pinggang kecil Yoko, kini beralih guna mengusap rambut panjang gadis cantik itu yang tergerai hingga ke punggung.

"Kakaaak" Yoko mulai merengek sekarang ketika ia melihat Marissa memunculkan kepalanya dari pintu bus yang terbuka.

"Aku dimarah sama sopirnya nanti loh" imbuh si cantik bertubuh mungil sambil lalu melepaskan pelukan Faye yang akhirnya melonggar.

"Hati-hati di sana. Seminggu sekali kakak usahain buat berkunjung. Belajar yang baik, buat masyarakat suka sama kamu, jangan khawatir soal nilai. Fokus aja. Nilai akan menyesuaikan dengan aksi kamu di sana"

Yoko mengangguk saja ketika Faye memberikannya wejangan sambil sesekali mengusap pipinya dengan lembut "Sampai bertemu minggu depan ya? Kakak pasti kangen banget sama kamu"

Yoko tersenyum sebelum kemudian mengalungkan lengannya pada leher Faye dan berjingkit guna mencium bibir kekasihnya yang sedari tadi mengoceh "I know. I love you" ujar gadis itu sebelum kemudian melepaskan diri dan melambai "Papay kakak" dan Faye mengangguk seraya melambaikan jemari panjangnya pada Yoko yang menaiki bus.

Menatap kekasihnya untuk terakhir kali sebelum ia ditinggalkan selama empat bulan lamanya.

Ugh, untuk membayangkannya saja Faye tak kuasa.

Ia pasti akan sangat merindukan kekasihnya.



*****



Faye terpejam saat ia mendengar Ize tengah menelepon Marissa yang katanya baru sampai setengah jalan.

Gadis cantik berambut panjang itu melirik pada Faye yang mengangguk "Syukurlah kalau mereka baik-baik saja"

"Kak Faye nggak mau ngomong sama Yoko?" ujar Ize pada Faye yang menggeleng.

Wanita cantik itu kemudian mengulurkan tangan guna mengambil kopi yang masih mengepulkan asap di depan meja dan menyesapnya perlahan "Enggak. Kalau kita bicara, aku akan semakin rindu sama Yoko. Lagipula dia sedang tidur kan?"

Ize mengangguk sambil lalu berdiri guna mengambil satu wadah toples di rak jajanan yang isinya adalah kue astor.

Gadis itu kemudian membukanya dan mengambil satu lantas menyerahkan sisanya pada si dosen cantik "Kalau kakak mau berkunjung ke kampung sana, aku ikut gapapa kan? Aku belum punya mobil dan kalau pakai kendaraan umum, pasti bayak waktu yang terbuang di jalan"

Faye mengambil satu kue dari dalam toples dan menjepitnya di antara telunjuk dan jari tengah --persis seperti tengah merokok. "Kupikir tak masalah. Lagipula aku tak suka sendirian di dalam mobil untuk waktu yang lama" jawab si dosen cantik ketika ia menempelkan kue panjang itu di bibirnya.

The Eldest One 2 [FayexYoko]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang